Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

Di Antara Dua Sujud

 Di Antara Dua Sujud

By : Naira Hilmiyah 9G 

Aku adalah Freya, seorang gadis kecil yang menjadi tulang punggung keluargaku.

Di saat anak-anak seumuranku masih bermain dan belajar di sekolah, aku harus jualan kue setiap harinya demi memenuhi kebutuhan hidupku dan ibuku.

"Kuee...kue...kuenya...pa, Bu." 

Ya seperti ini lah kebiasaanku setiap harinya. 

Sore pun tiba. 

Di tengah perjalanan pulangku, ada 2 orang preman yang menghalangi jalanku

"Heh bocah!!!! Kalo Lo mau lewat sini lo harus bayar sama kita berdua!!!"

"T-tapi om, Freya ga punya uang om,"

Ujarku sambil memegang erat tas selempangku.

"Halahh bacotlu!!!!"

Kedua preman itu merebut tas selempangku dan mengambil semua uang hasil penjualan kue tadi.

"Om, jangan ambil uang Freya, nanti Freya sama ibu makan apa?? Ibu Freya lagi sakit om. Freya mohon jangan ambil uang Freya, kalo uangnya di ambil Freya ga bisa jualan lagi besok,"

Tangisku sambil memeluk lurus salah satu preman tersebut.

" Terus, menurut lo gue perduli?? Kagak!!!"

Sambil melepaskan pelukanku di lututnya, dan pergi.

"Ya Allah, bagaimana ini Freya sama ibu makan apa hari ini? Freya juga ga bisa jualan besok,"

Tangisku sambil memegang uang receh sebesar 7000 ribu rupiah. Yang akhirnya aku belikan nasi bungkus dengan lauk telor dadar.

Sesampainya di rumah.

"Assalamualaikum ibu, ibuu. Freya pulang,"

Ujarku sambil memasuki rumah tempat tinggalku.

"Uhuk, uhuk, waalaikumsalam nak, ibu di kamar."

Sahut ibu dari dalam kamar

"Loh nak kamu kenapa nangis?? "

Tanya ibuku saat melihatku menangis.

"I-ibu maafin Freya, tadi di jalan uang hasil jualan kuenya di rampok sama dua preman Bu, dan Freya cuman bisa beli satu nasi bungkus buat ibu. Maafin Freya buu."

Tangisku di dalam dekapan ibuku

"Astagfirullah!! Yaudah ga papa, mungkin ini cobaan dari tuhan untuk kita.Freya, dengerin ibu yah, kalo pun Allah memberikan Freya cobaan yang lebih berat dari ini, ibu mau Freya menerimanya dengan ikhlas yah, walaupun nanti ibu ga ada lagi di samping freya."

"K-kenapa ibu bilang seperti itu?? Ibu mau kemana?? "

"Ibu tidak akan kemana-mana nak. Lebih baik Freya bersih-bersih yah. Habis itu kita sholat berjamaah."

Akupun menyetujui ucapan ibuku."

Selesai membersihkan diriku. Aku dan ibuku melaksanakan sholat magrib bersama.

Namun saat sedang sujud terakhir ibuku tidak bergerak sama sekali. Yang membuat diriku panik dan menghentikan sholat magrib itu.

"Ibu... Ibu bangun buu.. ibu jangan tinggalin Freya...ibu...ibu bangun buu.."

Tangisku saat melihat ibuku sudah tak bernafas lagi.

"Ibu!!! Apakah ini yang di maksud dari perkataan ibu tadi?? Maafin Freya buu!! Freya ga bisa tanpa ibu.. Freya butuh ibu!!!"

1 Minggu setelah kepergian ibuku.

Dan aku tak pernah lupa untuk terus menyebut ibuku dalam setiap sujudku, meski terasa berat aku harus bisa menerima setiap coretan takdir. Karna aku yakin jika setiap orang pasti mempunyai masa, masa dimana ia harus tertawa dan menangis.

Antara Ombak Dan Rindu

 Antara Ombak Dan Rindu 

Karya : Naira Hilmiyah 9G

" Ziroo!! Rina, benar-benar merindukanmu, rindu akan senyuman manismu dan rindu akan lelucon hangatmu,"

ucapku sambil menatap ombak yang berhamburan. Sungguh rindu ini benar-benar terasa berat.

" Ombak ini benar-benar mengingatkanku padamu, Ziro."

Aku pun menundukkan kepalaku di iringi dengan air mata yang terus menetes membasahi pipiku.

