Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

Tidak Hanya Uang yang Membuatmu Bahagia

 Tidak Hanya Uang yang Membuatmu Bahagia 

Karya : Naida

Kelas : 7J

Leandro selalu percaya bahwa kebahagiaan datang dari kesuksesan materi .Sebagai seorang pengusaha muda,ia telah mengumpulkan harta yang melimpah:apartemen mewah di pusat kota,mobil ekslusif,dan segala barang yang di anggap simbol status .Namun,meskipun hidupnya tampak sempurna ,Leandro merasa ada kekosongan yang sulit di jelaskan .

Suatu sore ,ketika sedang berjalan di taman ,seorang wanita tua duduk di sebelahnya.Ia menatap Leandro dan bertanya ,"apa yang menganggu pikiran mu ,anak muda?,ucap wanita tua itu.

Leandro terkejut tetapi akhirnya ia menceritakan kebingungannya."Saya punya segalanya ,tetapi entah kenapa saya tidak merasa bahagia .Apa yang salah dengan saya?"

Wanita itu tersenyum dan berkata ,"uang memang memberi kenyamanan ,tetapi kebahagiaan sejati datang dari hal -hal yang tidak bisa dibeli seperti cinta,persahabatan ,dan  kedamaian dalam hati".

Kata-kata itu membekas di hati Leandro .Ia mulai meluangkan waktu untuk orang -orang yang pentig dalam hidupnya,secara perlahan ,ia merasakan kedamaian yang selama ini ia cari.

Leandro akhirnya menyadari, kebahagiaan sejati tidak hanya datang dari uang ,tetapi dari hubungan yang kita bangun dengan orang-orang yang kita cintai dan rasa syukur yang ada dalam diri kita.

Bunga yang Cantik

Bunga yang Cantik 

Karya : Muslimah
Kelas  : 9D

Ele adalah seorang gadis cantik yang mengagumi pemuda pemilik toko bunga di seberang toko kue miliknya, setiap hari ia membeli bunga disana.

Hari ini Ele membuka toko kue nya sedikit lebih pagi karena ingin melihat pemuda yang ia kagumi. Sudah setengah jam ia melirik toko bunga di seberang sana sampai akhirnya pintu toko bunga itu terbuka, "Hi!" Ele melambaikan tangan nya kepada pemuda itu, pemuda itu membalas lambaian tangan Ele dengan senyuman, "Ele apa hari ini kamu akan membeli bunga lagi?" pemuda itu bertanya sambil menatap ke seberang dimana Ele berada, "Ah! e-e iyaa, aku akan membeli bunga milikmu lagi hari ini, karena toko ku juga membutuhkan bunga" dengan gugup ia menjawab pertanyaan pemuda itu, hatinya berdegup kencang seolah ia akan terbang dan tidak akan menginjakkan kaki di tanah lagi.

Pemuda itu mengantarkan bunga matahari yang Ele pesan. "Ini, semoga kau suka Ele" pemuda itu tersenyum lalu kembali ke toko miliknya, Ele hanya mengangguk, ia bergegas masuk kedalam "Apa-apaan tadii, dia sangat manis, aku harap dia jadi milikku".

Matahari sudah di atas kepala, sekarang waktunya makan siang. Ele duduk di depan tokonya sambil menatap pemuda itu, tak berselang lama seorang gadis menghampirinya lalu memberikan bekal makan siang untuk pemuda itu. "Eh.... apa itu adiknya?" Ele bertanya kepada dirinya sendiri, saat gadis itu pergi Ele bertanya kepada pemuda itu "Orang itu siapa? nampaknya kalian sangat akrab" Ele bertanya sambil menatap kepergian gadis yang memberikan bekal tadi, "Dia kekasihku, bulan depan kami akan menikah, oh iya aku hampir lupa, ini undangan untuk mu Ele" pemuda itu memberikan undangan pernikahan kepada Ele, Ele menerima nya sambil tersenyum kemudian ia pamit untuk kembali ke toko miliknya.

"Aku... hahaha kenapa aku harus menyukai mu?" Ele terdiam sesaat kemudian ia kembali bekerja. Matahari tak lagi terlihat, Ele berlarian dalam derasnya hujan, ia berteriak sangat keras "Hahahahaha.... ternyata aku hanya bisa mengagumi tanpa harus memiliki". Tanpa Ele sadari pemuda yang ia sukai itu menatap nya dari kejauhan, "Maafkan aku Ele, aku sudah tahu kamu menyukai ku dan aku juga menyukai mu tapi maaf aku tidak mengungkapkan perasaan ku, aku harap kamu bahagia". Sejak saat itu Ele tak pernah membeli bunga, ia bahkan tidak pernah menyapa pemuda itu kecuali dirinya yang disapa.

