Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

Berkat Cinta Seorang Guru

 Berkat Cinta Seorang Guru

Karya: Naida

Kelas: 7J

Pada senin,25 November 2024,suasana SMP Citra Bangsa  begitu ceria .Pagi itu adalah Hari Guru ,semangat para murid dan guru begitu terasa .Hari ini bukan sekedar hari biasa ,para murid sudah menyiapkan kejutan  sepesial untuk para pengajarnya ,terutama Ibu Ani ,guru yang paling mereka hormati .

Ibu Ani adalah guru matematika yang sudah mengajar di SMP Citra Bangsa selama lebih dari 15 tahun .Meski wajahnya tidak lagi muda,semangat Ibu Ani dalam mengajar tak pernah pudar.Ia selalu datang lebih awal dan pulang lebih larut, untuk mempersiapkan materi dengan hati-hati .Ibu Ani dikenal sebagai guru yang tidak hanya mengajarkan rumus dan teori,tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan ,seperti ketekunan ,kejujuran,dan kerja keras.

Pagi itu ,Ibu Ani datang seperti biasa,meski suasana sudah agak berbeda.Sesampainyaa di ruang guru ,ia langsung di sambut oleh seorang murid bernama Dika ,yang terlihat sibuk menyiapkan sebuah kotak kecil di atas meja.

"Selamat pagi,Ibu",sapa Dika sengan senyum lebar,mencoba menyembunyikan kegembiraannya.

"Pagi,Dika .Ada apa nih,kok kelihatanya sibuk banget?"tanya Ibu Ani sambil meletakan tas nya.

Dika tersenyum malu-malu ,kemudian membuka kotak itu .Isinya adalah sebuah kartu ucapan yang di buat dengan tangan sendiri,lengkap dengan gambar bunga dan tulisan besar:"Terima Kasih Ibu Ani ,Guru Terbaik Kami".

"Ibu,Ani terimaksih banyak .Tanpa bantuan Ibu ,saya mungkin masih kesulitan dengan pelajaran amtematika .Ibu sabar sekali mengajarkan kami,bahkan saat kami banyaj tanya,"ujar Dika tulus. 

Ibu Ani terharu mendengar kata-kata itu .Dalam hatinya,ia merasa semua usahanya dalam mengajar akhirnya terbayar.Ia selalu percaya bahwa seorang guru bukan mengajrkan pengetahuan ,tetapi juga memberikan pemahaman bahwa setiap anak berhak sukses dengan carannya masing-masing .

Upacara Hari Guru di lapangan sekolah di mulai dengan khidmat .Kepla sekolah memberikan pidato yang penuh makna ,mengingatkan kepada seluruh murid bahwa tanpa guru,mereka mungkin tidak di tempat mereka sekarang .Setelah pidato ,para murid mengucapkan terimakasih dengan tepuk tangan dan bunga sebagai tanda penghormatan untuk para guru .

Setelah upacara selesai,Dika yang merasa begitu terimakasih,dengan hati-hati menyerahkan bunga kecil yang di beli di depan sekolah kepada Ibu Ani ."Ini untuk Ibu ,sebagai tanda terimakasih kami,"kata Dika ,sambil tersenyum lebar.

Ibu Ani menerima bunga itu dengan rasa haru ."Terimaksih,Dika.Kamu sudah membuat hari saya sangat sepesial ",kata Ibu Ani,sambil membelai kepala Dika dengan penuh kasih.

Hari itu ,Ibu Ani merasa sangat bersyukur.Ia merasa bahwa apa yang ia lakukan selama ini benar-benar berati .Tidak hanya mengajarkan ilmu ,tetapi memberikan harapan dan cinta untuk setiap anak yang ia ajar .



Pada senin pagi ,25 November 2024 ,di Hari Guru ini,Ibu Ani tahu bahwa peran seorang guru lebih besar dari sekedar menyampaikan pelajaran .Guru adalah pembingbing yang memebri inspirasi dan cahaya bagi masa depan generasi muda .Dan itulah yang membuatnya merasa begitu bangga dan berharga ,meski dunia seringkali tidak melihat segala perjuangan dan pengorbanan para guru .


