Ren yang Keras Kepala
Penulis: Ulfa Renita
Kelas: 8J
Pada siang hari yang sangat panas, dipinggir hutan hiduplah sekumpulan keluarga kelinci. Diantaranya, Tri si ibu kelinci, Pen si sulung, Ren si anak tengah, dan Sen si bungsu.
"Hah hah hah." Ren terengah-engah dan beristirahat sejenak.
"Teman-teman, bagaimana jika
kita bermain disana?" Ren menunjuk ke dalam hutan.
"Bagaimana jika Ibu tidak
mengizinkan kita kesana? Kan pesan ibu jangan bermain ke hutan. Lebih baik
pulang dan izin terlebih dahulu kepada Ibu," jawab Pen si sulung dengan
bijak.
"Aahh tidak perlu, ibu tidak
akan mengizinkan kita, ayolah teman-teman," ucap Ren memohon pada Pen.
"Ayolahh, disini
panas," sahut Sen setuju dengan ajakan Ren.
Sesampainya dihutan mereka bermain dengan sangat gembira. Tetapi, Pen dan Ren asik bermain berdua. Sen meminta untuk pulang terlebih dahulu, tetapi kedua kakanya tidak menghiraukan Sen dan asik bermain. Akhirnya Sen berinisiatif untuk pulang sendiri dan meninggalkan kedua kakaknya di hutan.
"Hahahahaha!" Ren
tertawa sangat keras.
"Eh, dimana Sen?" Ren
tidak melihat Sen, lalu ia bertanya pada Pen.
"Loh? Dimana dia?" Pen
menjawab pertanyaan Ren dengan bingung.
"Jangan-jangan Sen bermain
sendiri dan tersesat?" Tanya Pen dengan panik.
"Bagaimana ini? Ibu bisa
marah, dan kita akan kena hukumannya!" Sahut Ren panik.
Mereka berlarian mencari Sen
dihutan, akan tetapi, usaha mereka sia-sia. Mereka pun pulang dan akan memberi
tahukan pada ibu, bahwa Sen sudah tidak bersama mereka lagi.
"Ibu!" Teriak Ren dan
Pen.
"Kenapa anak-anak?"
tanya ibu
"Sen dimana?" Ibu yang
tidak melihat anak terakhirnya, dan terheran-heran.
"I-ibu.. Sen
menghilang," ucap Pen terbata-bata.
"Apa!" Ibu terkejut.
"Kami bermain di hutan ibu,
tiba-tiba Sen menghilang begitu saja," Ren ikut menjelaskan.
"Kan Ibu pernah bilang,
jangan bermain di dalam hutan. Ibu melarang kalian untuk kebaikan kalian
sendiri!" Ibu memarahi Pen dan Ren.
"Ayo ikut ibu, mari kita
cari Sen bersama sebelum matahari terbenam." Ibu melewati Pen dan Ren.
"Sen!!" Teriak Ibu, Pen, dan Ren, yang sedang mencari Sen. Matahari akan segera terbenam, akan tetapi Sen belum saja ditemukan. Ibu sangat putus asa.
"Anak-anak, bagaimana ini?
Sen belum di temukan. Sekarang matahari akan segera terbenam." Ibu kecewa
pada kedua anaknya itu, dan tidak mau menatap Pen dan Ren.
"Ini semua salahmu, Ren!
Kamu yang pertama kali ingin pergi ke hutan. Aku sudah melarangnya, tapi kamu
tetap memaksa!" Ren hanya terdiam mendengar ucapan kakaknya itu, ia
sangat-sangat merasa bersalah.
"Ini bukan sepenuhnya salah
ku! Jika kamu bersih keras melarang ku, kami tidak akan pergi ke sana!"
bentak Ren pada Pen.
"Apa maksud mu? Sudah ku
peringatkan, namun kamu tetap memaksa aku dan Sen!" ucap
Setelah keluar dari dalam hutan.
Ibu segera membukakan pintu. Tiba-tiba, Sen memeluk ibu.
"Ibu darimana saja? Aku
takut sendirian di rumah."
"Seharusnya ibu yang
bertanya, Sen darimana saja? Ibu sangat khawatir padamu." Ibu berbicara
sambil menahan tangisnya.
"Ibu, kami minta maaf sudah
lalai menjaga Sen, kami janji tidak akan mengulangi nya kembali," ucap Pen
yang di sebelahnya terdapat Ren.
"Sudah tidak apa-apa, ibu
memaafkan kalian. Tetapi, jangan sekali lagi melalaikan larangan Ibu, ya? Ini
peringatan terakhir. Jika kalian tetap melanggarnya, Ibu tidak akan membantu."
Ibu mengambil nafas sejenak dan berkata, "Sen cerita kan mengapa kau bisa
menghilang tadi." Ibu bertanya dengan lembut pada Sen.
"Saat bermain, aku ingin
pulang karena merasa bosan dengan Pen dan Ren yang asik main berdua. Aku
mengajak Sen dan Ren pulang, tetapi mereka tidak menghiraukanku. Akhirnya, aku
pulang sendiri. Karena tidak tahu arah pulang ke rumah, aku tersesat di dalam
hutan. Beruntungnya, seorang penyihir kucing datang dan membantu ku keluar
hutan dan pulang ke rumah ini. Ia ialah penyihir yang baik." Sen tersenyum
mengingat bagaimana baiknya sang penyihir tersebut.
"Itu sebabnya Ibu melarang
kalian bermain di hutan. Sekarang kalian
mandi dan istirahat, ya." Ibu berkata dengan sangat lembut.
"Baik, Bu!" sahut Pen,
Ren, dan Sen secara bersamaan.
Kembangkan terus bakatnya
BalasHapus