Mana Janji Ayah?

 Mana Janji Ayah?

Karya : Muslimah
Kelas : 9D

Sore itu seperti biasa Aca dan Ayahnya  menghabiskan waktu untuk bermain bersama di halaman rumah mereka, Suara tawa terdengar begitu keras.

 "Hahahaha Ayah tidak bisa kejar aku!"

Aca sangat bahagia sore itu sampai akhirnya Ayahnya tak lagi mengejar nya, Ayah nya hanya diam memandangi Aca yang sedang berlari, sampai akhirnya Aca terjatuh akibat tersandung kakinya, Aca menangis sambil melambaikan tangannya meminta pertolongan, tapi Ayahnya hanya diam. Tanpa berselang lama Ayahnya membalikkan tubuhnya lalu mulai berjalan meninggalkan Aca yang masih diam terduduk tak bergerak karena kakinya yang sakit.

"AYAHHH AYAHH KAKI ACA SAKIT!!" Aca berteriak memanggil Ayah nya namun Ayahnya terus menjauh, cahaya yang begitu terang menghilangkan tubuh Ayahnya itu.

"Hahhh......!!" Aca terbangun dari tidurnya, saat ia melihat jam ternyata masih pukul 23.20 malam.

"Ayah.... Aca kangen..." suara tangisan mulai terdengar malam itu, Aca hanya diam, pipinya mulai basah, ia bergumam "Ayah.... kenapa ayah ninggalin Aca cepet banget? tumbuh tanpa sosok ayah itu berat yahh... Aca kangen jadi Putri kecil ayah... Aca kangen pelukan ayah... Aca kangenn, Ayah janji bakalan ada pas Aca wisuda nanti, tapi nyatanya ayah ninggalin Aca...." malam sunyi itu kini diisi dengan suara isak tangis seorang gadis yang merindukan sosok Ayahnya.

Perjuangan Adzilah

 Perjuangan Adzilah 

Naira Hilmiyah 9G 


"Pokonya kita udah bersepakat untuk mengusir adzilah, dia harus pergi dari kampung ini!!!"

"Setuju!!!"

Sorak para warga kampung lupo.

"Tapi apa salah anak saya?"

"Dia memang tak bersalah, namun rupanya yang begitu mengerikan seperti memberikan tanda kehancuran untuk kampung lupo ini!!"

ungkap seorang pemimpin kampung lupo.

"I-ibu adzilah takut."

Anak kecil itu bersembunyi di belakang tubuh sang ibu.

"Narsih!!! Pokonya saya mauu, anak kmu di usir sekarang juga!!! Dia itu anak pembawa sial!!!"

Deg

"Seburuk itukah aku di mata mereka? Ya tuhan jika ini adalah takdir untukku maka aku ikhlas,"

Monolog adzilah. Kini adzilah tak lagi sembunyi di belakang tubuh sang ibu.

"Jika itu mau kalian, dan jika ini adalah keputusan terbaik untuk kampung lupo. Saya adzilah akan menurutinya,"

Ujar adzilah dengan begitu lantang.

"A-adzilah, tap-"

"Maafkan aku bu, aku harus pergi demi kebaikan kampung ini."

"Ibu-ibu, bapa-bapa ijinkan saya untuk berbicara dengan anak saya sebentar."

Mereka semua menganggukkan kepalanya.

*

"Anaku lupo, jaga diri kamu baik-baik yah. Maafkan ibu karna tidak bisa menjaga dirimu. Tolong simpan kalung ini, jika ada bahaya gunakan kalung ini untuk melawannya."

"Terimakasih bu, lupo janji suatu saat nanti lupo akan berhasil dan akan menemui ibu kembali."

"Ibu tunggu."

*

Kini lupo sudah pergi meninggalkan kampung lupo. Saat ini adzilah tengah mencari sebuah kampung untuk ia tempati sementara waktu. 1 Minggu ia mendaki dan belum juga mendapatkan sebuah perkampungan.

"Ya tuhan, bagaimana ini? Persediaan makananku tinggal sedikit. Dan sampai saat ini aku masih belum menemukan sebuah perkampungan."

Namun beberapa saat kemudian. Adzilah menemukan sebuah perkampungan yang begitu mewah. Rumah-rumah yang di lapisi emas serta penduduknya yang begitu rukun.

"Alhamdulillah, akhirnya aku menemukan sebuah perkampungan setelah sekian lamanya."

Saat adzilah memasuki kawasan tersebut. Para warga di sana terus menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Wahai anak muda, bagaimana bisa kamu kemari? Dan ada urusan apa engkau datang kemari?"

"Saya hanya ingin menumpang tidur beberapa hari ke depan di sini. Itu pun jika di perkenankan."