Selamat Hari Guru!

Bersinar Menjadi Bintang


Bersinar Menjadi Bintang 

Karya : Naira Hilmiyah

Kelas : 9G


Dimana letak keadilan untuk kami?

Aku adalah Mahendra, salah satu anggota dari kelompok bintang. Dimana kami adalah orang-orang yang selalu di rendahkan di sekolah. Dengan alasan, kami terlahir dari keluarga miskin. Kelompok bintang terdiri dari enam orang yakni, Karen, Bayu, Gatra, Vira, Eldar dan aku.

Di saat semua orang di berikan hak untuk belajar di sekolah, tapi kami hanya di jadikan sebagai sebuah pajangan. Kami benar-benar tidak di berikan kesempatan untuk belajar ataupun mengembangkan bakat yang kami punya.

"Pa, tolong berikan kami kesempatan untuk belajar seperti anak-anak lain di sini. Kami juga murid di sini pa, kami punya hak atas semua ini. Bapa boleh kok, menugaskan kami seperti biasanya, kami siap membersihkan seluruh penjuru sekolah ini, asalkan bapa memberikan kami hak untuk menuntut ilmu di sini."

Ujarku saat berhadapan dengan bapak kepala sekolah.

"Ck!! Apakah saya terlihat perduli dengan ini semua?"

Ujarnya sambil tersenyum licik.

"Oh jadi seperti ini respon bapa, terhadap kami semua? Bagaimana jika kita buat kesepakatan,"

Ujar Karen sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Menarik, apa itu?"

"Jika kami memenangkan lomba di acara hari guru itu, bapa harus memberikan kami beasiswa sampai kami menjadi sarjana. Namun, jika kami kalah dalam lomba tersebut, kami selaku kelompok bintang akan keluar dari sekolah ini."

Jelas Karen yang membuat pa Rudi tersenyum 

"Apakah kamu yakin, Karen?"

"Tentu saja, apakah bapa takut?"

"Tentu saja tidak. Saya terima kesepakatan ini."

Setelah menyepakati kesepakatan itu. Aku dan teman-temanku berkumpul di Aula belakang sekolah.

"Karen!! Apa kamu yakin sama apa yang kamu ucapkan tadi? Jika kita tidak memenangkan lomba - lomba itu bagaimana?"

Ujar Gatra khawatir.

"Jangan bilang seperti itu, kita harus yakin dengan diri kita sendiri. Lagian lomba-lomba di sana cukup mudah, bahkan kita semua punya bakat itu. "

"Emangnya, lomba apa saja yang akan di gelar di acara itu?"

Tanya bayu.

"Lomba membuat cerpen, lomba melukis, lomba bernyanyi, lomba membaca puisi dan lomba drama musikal."

Jelas Karen.

"Wah!! Kalo begitu. Ayok!! Kita berbagis tugas!!"

Sorak Eldar dan Vira 

"Baiklah, Mahendra kamu ikut lomba membuat cerpen, karna kamu mahir dalam membuat cerpen. Bayu kamu ikut lomba membaca puisi aku tau kamu mahir dalam membaca puisi. Eldar kamu ikut lomba melukis karna lukisan kamu begitu indah. Gatra dan Vira kalian ikut lomba drama musikal dan aku akan ikut lomba bernyanyi. Apakah kalian semua setuju?"

"SETUJU!!!"

Satu Minggu berlalu. Kini lomba di acara memperingati hari guru akan di laksanakan. Aku dan teman-temanku sudah cukup siap untuk melaksanakan perlombaan ini.

Kini setelah melaksanakan upacara bendera. Acara perlombaan pun di mulai. Dan perlombaan pertama adalah lomba membuat cerpen.

"Mahendra, kamu pasti bisa!! Semngat!!"

Monologku di dalam hati, berniat untuk menyemangati diriku sendiri.

Lomba cerpen ini cukup ketat dalam persaingannya, karna aku harus bertanding melawan kelas unggulan di mana kelas itu berisikan anak-anak yang begitu cerdas, yaitu adalah kelas lX-A.

