Regret
Karya : Naira
Kelas : 9G
"Mungkin ini adalah hukuman untukku karna telah menyia-nyiakan berlian sepertimu, nak."
ujar lirih seorang pria paruh baya. Sambil memeluk batu nisan putrinya.
"Kamu benar, Andra. Perbuatan mu di masa lalu begitu menyakitkan untuk putrimu, alisha. Aku harap dengan adanya teguran ini, kamu bisa berubah."
ujar Gisel sambil menatap sendu ke arah Andra.
"S-siapa kamu?"
"Gisel, namaku Gisel. Aku adalah dokter pribadi alisha, putrimu."
"Bagaimana bisa? Bahkan aku tidak tau akan dirimu."
"Soal itu, tanyakan saja pada dirimu sendiri. Aku cuman mau memberikan handphone milik alisha."
ujar dokter Gisel sambil memberikan handphone alisha.
"Terimakasih."
Gisel hanya menganggukkan kepalanya dan pergi dari tempat pemakaman itu.
***
Saat ini Andra tengah berada di salah satu cafe dekat kantor nya. Di saat ia tengah menikmati coffee di sana, ada seorang gadis yang tak sengaja menumpahkan minumnya mengenai pakaian Andra.
"Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja."
Ujar gadis itu sambil mencoba membersihkan pakaian Andra.
"Tidak ap-"
"A-alisha? K-kamu Alisha kan"
ujar Andra terbata-bata saat melihat wajah gadis itu yang begitu mirip dengan Alisha.
"A-alisha? S-saya bukan alisha om, nama saya Aliya."
Ujar gadis itu sambil membereskan minumannya yang tumpah.
"Tapi kam-"
"Saya ada urusan om, saya duluan. Permisi."
ujar gadis terburu-buru. Tanpa sadar ia meninggalkan dompetnya.
"Dompet ini kan milik gadis tadikan?"
Monolog Andra sambil membuka isi dompet itu untuk melihat ktpnya. Karna andra berniat untuk mengantarkan dompet itu ke alamat rumahnya.
Namun, saat Andra melihat kpt tersebut ia benar-benar terkejut akan kebenarannya.
***
Di malam harinya.
Kini Andra tengah mengendarai mobil nya menuju rumah Aliya, gadis yang ia temui di cafe tadi. Tiba-tiba handphonenya berdering. Karna keasikan berbincang Andra jadi tidak fokus mengendarai mobilnya yang pada akhirnya Andra mengalami kecelakaan.
Untungnya ada seorang gadis yang melihat kecelakaan tersebut dan langsung menghubungi ambulance.
"Om, om sabar yah bentar lagi ambulancenya datang kok, om yang kuat yah."
"A-alisha, putriku."
ujar Andra lirih sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.
Sesampainya di rumah sakit. Andra langsung mendapatkan penanganan dari dokter yang ada di sana.
3 jam lamanya akhirnya lampu ruangan oprasi mati, pertanda oprasi sudah selesai.
Kini Andra tersadar dari komanya selama tiga dari. Dan pemandangan pertama yang Andra lihat adalah putri kecilnya yang telah meninggalkannya.
"A-alisha, putriku."
"Dia bukan putri mu, Andra!!"
Ujar seorang wanita cantik dengan begitu tegas.
"S-siapa kamu."
"Andra, Andra. Setua itu kah dirimu, sampai kamu tidak ingat dengan ku? AKU DENA ANDRA!!"
Ya, wanita itu adalah Dena. Sahabat kecil Andra.
"B-bagaimana kamu bisa ada di sini, Dena?"
"Itu karna putriku ada di sini."
ujarnya sambil merangkul Aliya.
"Alisha bukan putri mu, Dena!"
"DIA BUKAN ALISHA, ANDRA!! ANAKMU SUDAH MATI!!"
"Tidak, kamu bohong, Dena. Dia adalah putriku. Dia putriku Dena."
"Apa bukti jika dia adalah putri mu?"
"A-aku punya ktpnya. Di sana tertera nama dan alamatnya. Aku tidak sebodoh itu Dena."
ujar Andra sambil memberikan dompet yang ia temui 3 hari yang lalu.
"Haha, Andra, Andra. Ternyata kamu tidak sebodoh yang ku kira. Ya, dia adalah anak mu. Tapi tidak dengan sekarang, karna sekarang alisha adalah anaku."
"Tidak, dia adalah putri ku. Alisha, bilang sama Dena kamu itu putri ayah. Bilang sama dia nak."
"T-tidak ayah, alisha bukan lagi anak ayah. Alisha cape yah, alisha cape. Ayah udah terlalu banyak menaburkan luka di hati Al, Al juga manusia yah, Al cape selalu ayah siksa, Al juga cape selalu ayah hukum. Maafkan Al karna udah bohongin ayah, Al udah buat pernyataan kematian palsu itu."
"Alisha, maafin ayah nak, kasih ayah kesempatan kedua buat jadi ayah buat alisha."
"Keputusan alisha udah bulat yah, tapi kalo ayah mau ketemu alisha ayah boleh kok kerumah ibu Dena, kapan pun ayah mau. Tapi jangan paksa Al buat tinggal lagi sama ayah. Al ga mau yah, sekali lagi maafin Al."
"Andra, jadikan ini sebuah pelajaran paling berharga buat kamu yah. Kamu masih boleh kok ketemu alisha, datang saja kerumahku, kapan pun kamu mau. Aku dan alisha pamit pulang dulu yah, assalamualaikum."
Ujar Dena sambil tersenyum lirih ke arah Andra, begitupun dengan alisha yang sudah di banjiri oleh air mata. Mereka berdua pun pergi dari ruangan tempat Andra di rawat.
"Ya tuhan, sebesar itu kah kesalahan ku terhadap putri kecilku? Sampai-sampai ia tidak mau kembali bersamaku lagi. Ya tuhan, kini engkau telah berhasil mengambil malaikat kecilku dengan bahagianya. Sekali lagi maafkanlah ayah mu ini, wahai permata hatiku."
0 Komentar:
Posting Komentar