Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

Bawa Aku Pergi

 Bawa Aku Pergi

By : Naira Hilmiyah 9G 

Di sebuah danau. Terdapat seorang gadis kecil yang tengah terduduk di antara gemerlap malam. Gadis itu tengah memegang satu tangkai bunga yang telah layu.

"Abang, Mira kangen abang. Ternyata dunia ga sebaik yang abang bilang, Mira mau ikut abang."

Ucap gadis itu dengan lirih. Sorot matanya memperlihatkan sorot mata kerinduan yang mendalam.

"Hai gadis cantik, sedang apa kamu di sini?"

Tanya seorang malaikat pencabut nyawa. Gadis itu membalikkan badannya untuk melihat seseorang yang ada di belakangnya.

Mira tersenyum saat melihat malaikat pencabut nyawa itu. Dengan air mata yang membasahi pipinya, Mira menyodorkan satu tangkai bunga yang sudah layu dari genggaman tangannya.

" Kenapa kamu memberikan nyawamu kepadaku, gadis cantik?"

Tanya malaikat pencabut nyawa itu, yang tau maksud dari gadis kecil itu.

"Apakah kamu sudah tidak mau melihat dunia ini lagi?"

Lanjut malaikat maut itu sambil menjongkokkan dirinya agar bisa melihat gadis kecil itu.

"Bukan aku yang tak mau, tapi takdir yang tidak mengijinkan aku untuk melihat dunia yang indah ini."

Jawab Mira sambil menampilkan senyuman manisnya.

" Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menyayangimu, gadis kecil?"

Mira menundukkan kepalanya. Gadis itu benar-benar sangat tak berdaya.

"Tuhan lebih menyayangiku melebihi apapun. Tolong antarkan aku untuk bisa bertemu denganya."

Mira menatap satu tangkai bunga miliknya, berharap jika malaikat itu mau mengambilnya.

"Menurutmu apakah dunia ini jahat?"

Mira menggelengkan kepalanya pelan.

"Dunia tidak jahat, bahkan dia tak pantas untuk di salahkan. Hanya orang-orang yang tak bisa menerima takdir lah yang mengatakan jika dunia ini jahat."

Sang malaikat tersenyum saat mendengar ucapan gadis itu. 

"Aku rasa kamu cukup tau banyak hal tentang dunia ini."

Mira membalikan badan nya dan berjalan sedikit demi sedikit dengan bunga mawar layu di tangannya.

"Tidak, hanya tuhan yang mengetahui semua hal yang ada di alam semesta ini. Aku? Aku hanyalah seorang gadis kecil yang mengharapkan kasih sayang."

"Jadi bisakah kamu membawaku bertemu dengan tuhan?"

Lanjut Mira sambil kembali menatap ke arah malaikat maut itu sambil mengangkat satu halisnya.

Malaikat itu tersenyum lebar dan berjalan menghampiri Mira.

"Kemari lah."

Ucap malaikat maut itu sambil melebarkan tangannya. Dengan cepat Mira berlari ke arah malaikat maut itu dan memeluknya dengan erat.

"Apakah kamu yakin dengan keputusan ini?'

Tanya malaikat itu untuk memastikan bahwa gadis itu tidak akan pernah menyesal. Dengan cepat Mira menganggukkan kepalanya dan memberikan satu tangkai bunga mawar layu miliknya.

Hussh

Angin malam begitu menenangkan hingga tanpa Mira sadari ia telah terlelap, terlelap untuk selamanya.

"Selamat tinggal, gadis kecil."

Ucap malaikat itu sambil tersenyum manis ke arah Mira yang tengah tertidur di dalam pangkuannya.

Bloody Hair

 Bloody Hair 

Karya: Naira


Aku adalah geliya, seorang gadis yang mengidap kelainan pada rambut. Sehingga rambutku tidak pernah tumbuh, dengan kata lain "botak". Setiap hari aku selalu menjadi bahan bullyan dari semua teman-temanku yang ada di sekolah.


"Heh, botak!!! Abis dari mana aja lo?"

ujar vior sambil membenturkan kepalaku. 


"Aww,"

aku meringis kesakitan, di saat cairan merah mengalir di keningku.


"Sekarang lo, kerjain semua tugas gue!!"

titahnya sambil melemparkan buku miliknya beserta buku teman-teman.


Diam-diam aku mengempalkan kedua tanganku di bawah meja. Dendam ini benar-benar membuatku semakin gila!!.


"D-dunia ini belum adil jika kamu belum merasakan apa yang aku rasakan, viora."


