Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

Perjuangan Adzilah

 Perjuangan Adzilah 

Naira Hilmiyah 9G 


"Pokonya kita udah bersepakat untuk mengusir adzilah, dia harus pergi dari kampung ini!!!"

"Setuju!!!"

Sorak para warga kampung lupo.

"Tapi apa salah anak saya?"

"Dia memang tak bersalah, namun rupanya yang begitu mengerikan seperti memberikan tanda kehancuran untuk kampung lupo ini!!"

ungkap seorang pemimpin kampung lupo.

"I-ibu adzilah takut."

Anak kecil itu bersembunyi di belakang tubuh sang ibu.

"Narsih!!! Pokonya saya mauu, anak kmu di usir sekarang juga!!! Dia itu anak pembawa sial!!!"

Deg

"Seburuk itukah aku di mata mereka? Ya tuhan jika ini adalah takdir untukku maka aku ikhlas,"

Monolog adzilah. Kini adzilah tak lagi sembunyi di belakang tubuh sang ibu.

"Jika itu mau kalian, dan jika ini adalah keputusan terbaik untuk kampung lupo. Saya adzilah akan menurutinya,"

Ujar adzilah dengan begitu lantang.

"A-adzilah, tap-"

"Maafkan aku bu, aku harus pergi demi kebaikan kampung ini."

"Ibu-ibu, bapa-bapa ijinkan saya untuk berbicara dengan anak saya sebentar."

Mereka semua menganggukkan kepalanya.

*

"Anaku lupo, jaga diri kamu baik-baik yah. Maafkan ibu karna tidak bisa menjaga dirimu. Tolong simpan kalung ini, jika ada bahaya gunakan kalung ini untuk melawannya."

"Terimakasih bu, lupo janji suatu saat nanti lupo akan berhasil dan akan menemui ibu kembali."

"Ibu tunggu."

*

Kini lupo sudah pergi meninggalkan kampung lupo. Saat ini adzilah tengah mencari sebuah kampung untuk ia tempati sementara waktu. 1 Minggu ia mendaki dan belum juga mendapatkan sebuah perkampungan.

"Ya tuhan, bagaimana ini? Persediaan makananku tinggal sedikit. Dan sampai saat ini aku masih belum menemukan sebuah perkampungan."

Namun beberapa saat kemudian. Adzilah menemukan sebuah perkampungan yang begitu mewah. Rumah-rumah yang di lapisi emas serta penduduknya yang begitu rukun.

"Alhamdulillah, akhirnya aku menemukan sebuah perkampungan setelah sekian lamanya."

Saat adzilah memasuki kawasan tersebut. Para warga di sana terus menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Wahai anak muda, bagaimana bisa kamu kemari? Dan ada urusan apa engkau datang kemari?"

"Saya hanya ingin menumpang tidur beberapa hari ke depan di sini. Itu pun jika di perkenankan."

"Siapa namamu anak muda?"

"Adzilah."

"Nama yang bagus. Baiklah kamu boleh tinggal di rumahku beberapa hari ke depan, tapi ada syarat yang harus kamu temui."

"Apa itu tuan?"

"Panggil aku paman saja. Syaratnya kamu cukup bantu paman untuk berjualan di pasar setiap pagi sampai sore."

"Baik paman, dengan senang hati saya akan membantu paman "

Kini hari Demi hari adzilah jalanin dengan begitu semangat . Mungkin karna penduduk di sini sangat ramah yang membuat adzilah nyaman. Hingga pada suatu hari. Kampung hirat di serang oleh pasukan firun. Mereka adalah pasukan yang paling kejam dan siap untuk menghancurkan siapa saja.

"Kami mohon jangan hancurkan kampung kami!!"

Ujar seluruh penduduk kampung hirat.

"Haha, siapa kalian? Sehingga kalian berani mengatur diriku? Aku adalah raja Abraham dari negri sinois yang akan menghancurkan kampung ini."

"Wahai, raja Abraham yang terhormat. Kehancuran dan kematian bukan di tanganmu, melainkan di tangan sang maha pencipta. Jika kalian pikir kita semua takut, kalian salah besar."

"Cih, bocah ingusan seperti mu bisa apa?"