"Hai, gadis manis!! Apa yang sedang  kamu lakukan di sini?"

tanya seorang pria, yang wajahnya begitu mirip dengan sahabatku, Ziro.

"Z-ziro!! Kamu Ziro kan?"

Pria itu mengerutkan dahinya.

"Apa yang kamu katakan gadis manis? Namaku Vino, bukan Ziro."

"T-tapi wajahmu mengingatkanku dengan sahabat kecilku, Ziro."

"Begitupun denganku,"

jawabnya. Aku pun mengerutkan dahiku.

" Ya, wajahmu mengingatkanku dengan kekasihku, Meisya. Dia juga sama seperti mu, sama-sama pecinta ombak. Namun sayangnya dia sudah kembali ke sang maha pencipta. Tanpa membawa diriku, bahkan dengan teganya ia ikut membawa cinta dan kebahagiaanku bersamanya."

"V-vin.."

" Kamu benar, gadis manis. Ombak ini benar-benar mengingatkanku padanya. Gadis Pecinta ombak yang sampai saat ini masih aku rindukan."

" Btw, sesayang itu yah kamu sama Ziro? Sudah berapa lama dia tidak bersamamu?"

Sambung Vino.

" Satu tahun. Semenjak ia tenggelam terbawa ombak,"

jawabku sambil menahan air mataku.

" Sungguh beruntung nasibmu, Ziroo!!"

"Beruntung? Apa yang beruntung? Nasibnya sungguh malang, Vino!!"

" Aku tau!! Setidaknya dia beruntung karna telah di cintai orang perempuan hebat sepertimu. Yang bahkan aku sendiripun tak pernah merasakan rasa cinta yang sebesar ini dari seorang perempuan."

" Kamu benar, vino. Ziro adalah cinta keduaku setelah papahku. Dan aku benar-benar mencintainya. Walaupun aku dengannya hanya sebatas sahabat. Dan hanya dengan ombak ini lah aku bisa merasakan kehadirannya dalam hidupku lagi."

Bisikan Angin

 Bisikan Angin 

By : Naira Hilmiyah 9G 


Rindu yang terasa sukar

memenuhi seluruh hatiku.

Kasih sayang yang sangat aku

idamkan, kini tak lagi aku rasakan.


Angin...

Sampaikanlah rindu ini padanya,

sampaikanlah ucapan terima kasih 

padanya dan sampaikanlah doa 

terbaik ini padanya.


Angin...

Ingin sekali aku merasakan 

Pelukan hangat itu lagi.

Angin...

Bawalah aku padanya,

bisikan padanya, jika putri kecilnya

ini sangat merindukannya.


Angin...

Bisikan juga padanya bahwa

putri kecilnya ini benar-benar 

merindukan nya, rindu akan 

kasih sayangnya dan rindu akan

pelukan hangatnya.

Manipulasi Sang Juragan

 Manipulasi Sang Juragan 


By Naira Hilmiyah 9G


Di sebuah perkebunan kelapa sawit yang sangat luas, terdapat tiga buruh yang bekerja di sana.

Dan saat ini adalah hari di mana  mereka mendapatkan gajih dari juragan kelapa sawit.

Asep  : "bang, ini kan udh waktunya kita gajian, gimana kalo kita minta ke juragan sekarang?"

Rio & Rama  : "iya hayu."

(Datang menghampiri juragan nunu. )

Rama: "juragan, kita mau minta gaji kita bulan ini."

Rio :"iya juragan kita butuh buat makan."

Asep :"saya juga butuh banget juragan buat biaya pengobatan ibu saya."

Juragan nunu  : "HAHAHAH!!! apa gaji? Kerja dulu yang bener!!" 

Rio :"tapi juragan udah 3 bulan gaji kita gak di bayar"

Juragan : "kenapa gak suka? kalo nggak silahkan pergi!!"

(Sambil berlalu.)

Irazan:" aduh gimana ini!! mana beras di rumah abis, listrik abis, semua abis!!" 

(Meremas topi kain milik nya.)

Tak lama datang lah seorang penjual jamu yang bernama mbok asri.

Mbak asri : jamu.... Jamunya bapa ibu.."

 Mbok asri        : bapa bapa,mau beli jamu nya

Asep : "boro boro mau beli jamu mbak,buat makan aja gak bisa."

Mbak asri :"lah kok bisa?"

Rama :"itu tuh si juragan gak bayar gaji kami udah 3 bulan"

Istri juragan ( Ratna ): "eh eh eh apa apaan ini? ngapain ngomongin suami saya hah!!!"

