BINTANG KEMBAR YANG BERBEDA CAHAYA
By : Muhammad Fadhil
Nurhikam
Kelas: 9K
Ghina dan Ghani, sepasang kembar yang lahir dalam waktu bersamaan namun
dengan takdir yang berbeda. Mereka bagaikan dua sisi mata uang, sama namun
berbeda. Ghina, si gadis cerdas dengan rambut panjang berkilau, selalu menjadi
kebanggaan keluarga. Setiap ulangan atau ujian, namanya selalu terpampang di
papan pengumuman dengan peringkat tertinggi. Prestasinya di sekolah bagaikan
bintang yang bersinar terang, menerangi setiap sudut rumah.
Berbeda dengan Ghina, Ghani lebih menyukai dunia bermain daripada
belajar. Rambutnya yang selalu acak-acakan dan pakaiannya yang lusuh menjadi
ciri khasnya. Di sekolah, ia selalu berada di peringkat terakhir. Gurunya
sering mengeluh pada orang tuanya, namun Ghani tak pernah peduli. Ia lebih
senang menghabiskan waktu dengan bermain game atau menonton kartun.
Meskipun begitu, orang tua mereka, Pak Ahmad dan Bu Aisyah, justru lebih
menyayangi Ghani. Setiap kali Ghina mendapat prestasi, pujian yang mereka
berikan terasa hambar. Sebaliknya, ketika Ghani berhasil menyelesaikan satu bab
pelajaran, mereka akan memberikan hadiah yang mahal. Perlakuan yang tidak adil
ini membuat hati Ghina sakit.
“Kenapa mereka lebih menyayangi Ghani?” gumam Ghina dalam hati. “Aku
sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat mereka bangga, tapi kenapa mereka
selalu saja membandingkanku dengan Ghani?”
Suatu hari, saat sedang membersihkan kamarnya, Ghina menemukan sebuah
buku harian milik ibunya. Dengan hati-hati, ia membacanya. Dari buku harian
itu, Ghina mengetahui bahwa saat dilahirkan, Ghani mengalami sedikit masalah
kesehatan. Dokter mengatakan bahwa Ghani memiliki kemungkinan untuk tidak bisa
tumbuh kembang dengan baik. Karena itulah, orang tuanya merasa perlu memberikan
perhatian ekstra pada Ghani.
Setelah membaca buku harian ibunya, Ghina merasa lega. Ia akhirnya
mengerti mengapa orang tuanya begitu menyayangi Ghani. Namun, rasa sedih tetap
saja menghantui hatinya. Ia merasa bahwa kasih sayang orang tuanya terbagi
tidak merata.
“Ghina, kamu sedang apa?” tanya Bu Aisyah yang tiba-tiba masuk ke kamar.
Ghina menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Bu, kenapa kalian lebih
menyayangi Ghani?” tanyanya dengan suara lirih.
Bu Aisyah menghela napas panjang. “Ghina, ibu sangat menyayangimu. Sama
seperti ibu menyayangi Ghani. Hanya saja, Ghani membutuhkan perhatian lebih
karena kondisinya yang kurang baik dulu. Ibu tidak pernah bermaksud untuk
membandingkan kalian berdua.”
Ghina memeluk ibunya erat-erat. “Aku mengerti, Bu.”
Sejak saat itu, hubungan antara Ghina dan Ghani mulai membaik. Ghina
tidak lagi merasa iri pada Ghani, dan Ghani mulai berusaha untuk lebih giat
belajar. Mereka berdua belajar untuk saling menghargai dan mendukung satu sama
lain.
Suatu hari, Ghani berhasil meraih peringkat ke-10 di kelasnya. Seluruh
keluarga sangat senang dan bangga dengan pencapaiannya. Ghina pun ikut merasa
bahagia. Ia menyadari bahwa kebahagiaan itu bisa dirasakan bersama, tidak perlu
saling merebut.
Bintang kembar yang berbeda cahaya itu akhirnya bersinar bersama-sama,
menerangi langit malam dengan cahaya yang indah. Mereka membuktikan bahwa kasih
sayang orang tua bisa menyatukan mereka, meskipun mereka memiliki kepribadian
yang berbeda.
0 Komentar:
Posting Komentar