Pada suatu hari. Sekolahku di hebohkan dengan kasus hilangan vior secara tiba-tiba. Para polisi yang terus menerus memeriksa semua penjuru sekolah untuk mencari jejak hilangnya vior. 


Disaat semua orang tengah berada dalam suasana yang begitu meresahkan. Seorang pria datang menghampiriku dan membawaku ke ruangan yang begitu sepi dan gelap


"Siapa kamu!! Dan apa tujuanmu membawaku ke sini?"

ujarku sambil melepaskan genggaman tanganku darinya.


"Haha, geliya geliya. Kamu pikir aku ga tau atas apa yang kamu lakukan?" Gelak tawa pria itu memenuhi ruangan tersebut.


"a-apa maksud kamu hah!!!"


Secara tiba-tiba pria itu menarik penutup kepalaku.


"APA YANG KAMU LAKUKAN PRIA GILA!!!"

teriakku saat penutup kepalaku terlepas.


"Gila? Kamu bilang aku gila? KAMU YANG GILA GELIYA!!!"


plakkk.


Pria itu menampar pipi kananku.


"KAMU, KENAPA KAMU LEGA MELENYAPKAN ADIKKU VIOR? Dan bahkan, k-kamu, kamu mengambil rambut beserta kulit kepalanya."

perlahan-lahan nada suaranya semakin melemah.


"Rambut yang ada di kepalamu itu adalah rambut adikku, viora. benarkan geliya? JAWAB SAYA GELIYA!!!!"


PLAK


"K-kamu pikir aku melakukan semua ini hanya demi rambut jelek ini? NGGA!!! ADIK LO YANG SELALU BULLY GUE!!! ITU ALASAN GUE, KAK!!"

teriakku sambil meremas rambut yang ada di kepalaku.


"Hiks hiks. Adik kamu yang selalu ganggu aku, kak. Aku juga manusia. Aku juga bisa cape kak!! Bukan kemauan aku punya penyakit seperti ini, hiks hiks."


"G-geliya, saya tau adik saya salah. Tapi kenapa harus nyawa yang kamu ambil? Kenapa geliya?"



"Argh!!!!"


Dor


Dor


Dor


Tiga peluru berhasil tertancap di tubuh pria itu.

Ya, aku telah melenyapkannya.


"Jika aku tidak berhak bahagia, maka kalian semua juga tidak berhak bahagia!!! Selamat bertemu adik kesayanganmu Elzio."

Berkat Cinta Seorang Guru

 Berkat Cinta Seorang Guru

Karya: Naida

Kelas: 7J

Pada senin,25 November 2024,suasana SMP Citra Bangsa  begitu ceria .Pagi itu adalah Hari Guru ,semangat para murid dan guru begitu terasa .Hari ini bukan sekedar hari biasa ,para murid sudah menyiapkan kejutan  sepesial untuk para pengajarnya ,terutama Ibu Ani ,guru yang paling mereka hormati .

Ibu Ani adalah guru matematika yang sudah mengajar di SMP Citra Bangsa selama lebih dari 15 tahun .Meski wajahnya tidak lagi muda,semangat Ibu Ani dalam mengajar tak pernah pudar.Ia selalu datang lebih awal dan pulang lebih larut, untuk mempersiapkan materi dengan hati-hati .Ibu Ani dikenal sebagai guru yang tidak hanya mengajarkan rumus dan teori,tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan ,seperti ketekunan ,kejujuran,dan kerja keras.

Pagi itu ,Ibu Ani datang seperti biasa,meski suasana sudah agak berbeda.Sesampainyaa di ruang guru ,ia langsung di sambut oleh seorang murid bernama Dika ,yang terlihat sibuk menyiapkan sebuah kotak kecil di atas meja.

"Selamat pagi,Ibu",sapa Dika sengan senyum lebar,mencoba menyembunyikan kegembiraannya.

"Pagi,Dika .Ada apa nih,kok kelihatanya sibuk banget?"tanya Ibu Ani sambil meletakan tas nya.

Dika tersenyum malu-malu ,kemudian membuka kotak itu .Isinya adalah sebuah kartu ucapan yang di buat dengan tangan sendiri,lengkap dengan gambar bunga dan tulisan besar:"Terima Kasih Ibu Ani ,Guru Terbaik Kami".

"Ibu,Ani terimaksih banyak .Tanpa bantuan Ibu ,saya mungkin masih kesulitan dengan pelajaran amtematika .Ibu sabar sekali mengajarkan kami,bahkan saat kami banyaj tanya,"ujar Dika tulus. 