Rio :" aduh maaf Bu juragan."

Istri juragan :" udah udah sana kalian kerja!!! malah enak enakan di sini."

(Semua kembali bekerja)

Mbok asri : "Bu juragan, ibu gak kasihan sama mereka, seharusnya ibu bayar dong gaji mereka kasih keluarga nya."

Istri juragan: "ya terserah saya dong!!!"

Mbok asri  : "dasar sinting!!!"

Tina  :" eh mbak, beli jamu nya dong."

Wawa  :"saya juga."

Mbok asri :" siap Bu."

Wawa  : "ini lagi ngapain kok kayak nya lagi ribut?"

Mbok asri : "itu tuh si Ratna  istri nya si juragan, malah ngebela suaminya yang salah."

Tina : "emang kenapa Bu?"

Mbok asri  : "itu loh masa karyawan nya gak di gajih selama 3 bulan, kan kasihan mana di sini kita pada susah."

Tina : "wah parah sih ini, gimana kalo kita kerjain?"

Wawa :"jangan main main kamu Tina!!! juragan ini orang paling berkuasa di kampung kita!!"

Tina:" diem deh,udah ngikut aja!!"

(Tina  membisikan rencana nya kepada mbok asri dan Wawa.)

Mbok asri :"oh siap lah, gas aja!!"

Kini di malam hari yang sunyi, juragan nunu  dan istrinya tengah melihat lihat kebun kepala sawit milik nya yang akan di jual keeskoan hari nya.

Juragan: "wah!!!Kelapa sawit kita makin banyak yah,barokah ini."

Istri juragan:" jelas lah!!!Orang kita pake ilmu hitam."

Juragan: "eh,jangan kenceng kenceng Bu,nanti ada yang dengar."

Istri juragan:"eh iya siap siap."

(Sambil mengecilkan suara nya.)

Tiba tiba

Gurusuk

Gurusuk

Hihihi hihi.......

Berikan gaji kami......hihihi......

Berikan gaji kami..... Hihihi.....

Guk guk guk......

Auuuuu.....

Kukurukuk.....

Istri juragan:" mas ini suara siapa mas,ibu takut!!."

Juragan :"sama bapa juga takut Bu"

Brug

Suara ranting pohon jatuh.

Istri juragan:" aaahhh!!! tolong!!!"

Juragan : "diem Bu,jangan bikin bapa panik!!"

Tiba tiba...

Suara ranting jatuh dan suara kuntilanak kembali terdengar namun ini jauh lebih keras yang membuat juragan dan istrinya berteriak ke takutan.

Berikan gaji kami hihi....

Berikan...

Hihihi...

Juragan : "ampun, ampun, iya iya aku kasih gaji kalian,tapi tolong berhenti."

(Sambil. Memejamkan mata ketakutan.)

Tak lama 6 orang datang dengan senyuman mengejek nya, 

Siapa lagi jika buka mbok asri , Wawa, Tina ,Asep, Rio dan Rama.

Mbok asri :"hahah emng enak,udah cepat kasih gaji para warga atau kalian akan tau akibatnya."

Juragan : "i-iya iya."

(Sambil mengeluarkan segepok uang dan membagikan nya kepada Asep, Rio dan Rama.)

Rama: "nah gitu dong juragan ,jangan di tunda tunda Mulu."

Tina :"awas aja ,kalo juragan kayak gitu lagi,kami semua gak akan ampunin juragan."

Juragan: "iya iya maaf"

(Sambil menundukan kepala nya.)


Tamat.

Luka yang Terpendam

 Luka yang Terpendam 

Karya    : Anisya Rahmadani
Kelas    : 8H   

    siang berganti dengan malam yang gelap gulita. Disaat aku ingin menutupkan mata untuk istirahat sejenak. Entah kenapa, bayang-bayang di masa lalu itu, sering kali terus menghantui diriku.

   Aku tak sanggup untuk menceritakan itu semua. Maka dari itu, aku hanya bisa memendam semuanya. Karena, aku mengerti tidak semua orang harus tahu akan kisah dari hidup kita. Bukan karena aku sudah tidak mempercayai orang terdekatku. Namun, jika aku membicarakan itu semua. Rasanya sudah tidak ada tenaga lagi.

   Hari demi hari telah aku lewati. Banyak orang yang menanyakan, mengapa aku bisa menjadi seperti ini? Namun, biarlah cukup aku yang mengetahui itu semua. Izinkan aku menyembuhkan luka ku terlebih dahulu, dan beri waktu untuk mengobatinya.