"Bisa membunuhmu!!!"

Adzilah langsung mengambil kalung pemberian dari ibunya dan langsung menempelkan liontinnya ke jidatnya. Tak lama kemudian adzilah berubah menjadi seorang panglima hebat dan langsung menyerang pasukan firun.

Hanya dengan kurun waktu 2 jam adzilah sudah berhasil melenyapkan semua pasukan firun yang berjumlah 80 orang.

"Adzilah, paman tidak menyangka jika kamu adalah keturunan raja baskara. Terima kasih karna sudah menyelamatkan kami dari serangan firun. Dengan ini kami memutuskan untuk mengangkat dirimu s…

Dark Times

 Dark Times 

Karya : Naira 9g 

"Kapan yah Gea bisa jadi seorang pelukis hebat? Kira-kira Gea bisa jadi pelukis ga yah?"

monolog Gea sambil menatap pemandangan lewat kaca kamarnya.

Gadis itu terlihat sangat asik melukis di buku gambarnya. Namun, saat Gea tengah mewarnai lukisannya, ibu Gea datang dan merobek lukisan Gea.

"Gea!!! Sudah berapa kali ibu bilang, jangan pernah melukis!!"

"T-tapi mengapa bu? Melukis adalah cita-cita Gea dari kecil."

"Ga!!! Pokonya kamu harus jadi seorang dokter."

"Tapi Gea ga minat masuk ke jurusan kedokteran. Gea mau jadi seniman hebat bu."

"Gea, kamu ga sayang ibu??"

"Gea sayang ibu!!! Tapi Gea juga mau jadi diri Gea sendiri."

"Jadi kamu mau ibu mati?"

Deg

"Mengapa ibu mengatakan hal konyol seperti itu? Tidak ada kaitannya bu. Pokoknya Gea bakal tetap jadi seorang seniman."

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun ibu Gea langsung meninggalkan Gea di kamarnya.

Dari kejadian itu hubungan Gea dengan sang ibu semakin renggang. Bahkan mereka hanya berbicara seperlunya saja. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Hingga pada suatu hari.

"osen banget. Mm... Kayaknya ngelukis seru nih,"

ujar Gea sambil beranjak dari tempat tidurnya.

"Mm... Gambar apaan yah? Lukis seorang wanita aja ah."

Gea pun mulai membuat sketsa wajah, badan dan lain lain.

Setelah 1 melukis, akhirnya lukisan Gea selesai. 

"Woww... Ini lebih indah dari yang Gea bayangkan sebelumnya,"

Sorak Gea dengan gembira. Karna gambarnya telah selesai.

Saat itu juga ibu Gea masuk ke dalam kamar Gea untuk memberikan cemilan.

"Astagfirullah, Gea!! Kenapa kamu lukis wanita itu!!! Buang gambar itu sekarang juga Gea!!!"

Titah ibu Gea dengan ekspresi wajah ketakutan.

"Tapi kenapa bu? Ini lukisan Gea!! Ibu ga berhak nyuruh Gea buat buang gambar ini!!"

"Argh!!!"

Tanpa pikir panjang ibu langsung mengambil lukisan itu dan membuangnya ke tempat sampah.

*

Malam harinya Gea terbangun dari tidurnya karna ia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya.

"Siapa?"

Tidak ada sahutan dari luar.

Tok

Tok

"Ck!!! Ibu kalo mau masuk tinggal masuk aja!!"

Namun tetap tidak ada sahutan dari luar. Kini suasana kamar Gea mencekam, di iringi dengan suara wanita yang tengah menangis.

"Hiks, hiks. Sakit, sakit. Hiks hiks"

"Siapa di sana? GEA MOHON DIAM!!"

teriak Gea sambil menutup kedua telinganya menggunakan bantal.

"Hihihi, Gea. Tolong kakak, kakak kesakitan hiks, hiks."

Suara itu benar-benar mengerikan. Kadang tertawa dan kadang menangis. Dan suara itu berlangsung sampai adzan subuh berkumandang.

Kejadian ini terus saja berulang selama 1 Minggu penuh. Namun pada suatu malam. Di saat Gea tengah mengambil satu gelas air minum di kulkas terdengar suara wanita cantik memanggil namanya.