Di sini aku membuat cerpen yang berjudul " Di antara dua sujud"

Setelah lomba cerpen di adakanya lomba kedua yakni adalah lomba membaca puisi.

Kini Bayu tengah mempersiapkan mentalnya untuk maju ke atas panggung dan membacakan puisi yang berjudul "Bisikan Angin" karya dari Naira.

Dan lomba yang ketiga adalah lomba melukis yang di ikuti oleh Eldar. Ia melukis sebuah karya yang begitu menakjubkan, ia menggambar enam bintang di langit yang terus menyinari gelapnya malam. Dan di dalam lukisan itu terdapat banyak sekali makna dan luka yang terkandung. 

Dan lomba yang ke empat adalah lomba bernyanyi yang di ikuti oleh Karen. Ia menyanyikan lagu laskar pelangi karya Nidji.

Dan lomba terakhir adalah lomba drama musikal yang di ikuti oleh Gatra dan Vira selain itu kami juga ikut serta dalam peran drama musikal ini yang berjudul " Rumah Tanpa Jendela."

Setelah mengikuti semua lomba, kamu di berikan waktu untuk beristirahat selama 30 menit. Dan selama itu juga kami gunakan waktu itu untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan mengaji.

Setelah 30 menit. Semua siswa dan siswi di pinta untuk berkumpul di lapangan kembali, untuk mengumumkan juara dari ke 5 lomba tersebut.

Dan tanpa di duga,

Aku mendapatkan juara pertama menulis cerpen, Bayu mendapatkan juara 2 membaca puisi, Eldar mendapatkan juara 1 melukis, Karen mendapatkan juara 3 bernyanyi dan Gatra dan Vira meraih juara satu drama musikal.

Di sana kami berenam bersorak gembira, karna usaha kami selama ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Ke esokan harinya kami selaku kelompok bintang, di panggil untuk menghadap bapa kepala sekolah di ruangannya.

"Assalamualaikum, apakah benar bapa memanggil kamu berenam kemari?"

Tanyaku memastikan.

"Yaa, benar sekali. Saya memanggil kalian ke sini untuk menepati janji saya. Saya akan memberikan beasiswa untuk kalian berenam sampai kalian menjadi sarjana. Namun, ada syarat yang harus kalian penuhi."

"A-apa itu?"

"Kalian harus mau mewakili sekolah ini untuk mengikuti 

lomba antar provinsi. Selain itu kalian juga harus terus meningkatkan prestasi kalian. Apakah kalian sanggup??"

"TENTU!! KAMI SANGGUP PA!!"

Sorak kami dengan penuh kebahagiaan.

"Baguslah. Oh iya, maafkan bapa karna sudah mengucilkan kalian selama ini. Seharusnya bapa tidak melakukan kesalahan yang begitu besar ini. Apakah kalian berkenan untuk memaafkan bapa?"

"Tentu saja pa, bukankah manusia adalah tempatnya dosa dan salah? Jadi untuk apa kita berpura-pura sempurna hanya untuk di hargai?"

"Bapa benar-benar bangga kepada kalian semua. Terus lah berkarya sampai kalian menjadi bintang."


"Tentu, sekali lagi terima kasih pa."


"Sama-sama."


Semenjak peristiwa kemenangan kelompok bintang. Kami ber enam sudah tidak lagi di kucilkan dan bahkan nama kelompok kami terkenal, dan kami juga mendapat hak kami untuk menuntut ilmu. Bahkan kami menjadi sarjana.

Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu

 Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu

Karya : Muslimah

Kelas : 9D 

"Ibu, Keysa pergi dulu assalamualaikum.." Keysa berlari menghampiri sepeda yang terparkir di halaman rumah nya "Iya waalaikumsalam hati-hati Keysa" ibunya kembali bersih-bersih halaman rumah setelah Keysa pergi.

Keysa sampai di tempat Umay, ia menunggu Umay sambil bermain ponsel, tak berselang lama Umay menghampiri Keysa "Yuk Kekey aku udah siapp" Umay berputar melihat kan gamis yang ia pakai "Kekey, apakah ini bagus?" Umay tersenyum riang, "Iya, itu sangat cocok untuk Umay" Keysa tertawa kecil, sungguh sahabat nya ini sangat lucu.