Ibu Ani terharu mendengar kata-kata itu .Dalam hatinya,ia merasa semua usahanya dalam mengajar akhirnya terbayar.Ia selalu percaya bahwa seorang guru bukan mengajrkan pengetahuan ,tetapi juga memberikan pemahaman bahwa setiap anak berhak sukses dengan carannya masing-masing .

Upacara Hari Guru di lapangan sekolah di mulai dengan khidmat .Kepla sekolah memberikan pidato yang penuh makna ,mengingatkan kepada seluruh murid bahwa tanpa guru,mereka mungkin tidak di tempat mereka sekarang .Setelah pidato ,para murid mengucapkan terimakasih dengan tepuk tangan dan bunga sebagai tanda penghormatan untuk para guru .

Setelah upacara selesai,Dika yang merasa begitu terimakasih,dengan hati-hati menyerahkan bunga kecil yang di beli di depan sekolah kepada Ibu Ani ."Ini untuk Ibu ,sebagai tanda terimakasih kami,"kata Dika ,sambil tersenyum lebar.

Ibu Ani menerima bunga itu dengan rasa haru ."Terimaksih,Dika.Kamu sudah membuat hari saya sangat sepesial ",kata Ibu Ani,sambil membelai kepala Dika dengan penuh kasih.

Hari itu ,Ibu Ani merasa sangat bersyukur.Ia merasa bahwa apa yang ia lakukan selama ini benar-benar berati .Tidak hanya mengajarkan ilmu ,tetapi memberikan harapan dan cinta untuk setiap anak yang ia ajar .



Pada senin pagi ,25 November 2024 ,di Hari Guru ini,Ibu Ani tahu bahwa peran seorang guru lebih besar dari sekedar menyampaikan pelajaran .Guru adalah pembingbing yang memebri inspirasi dan cahaya bagi masa depan generasi muda .Dan itulah yang membuatnya merasa begitu bangga dan berharga ,meski dunia seringkali tidak melihat segala perjuangan dan pengorbanan para guru .


Selamat Hari Guru!

Bersinar Menjadi Bintang


Bersinar Menjadi Bintang 

Karya : Naira Hilmiyah

Kelas : 9G


Dimana letak keadilan untuk kami?

Aku adalah Mahendra, salah satu anggota dari kelompok bintang. Dimana kami adalah orang-orang yang selalu di rendahkan di sekolah. Dengan alasan, kami terlahir dari keluarga miskin. Kelompok bintang terdiri dari enam orang yakni, Karen, Bayu, Gatra, Vira, Eldar dan aku.

Di saat semua orang di berikan hak untuk belajar di sekolah, tapi kami hanya di jadikan sebagai sebuah pajangan. Kami benar-benar tidak di berikan kesempatan untuk belajar ataupun mengembangkan bakat yang kami punya.

"Pa, tolong berikan kami kesempatan untuk belajar seperti anak-anak lain di sini. Kami juga murid di sini pa, kami punya hak atas semua ini. Bapa boleh kok, menugaskan kami seperti biasanya, kami siap membersihkan seluruh penjuru sekolah ini, asalkan bapa memberikan kami hak untuk menuntut ilmu di sini."

Ujarku saat berhadapan dengan bapak kepala sekolah.

"Ck!! Apakah saya terlihat perduli dengan ini semua?"

Ujarnya sambil tersenyum licik.

"Oh jadi seperti ini respon bapa, terhadap kami semua? Bagaimana jika kita buat kesepakatan,"

Ujar Karen sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Menarik, apa itu?"

"Jika kami memenangkan lomba di acara hari guru itu, bapa harus memberikan kami beasiswa sampai kami menjadi sarjana. Namun, jika kami kalah dalam lomba tersebut, kami selaku kelompok bintang akan keluar dari sekolah ini."

Jelas Karen yang membuat pa Rudi tersenyum 

"Apakah kamu yakin, Karen?"

"Tentu saja, apakah bapa takut?"

"Tentu saja tidak. Saya terima kesepakatan ini."

Setelah menyepakati kesepakatan itu. Aku dan teman-temanku berkumpul di Aula belakang sekolah.

"Karen!! Apa kamu yakin sama apa yang kamu ucapkan tadi? Jika kita tidak memenangkan lomba - lomba itu bagaimana?"

Ujar Gatra khawatir.

"Jangan bilang seperti itu, kita harus yakin dengan diri kita sendiri. Lagian lomba-lomba di sana cukup mudah, bahkan kita semua punya bakat itu. "

"Emangnya, lomba apa saja yang akan di gelar di acara itu?"