"Gea, apakah kamu tidak ingat pada kakak? A-aku kakak mu Gea. Hihihi. Wanita itu jahat Gea!! Dia tega memisahkan kita. Hiks, hiks. "

Kini wanita itu berbicara di depan mata Gea. Wanita itu cantik sekali. Dan tanpa Gea duga. Wanita itu sama persis seperti apa yang Gea sambar 1 Minggu yang lalu. Wanita itu berambut hitam pajang, dengan kulit putih pucat dan baju berwarna merah. Yang sama persis seperti yang Gea gambar waktu itu.

"Ga!! Kamu bukan kakak Gea!! Gea anak tunggal!!! Dan kamu, kamu adalah wanita yang Gea gambar!! Kenapa kamu bisa hidup??"

Tanpa menjawab pertanyaan Gea, wanita itu menghilang dengan kesenduan yang menghiasi wajahnya.

Keesokan harinya. Gea menceritakan semua kejadian selama kepada ibunya. Ibu Gea benar-benar terkejut dengan apa yang Gea katakan. Hingga pada akhirnya ibu Gea mengakui semua perbuatannya di masa lalu.

"G-gea, wanita itu emang kakak mu. Dulu, saat dirimu belum lahir kedunia ini. Ibu dan kakakmu mengalami sebuah konflik dan tanpa ibu sadar ibu telah membunuh kakak kandungmu. Maafkan ibu. Jika Gea mau melaporkan ibu kepolisi ibu ikhlas. Itu lah mengapa ibu menyuruh mu untuk membuang lukisan…

JALAN TOBAT TUKANG MALAK


JALAN TOBAT TUKANG MALAK

 

 

 

 

BY : MUHAMMAD FADHIL NURHIKAM


Pada suatu hari, hiduplah seorang remaja laki laki yang bernama Fahri yang suka memalak teman temannya di sekolah. Fahri tinggal di

Provinsi Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Garut. Fahri tinggal bersama ibunya yang bernama Ende dan ayahnya yang bernama Ijang.

 

 

Pada saat Fahri masih kelas 1 SD sampai kelas 1 SMP, Fahri terkenal sebagai anak yang baik, rajin dan pintar, ia selalu ranking pertama dan menjadi juara umum tetapi semuanya berubah pada saat Fahri memasuki kelas 2 SMP, Fahri salah pergaulan karena teman sekelasnya anak anak yang nakal, sejak kelas 2 SMP lah Fahri menjadi anak yang nakal, Fahri sering bolos pada saat jam pelajaran, merokok, mencuri barang barang temannya, makan lima gorengan ngakunya cuma makan satu, dan lain sebagainya. Ranking Fahri pun menurun yang asalnya ranking pertama menjadi ranking ke dua puluh lima dan tidak menjadi juara umum lagi.

 

 

Ibu Ende atau ibunya Fahri pun kesal pada saat pembagian rapor, ia bertanya kepada wali kelasnya, kenapa kok anak saya menjadi seperti

ini padahal dulu dia pintar dan rajin dan selalu ranking 1 dan juara umum sekarang kenapa menjadi ranking kedua puluh lima di kelasnya dan

tidak juara umum lagi. Wali kelasnya pun menceritakannya bahwa semenjak Fahri duduk di kelas 2 SMP Fahri menjadi siswa yang nakal suka sekali bolos saat jam pelajaran berlangsung.

 

 

Mendengar itu ibu Ende pun kesal kepada Fahri kenapa jadi kayak begini, pada saat ibu Ende sampai di rumah ia langsung mendatangi kamar Fahri dan langsung menarik Fahri keluar kamar dan

membawanya ke ruang tamu, di situ Fahri langsung dimarahi oleh kedua orang tuanya habis habisan karena jadi nakal dan terkena pergaulan bebas.


Saat memasuki kelas 3 SMP, Fahri menjadi semakin nakal apalagi ia sekelas dengan anak yang sangat nakal, teman laki laki sekelasnya itu sering masuk ke bk karena kenakalannya, semenjak itu Fahri berteman dengan keempat orang yang bernama Ardan, Reza, Fajar, Ariel. Fahri selalu disuruh oleh keempat temannya itu untuk memalak teman perempuan sekelasnya, dengan cara mengambil tas, kaca, buku, bedak, bahkan pensil dan pulpen pun diambil oleh Fahri dan jika teman perempuannya ingin barangnya kembali harus membayar dengan uang, nominalnya dua ribu rupiah sampai dengan lima ribu rupiah.