Mereka berdua kini berada di toko buku. "Umay aku mau mencari buku di sana, kamu tunggu aja di sini sambil membaca bukumu. tenang saja, aku tidak akan meninggalkan mu lagi okee" Keysa menepuk pundak Umay lalu pergi mencari buku yang ia inginkan, Umay hanya mengerutkan dahinya, ia sungguh trauma sewaktu minggu lalu di tinggalkan oleh sahabatnya di toko buku sendirian "awas saja kalau dia meninggalkan ku lagi" Umay bergumam sambil terus membaca buku.

Keysa melihat-lihat sekelilingnya, Keysa sudah lelah mencari buku itu namun ia melihat ada seorang pemuda yang sedang memegangi buku yang ia cari, Keysa menghampiri pemuda itu untuk bertanya kepadanya "Halo... maaf menganggu waktu membaca mu tapi apa boleh aku tau buku apa yang sedang kamu baca?" Keysa sedikit gelagapan saat berbicara karena ia sungguh gugup, "Oh iya halo.. tentu saja, buku ini berjudul Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu memangnya ada apa?" pemuda itu balik bertanya kepada Keysa, "Wahh... apa aku boleh tau dimana kamu mendapatkan buku itu? dari tadi aku berkeliling mencari buku itu tapi aku tidak menemukannya..." pemuda itu berdiri lalu menunjukkan arah buku yang Keysa cari, "Terimakasih atas bantuannya" Keysa tersenyum lalu berjalan ke arah yang pemuda itu tunjuk.

"Hmm mana mana mana... nahh itu dia... akhirnya aku menemukannya, tapi itu terlalu tinggi untuk aku gapai" Keysa mencari-cari kursi untuk menggapai rak buku yang cukup tinggi tapi pemuda tadi membantu nya mengambil kan buku itu dan sekali lagi Keysa berterima kasih.

Hari sudah mulai sore, Keysa kembali ketempat Umay berada lalu mengajak Umay untuk pulang. Mereka pulang bersama dan Keysa bercerita tentang pemuda yang ia temui "Kamu tau Umay, dia sangat tinggi dan juga tampan, selera kita juga sama soal buku, apa mungkin dia itu jodohku?" Umay hanya tertawa mendengar ocehan Keysa.

Hari ini Umay tidak bisa ikut Keysa ke toko buku karena sedang ada acara keluarga jadi terpaksa Keysa pergi sendiri, Keysa melihat-lihat buku-buku yang tertata rapih itu, tak disangka ia berjumpa kembali dengan pemuda kemarin. "wah sungguh kita bertemu lagi? Ya Allah apa mungkin kami jodoh?" Keysa tersenyum saat melihat pemuda itu memilih buku yang akan ia baca namun pandangannya tertuju pada sebuah kalung di leher pemuda itu, kalung itu berbentuk salib. Keysa tersenyum "Ya Allah ciptaanmu memang sangat indah, aku sampai kagum untuk sesaat, memang benar seperti judul buku ya Allah, dia ciptaanmu namun bukan hambamu, sungguh luar biasa." Keysa tersenyum sambil menggeleng kan kepalanya, mengambil buku lalu pergi dari toko itu untuk pulang, ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya, "Gadis itu sangat sempurna sampai aku lupa siapa Tuhanku".

Jangan dengerin omongan orang lain

 Jangan dengerin omongan orang lain

Karya : Naida

Kelas : 7J

Justin selalu mimiliki impian besar ,yaitu menjadi seniman  terkenal .Setiap kali ada waktu luang ,ia akan menggambil kuas dan cat ,lalu memulai melukis apa saja yang menarik perhatiannya .Namun ada ,satu hal yang selalu menggangunya 

•omongan orang di sekitarnya 

"Ngapian sih kamu melukis terus ?itu bukan pekerjaan serius!"kata anak tetangganya suatu hari ."Kenapa nggak fokus bantuin orang tua aja itu lebih bermanfaat ".