Tanya bayu.

"Lomba membuat cerpen, lomba melukis, lomba bernyanyi, lomba membaca puisi dan lomba drama musikal."

Jelas Karen.

"Wah!! Kalo begitu. Ayok!! Kita berbagis tugas!!"

Sorak Eldar dan Vira 

"Baiklah, Mahendra kamu ikut lomba membuat cerpen, karna kamu mahir dalam membuat cerpen. Bayu kamu ikut lomba membaca puisi aku tau kamu mahir dalam membaca puisi. Eldar kamu ikut lomba melukis karna lukisan kamu begitu indah. Gatra dan Vira kalian ikut lomba drama musikal dan aku akan ikut lomba bernyanyi. Apakah kalian semua setuju?"

"SETUJU!!!"

Satu Minggu berlalu. Kini lomba di acara memperingati hari guru akan di laksanakan. Aku dan teman-temanku sudah cukup siap untuk melaksanakan perlombaan ini.

Kini setelah melaksanakan upacara bendera. Acara perlombaan pun di mulai. Dan perlombaan pertama adalah lomba membuat cerpen.

"Mahendra, kamu pasti bisa!! Semngat!!"

Monologku di dalam hati, berniat untuk menyemangati diriku sendiri.

Lomba cerpen ini cukup ketat dalam persaingannya, karna aku harus bertanding melawan kelas unggulan di mana kelas itu berisikan anak-anak yang begitu cerdas, yaitu adalah kelas lX-A.

Di sini aku membuat cerpen yang berjudul " Di antara dua sujud"

Setelah lomba cerpen di adakanya lomba kedua yakni adalah lomba membaca puisi.

Kini Bayu tengah mempersiapkan mentalnya untuk maju ke atas panggung dan membacakan puisi yang berjudul "Bisikan Angin" karya dari Naira.

Dan lomba yang ketiga adalah lomba melukis yang di ikuti oleh Eldar. Ia melukis sebuah karya yang begitu menakjubkan, ia menggambar enam bintang di langit yang terus menyinari gelapnya malam. Dan di dalam lukisan itu terdapat banyak sekali makna dan luka yang terkandung. 

Dan lomba yang ke empat adalah lomba bernyanyi yang di ikuti oleh Karen. Ia menyanyikan lagu laskar pelangi karya Nidji.

Dan lomba terakhir adalah lomba drama musikal yang di ikuti oleh Gatra dan Vira selain itu kami juga ikut serta dalam peran drama musikal ini yang berjudul " Rumah Tanpa Jendela."

Setelah mengikuti semua lomba, kamu di berikan waktu untuk beristirahat selama 30 menit. Dan selama itu juga kami gunakan waktu itu untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan mengaji.

Setelah 30 menit. Semua siswa dan siswi di pinta untuk berkumpul di lapangan kembali, untuk mengumumkan juara dari ke 5 lomba tersebut.

Dan tanpa di duga,

Aku mendapatkan juara pertama menulis cerpen, Bayu mendapatkan juara 2 membaca puisi, Eldar mendapatkan juara 1 melukis, Karen mendapatkan juara 3 bernyanyi dan Gatra dan Vira meraih juara satu drama musikal.

Di sana kami berenam bersorak gembira, karna usaha kami selama ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Ke esokan harinya kami selaku kelompok bintang, di panggil untuk menghadap bapa kepala sekolah di ruangannya.

"Assalamualaikum, apakah benar bapa memanggil kamu berenam kemari?"

Tanyaku memastikan.

"Yaa, benar sekali. Saya memanggil kalian ke sini untuk menepati janji saya. Saya akan memberikan beasiswa untuk kalian berenam sampai kalian menjadi sarjana. Namun, ada syarat yang harus kalian penuhi."

"A-apa itu?"

"Kalian harus mau mewakili sekolah ini untuk mengikuti 

lomba antar provinsi. Selain itu kalian juga harus terus meningkatkan prestasi kalian. Apakah kalian sanggup??"

"TENTU!! KAMI SANGGUP PA!!"

Sorak kami dengan penuh kebahagiaan.

"Baguslah. Oh iya, maafkan bapa karna sudah mengucilkan kalian selama ini. Seharusnya bapa tidak melakukan kesalahan yang begitu besar ini. Apakah kalian berkenan untuk memaafkan bapa?"

"Tentu saja pa, bukankah manusia adalah tempatnya dosa dan salah? Jadi untuk apa kita berpura-pura sempurna hanya untuk di hargai?"