 

 

Karena jika ia tidak patuh dengan keempat temannya itu ia akan dipukul. Tetapi tetap saja, Fahri tetap dipukul oleh teman perempuan yang barangnya diambil oleh Fahri, teman perempuan yang memukul Fahri diantaranya ada Zahwa, Salva, Febi, Anisa, Sisil, dan Alfi. Mereka kesal karena barangnya selalu diambil oleh Fahri, karena itulah Fahri disebut dengan julukan si pemalak dan si tangan panjang.

 

 

Pada saat memasuki kelas 1 SMA, Fahri menjadi semakin nakal dan liar ia mulai mencuri rumah orang, mabuk mabukan, main judi, dan jika di sekolah ia masih sama yaitu melakukan pemalakan, akan tetapi pemalakannya lebih parah dari pada saat Fahri masih duduk di bangku SMP, saat SMA ia mengambil barang orang di kelasnya sendiri dan di kelas orang lain dan jika ingin barang nya dikembalikan mereka harus ditebus dengan uang. Fahri pun di DO oleh sekolahnya karena

kasusnya sangat parah dan sudah tidak bisa ditangani oleh guru guru di

SMA.


Pada saat usia Fahri sudah 19 tahun ibunya Fahri yaitu Ende binti Agus meninggal dunia tepatnya pada hari Jumat tanggal 4 Oktober tahun 2024 pada pukul lima subuh. Mendengar kabar itu Fahri pun merasa sedih karena ditinggal oleh orang yang paling ia sayangi dan cintai, dan Fahri pun menyesal karena menjadi anak yang nakal, yang suka mabuk mabukan, main judi, dan tidak dapat diatur, ayahnya pun memberikan surat wasiat kepada Fahri yang ibunya titipkan saat masih hidup kepada ayahnya karena ibunya terkena sakit kanker paru paru stadium akhir dan hidupnya tidak lama lagi. Pada saat Fahri membuka surat wasiatnya itu ia membaca nak kamu tobat ya jangan jadi anak yang suka mabuk mabukan, bermain judi, dan yang lainnya ya, karena jika kamu terus begitu ibu akan tersiksa di alam kubur nak, emangnya kamu mau melihat ibumu ini tersiksa di alam kubur, dan jangan lagi kamu meninggalkan solat lima waktu ya nak, kembalilah ke jalan yang benar. Fahri yang membaca surat wasiatnya itu pun langsung menangis sejadi jadinya dan Fahri pun menuruti kemauan terakhir ibunya yaitu untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

 

 

 

Fahri pun kembali ke jalan yang benar sedikit demi sedikit, ia sekarang sering bangun jam tiga pagi untuk melaksanakan sholat tahajud dan membaca alquran sambil menunggu azan subuh berkumandang, pada saat azan subuh berkumandang Fahri pun segera berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah, setelah itu Fahri pun melakukan sedekah subuh dan memasukkannya ke dalam kotak amal yang ada di dalam masjid, pada saat pukul delapan pagi ia pun melaksanakan sholat dhuha, setelah sholat dhuha Fahri pun berangkat dari rumahnya untuk mencari pekerjaan yang halal, tetapi ia tetap saja tidak mendapatkan pekerjaan dikarenakan ia hanyalah lulusan SMP

saja, makanya sangat susah sekali untuk mencari pekerjaan.


Fahri pun pamitan kepada ayahnya untuk mencari pekerjaan di Kota Jakarta, sesampainya ia di Jakarta ia pun langsung mencari pekerjaan di rumah sakit terkenal di Jakarta dan ia pun diterima walaupun hanya sebagai ob saja, tetapi gajinya juga sangat lumayan setara dengan umr Bandung yaitu sekitar empat juta rupiah, Fahri pun hidup bahagia di Jakarta walaupun hanya sebagai ob saja.