Justin merasa kesal, namun ia berusaha tetap tenang .Setiap hari ,omongan itu terus saja terdengar ,seakan - akan mengingatnya bahwa impian besar nya itu hanya halusinasi .Bahkan beberapa temannya ikut berkata ,"Mending kamu berhenti deh ,buat apa sih jadi seniman ? Itu kan nggak ada masa depannya".

Meski demikian ,Justin tidak bisa mengembalikan hasratnya. Lukisan-lukisan itu adalah bagian dari dirinya ,dan ia tahu meskipun orang lain meraggukan,hatinya yakin bahwa inilah jalannya.

Tapi tak bisa dipungkiri ,kadang omongan orang itu membuat ragu .

Suatu hari ,saat Justin menggambar di bawah pohon besar di halaman rumah ,seorang pemuda yang kebetulan lewat menghampirinya.

"Wah ,lukisanmu keren sekali" ,kata pemuda itu ."Kamu punya bakat luar biasa.Kalau kamu terus mengasahnya ,kamu bisa jadi seniman hebat".

Justin terkejut , karena belum pernah ada yang memberi pujian seperti itu.Pemuda itu melanjutkan ,"Jangan dengarkan kata-kata orang yang meragukanmu.Mereka tidak tahu apa yang bisa kamu capai .Hanya kamu orang yang tahu impianmu yang sebenarnya".

Kata-kata pemuda itu membuat Justin berpikir .Ya, orang-orang itu mungkin  meraggukannya ,bahkan menghina impian yang sangat ia cintai , tetapi itu tidak bisa membuatnya berhenti .Dia tidak akan memberikan keraguan orang lain menghalangi langkahnya .Dan ia berpikir bahwa orang yang banyak  meng support itu orang yang kita tidak kenal ,dibandingkan orang yang kita kenal karena kalo karena kalo orang yang kita kenal itu takut nya dia ketinggalan sama kita .

Sejak saat itu , Justin menyadari satu hal: omongan orang yang meragukan ,menghina atau mengejek impian kita bukanlah hal yang harus kita dengarkan.Yang terpenting adalah percaya pada diri sendiri dan terus maju ,meskipun dunia seakan tidak mendukung .

Regret

 Regret 

Karya : Naira

Kelas : 9G


"Mungkin ini adalah hukuman untukku karna telah menyia-nyiakan berlian sepertimu, nak."

ujar lirih seorang pria paruh baya. Sambil memeluk batu nisan putrinya.


"Kamu benar, Andra. Perbuatan mu di masa lalu begitu menyakitkan untuk putrimu, alisha. Aku harap dengan adanya teguran ini, kamu bisa berubah."

ujar Gisel sambil menatap sendu ke arah Andra.


"S-siapa kamu?"


"Gisel, namaku Gisel. Aku adalah dokter pribadi alisha, putrimu."


"Bagaimana bisa? Bahkan aku tidak tau akan dirimu."


"Soal itu, tanyakan saja pada dirimu sendiri. Aku cuman mau memberikan handphone milik alisha."

ujar dokter Gisel sambil memberikan handphone alisha.


"Terimakasih."

Gisel hanya menganggukkan kepalanya dan pergi dari tempat pemakaman itu.


***



Saat ini Andra tengah berada di salah satu cafe dekat kantor nya. Di saat ia tengah menikmati coffee di sana, ada seorang gadis yang tak sengaja menumpahkan minumnya mengenai pakaian Andra.


"Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja."

Ujar gadis itu sambil mencoba membersihkan pakaian Andra.


"Tidak ap-"


"A-alisha? K-kamu Alisha kan"

ujar Andra terbata-bata saat melihat wajah gadis itu yang begitu mirip dengan Alisha.


"A-alisha? S-saya bukan alisha om, nama saya Aliya."

Ujar gadis itu sambil membereskan minumannya yang tumpah.


"Tapi kam-"


"Saya ada urusan om, saya duluan. Permisi."

ujar gadis terburu-buru. Tanpa sadar ia meninggalkan dompetnya.


"Dompet ini kan milik gadis tadikan?"

Monolog Andra sambil membuka isi dompet itu untuk melihat ktpnya. Karna andra berniat untuk mengantarkan dompet itu ke alamat rumahnya.