"Bapa benar-benar bangga kepada kalian semua. Terus lah berkarya sampai kalian menjadi bintang."


"Tentu, sekali lagi terima kasih pa."


"Sama-sama."


Semenjak peristiwa kemenangan kelompok bintang. Kami ber enam sudah tidak lagi di kucilkan dan bahkan nama kelompok kami terkenal, dan kami juga mendapat hak kami untuk menuntut ilmu. Bahkan kami menjadi sarjana.

Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu

 Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu

Karya : Muslimah

Kelas : 9D 

"Ibu, Keysa pergi dulu assalamualaikum.." Keysa berlari menghampiri sepeda yang terparkir di halaman rumah nya "Iya waalaikumsalam hati-hati Keysa" ibunya kembali bersih-bersih halaman rumah setelah Keysa pergi.

Keysa sampai di tempat Umay, ia menunggu Umay sambil bermain ponsel, tak berselang lama Umay menghampiri Keysa "Yuk Kekey aku udah siapp" Umay berputar melihat kan gamis yang ia pakai "Kekey, apakah ini bagus?" Umay tersenyum riang, "Iya, itu sangat cocok untuk Umay" Keysa tertawa kecil, sungguh sahabat nya ini sangat lucu.

Mereka berdua kini berada di toko buku. "Umay aku mau mencari buku di sana, kamu tunggu aja di sini sambil membaca bukumu. tenang saja, aku tidak akan meninggalkan mu lagi okee" Keysa menepuk pundak Umay lalu pergi mencari buku yang ia inginkan, Umay hanya mengerutkan dahinya, ia sungguh trauma sewaktu minggu lalu di tinggalkan oleh sahabatnya di toko buku sendirian "awas saja kalau dia meninggalkan ku lagi" Umay bergumam sambil terus membaca buku.

Keysa melihat-lihat sekelilingnya, Keysa sudah lelah mencari buku itu namun ia melihat ada seorang pemuda yang sedang memegangi buku yang ia cari, Keysa menghampiri pemuda itu untuk bertanya kepadanya "Halo... maaf menganggu waktu membaca mu tapi apa boleh aku tau buku apa yang sedang kamu baca?" Keysa sedikit gelagapan saat berbicara karena ia sungguh gugup, "Oh iya halo.. tentu saja, buku ini berjudul Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu memangnya ada apa?" pemuda itu balik bertanya kepada Keysa, "Wahh... apa aku boleh tau dimana kamu mendapatkan buku itu? dari tadi aku berkeliling mencari buku itu tapi aku tidak menemukannya..." pemuda itu berdiri lalu menunjukkan arah buku yang Keysa cari, "Terimakasih atas bantuannya" Keysa tersenyum lalu berjalan ke arah yang pemuda itu tunjuk.

"Hmm mana mana mana... nahh itu dia... akhirnya aku menemukannya, tapi itu terlalu tinggi untuk aku gapai" Keysa mencari-cari kursi untuk menggapai rak buku yang cukup tinggi tapi pemuda tadi membantu nya mengambil kan buku itu dan sekali lagi Keysa berterima kasih.

Hari sudah mulai sore, Keysa kembali ketempat Umay berada lalu mengajak Umay untuk pulang. Mereka pulang bersama dan Keysa bercerita tentang pemuda yang ia temui "Kamu tau Umay, dia sangat tinggi dan juga tampan, selera kita juga sama soal buku, apa mungkin dia itu jodohku?" Umay hanya tertawa mendengar ocehan Keysa.

Hari ini Umay tidak bisa ikut Keysa ke toko buku karena sedang ada acara keluarga jadi terpaksa Keysa pergi sendiri, Keysa melihat-lihat buku-buku yang tertata rapih itu, tak disangka ia berjumpa kembali dengan pemuda kemarin. "wah sungguh kita bertemu lagi? Ya Allah apa mungkin kami jodoh?" Keysa tersenyum saat melihat pemuda itu memilih buku yang akan ia baca namun pandangannya tertuju pada sebuah kalung di leher pemuda itu, kalung itu berbentuk salib. Keysa tersenyum "Ya Allah ciptaanmu memang sangat indah, aku sampai kagum untuk sesaat, memang benar seperti judul buku ya Allah, dia ciptaanmu namun bukan hambamu, sungguh luar biasa." Keysa tersenyum sambil menggeleng kan kepalanya, mengambil buku lalu pergi dari toko itu untuk pulang, ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya, "Gadis itu sangat sempurna sampai aku lupa siapa Tuhanku".