 

 

 

~BERSAMBUNG~

CINTA BERSEMI DI BALIK SEBUAH MIMPI

 

CINTA BERSEMI DI BALIK SEBUAH MIMPI


BY : MUHAMMAD FADHIL NURHIKAM

 

 

Di sebuah rumah sakit terbaik di Jakarta hiduplah seorang ob yang bernama Fahri, ia bekerja di sana karena hanya rumah sakit itu yang mau menerimanya walaupun hanya menjadi ob saja. Fahri berasal dari Garut, Jawa Barat, ia merantau dari Garut ke Jakarta hanya untuk mencari nafkah, karena ayahnya Fahri yaitu Ijang sudah tidak sanggup dan sudah tidak ada tenaga untuk mencari nafkah, sedangkan Fahri masih muda dan masih bertenaga, Fahri rela meninggalkan ayah dan adik perempuannya yang ada di kampung demi bisa membiayai mereka berdua, ibunya Fahri yaitu almarhumah Ende sudah meninggal saat Fahri masih duduk di bangku SMA karena terkena kanker yang sangat ganas.

 

 

Pada suatu hari dokter Rahayu tidak sengaja bertabrakan dengan Fahri, pada saat Fahri memandang wajah dokter Rahayu, Fahri sontak langsung memiliki perasaan pada dokter Rahayu karena kecantikan dan kepintarannya. Rahayu adalah seorang anak dari tukang jamu keliling yang pendapatannya tidak seberapa, dan Rahayu adalah salah satu korban bullying saat Rahayu masih sd, ia selalu mendapatkan hinaan dari teman temannya karena ia adalah seorang anak yatim dan

hanyalah seorang anak tukang jamu keliling tetapi dengan kepintarannya ia bisa menggapai cita citanya yaitu untuk menjadi seorang dokter.


Beberapa hari kemudian, Fahri langsung mengungkapkan perasaannya pada dokter Rahayu, dokter sejak pertama kali kita bertemu saya langsung suka sama dokter, mau tidak dokter jadi istri saya ”, tetapi di dalam pikirannya mana mana mungkin seorang dokter mau menikah dengan seorang ob ia sadar bahwa kasta ia di bawah dokter Rahayu, dokter Rahayu mungkin akan menikahnya juga dengan sesama dokter atau gak dengan orang yang kastanya lebih tinggi dari dia. Tidak lama dokter Rahayu pun menjawab pertanyaan dari sang ob tersebut mau, Fahri yang mendengar itu pun sontak kaget dan tidak percaya bahwa dokter Rahayu menerima cinta Fahri yang hanya seorang ob. Mereka pun menjalin hubungan nya dengan serius, 3 bulan kemudian, Fahri melamar Rahayu dan pada bulan ke 4 mereka mulai mencari mua, tempat sewa pakaian, hampers untuk tamu dan yang lainnya.

 

 

5 bulan kemudian, mereka pun menikah secara sederhana, tidak lama dari pernikahan, mereka langsung diberikan karunia sepasang anak kembar laki laki dan perempuan, Fahri selalu memanjakan Rahayu saat sedang hamil, tidak terasa 9 bulan telah berlalu, anak mereka pun lahir dan diberi nama Ghani dan Ghina mereka lahir dengan selamat dan sangat sehat, mereka sangat senang atas kelahiran kedua putra dan putrinya, ayah dari Fahri pun pindah ke Jakarta karena di kampung sudah tidak ada lagi yang mengurusnya dan adik perempuannya pun di ajak ke Jakarta dan bersekolah di Jakarta, dan ibunya Rahayu pun tinggal bersama dengan Fahri, Rahayu, ayah dan adik dari Fahri, dan si kembar. Di rumah mereka sangatlah ramai karena banyak sekali penghuninya, tetapi Rahayu dan Fahri sangat senang karena tidak kesepian dan bisa berkumpul dengan keluarga besarnya setiap hari tanpa harus menunggu momen tertentu seperti lebaran idul fitri, lebaran idul adha, ataupun tahun baru masehi. Mereka hidup dengan sangat bahagia di rumah yang sangat mewah dan megah bahkan mereka memiliki 3 orang pembantu dan 2 orang supir pribadi untuk mengantar jemput mereka setiap hari.

 

 

 

~TAMAT~