Namun, saat Andra melihat kpt tersebut ia benar-benar terkejut akan kebenarannya.



***


Di malam harinya. 

Kini Andra tengah mengendarai mobil nya menuju rumah  Aliya, gadis yang ia temui di cafe tadi. Tiba-tiba handphonenya berdering. Karna keasikan berbincang Andra jadi tidak fokus mengendarai mobilnya yang pada  akhirnya Andra mengalami kecelakaan.



Untungnya ada seorang gadis yang melihat kecelakaan tersebut dan langsung menghubungi ambulance.


"Om, om sabar yah bentar lagi ambulancenya datang kok, om yang kuat yah."


"A-alisha, putriku."

ujar Andra lirih sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.



Sesampainya di rumah sakit. Andra langsung mendapatkan penanganan dari dokter yang ada di sana.


3 jam lamanya akhirnya lampu ruangan oprasi mati, pertanda oprasi sudah selesai.


Kini Andra tersadar dari komanya selama tiga dari. Dan pemandangan pertama yang Andra lihat adalah putri kecilnya yang telah meninggalkannya.


"A-alisha, putriku."


"Dia bukan putri mu, Andra!!"

Ujar seorang wanita cantik dengan begitu tegas.


"S-siapa kamu."


"Andra, Andra. Setua itu kah dirimu, sampai kamu tidak ingat dengan ku? AKU DENA ANDRA!!"


Ya, wanita itu adalah Dena. Sahabat kecil Andra.


"B-bagaimana kamu bisa ada di sini, Dena?"


"Itu karna putriku ada di sini."

ujarnya sambil merangkul Aliya.


"Alisha bukan putri mu, Dena!"


"DIA BUKAN ALISHA, ANDRA!! ANAKMU SUDAH MATI!!"


"Tidak, kamu bohong, Dena. Dia adalah putriku. Dia putriku Dena."


"Apa bukti jika dia adalah putri mu?"


"A-aku punya ktpnya. Di sana tertera nama dan alamatnya. Aku tidak sebodoh itu Dena."

ujar Andra sambil memberikan dompet yang ia temui 3 hari yang lalu.


"Haha, Andra, Andra. Ternyata kamu tidak sebodoh yang ku kira. Ya, dia adalah anak mu. Tapi tidak dengan sekarang, karna sekarang alisha adalah anaku."


"Tidak, dia adalah putri ku. Alisha, bilang sama Dena kamu itu putri ayah. Bilang sama dia nak."


"T-tidak ayah, alisha bukan lagi anak ayah. Alisha cape yah, alisha cape. Ayah udah terlalu banyak menaburkan luka di hati Al, Al juga manusia yah, Al cape selalu ayah siksa, Al juga cape selalu ayah hukum. Maafkan Al karna udah bohongin ayah, Al udah buat pernyataan kematian palsu itu."


"Alisha, maafin ayah nak, kasih ayah kesempatan kedua buat jadi ayah buat alisha."


"Keputusan alisha udah bulat yah, tapi kalo ayah mau ketemu alisha ayah boleh kok kerumah ibu Dena, kapan pun ayah mau. Tapi jangan paksa Al buat tinggal lagi sama ayah. Al ga mau yah, sekali lagi maafin Al."


"Andra, jadikan ini sebuah pelajaran paling berharga buat kamu yah. Kamu masih boleh kok ketemu alisha, datang saja kerumahku, kapan pun kamu mau. Aku dan alisha pamit pulang dulu yah, assalamualaikum."

Ujar Dena sambil tersenyum lirih ke arah Andra, begitupun dengan alisha yang sudah di banjiri oleh air mata. Mereka berdua pun pergi dari ruangan tempat Andra di rawat.


"Ya tuhan, sebesar itu kah kesalahan ku terhadap putri kecilku? Sampai-sampai ia tidak mau kembali bersamaku lagi. Ya tuhan, kini engkau telah berhasil mengambil malaikat kecilku dengan bahagianya. Sekali lagi maafkanlah ayah mu ini, wahai permata hatiku."