"Siapa namamu anak muda?"

"Adzilah."

"Nama yang bagus. Baiklah kamu boleh tinggal di rumahku beberapa hari ke depan, tapi ada syarat yang harus kamu temui."

"Apa itu tuan?"

"Panggil aku paman saja. Syaratnya kamu cukup bantu paman untuk berjualan di pasar setiap pagi sampai sore."

"Baik paman, dengan senang hati saya akan membantu paman "

Kini hari Demi hari adzilah jalanin dengan begitu semangat . Mungkin karna penduduk di sini sangat ramah yang membuat adzilah nyaman. Hingga pada suatu hari. Kampung hirat di serang oleh pasukan firun. Mereka adalah pasukan yang paling kejam dan siap untuk menghancurkan siapa saja.

"Kami mohon jangan hancurkan kampung kami!!"

Ujar seluruh penduduk kampung hirat.

"Haha, siapa kalian? Sehingga kalian berani mengatur diriku? Aku adalah raja Abraham dari negri sinois yang akan menghancurkan kampung ini."

"Wahai, raja Abraham yang terhormat. Kehancuran dan kematian bukan di tanganmu, melainkan di tangan sang maha pencipta. Jika kalian pikir kita semua takut, kalian salah besar."

"Cih, bocah ingusan seperti mu bisa apa?"

"Bisa membunuhmu!!!"

Adzilah langsung mengambil kalung pemberian dari ibunya dan langsung menempelkan liontinnya ke jidatnya. Tak lama kemudian adzilah berubah menjadi seorang panglima hebat dan langsung menyerang pasukan firun.

Hanya dengan kurun waktu 2 jam adzilah sudah berhasil melenyapkan semua pasukan firun yang berjumlah 80 orang.

"Adzilah, paman tidak menyangka jika kamu adalah keturunan raja baskara. Terima kasih karna sudah menyelamatkan kami dari serangan firun. Dengan ini kami memutuskan untuk mengangkat dirimu s…

Dark Times

 Dark Times 

Karya : Naira 9g 

"Kapan yah Gea bisa jadi seorang pelukis hebat? Kira-kira Gea bisa jadi pelukis ga yah?"

monolog Gea sambil menatap pemandangan lewat kaca kamarnya.

Gadis itu terlihat sangat asik melukis di buku gambarnya. Namun, saat Gea tengah mewarnai lukisannya, ibu Gea datang dan merobek lukisan Gea.

"Gea!!! Sudah berapa kali ibu bilang, jangan pernah melukis!!"

"T-tapi mengapa bu? Melukis adalah cita-cita Gea dari kecil."

"Ga!!! Pokonya kamu harus jadi seorang dokter."

"Tapi Gea ga minat masuk ke jurusan kedokteran. Gea mau jadi seniman hebat bu."

"Gea, kamu ga sayang ibu??"

"Gea sayang ibu!!! Tapi Gea juga mau jadi diri Gea sendiri."

"Jadi kamu mau ibu mati?"

Deg

"Mengapa ibu mengatakan hal konyol seperti itu? Tidak ada kaitannya bu. Pokoknya Gea bakal tetap jadi seorang seniman."

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun ibu Gea langsung meninggalkan Gea di kamarnya.

Dari kejadian itu hubungan Gea dengan sang ibu semakin renggang. Bahkan mereka hanya berbicara seperlunya saja. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Hingga pada suatu hari.

"osen banget. Mm... Kayaknya ngelukis seru nih,"

ujar Gea sambil beranjak dari tempat tidurnya.

"Mm... Gambar apaan yah? Lukis seorang wanita aja ah."

Gea pun mulai membuat sketsa wajah, badan dan lain lain.

Setelah 1 melukis, akhirnya lukisan Gea selesai. 

"Woww... Ini lebih indah dari yang Gea bayangkan sebelumnya,"

Sorak Gea dengan gembira. Karna gambarnya telah selesai.

Saat itu juga ibu Gea masuk ke dalam kamar Gea untuk memberikan cemilan.

"Astagfirullah, Gea!! Kenapa kamu lukis wanita itu!!! Buang gambar itu sekarang juga Gea!!!"

Titah ibu Gea dengan ekspresi wajah ketakutan.

"Tapi kenapa bu? Ini lukisan Gea!! Ibu ga berhak nyuruh Gea buat buang gambar ini!!"

"Argh!!!"

Tanpa pikir panjang ibu langsung mengambil lukisan itu dan membuangnya ke tempat sampah.

*

Malam harinya Gea terbangun dari tidurnya karna ia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya.

"Siapa?"

Tidak ada sahutan dari luar.

Tok

Tok

"Ck!!! Ibu kalo mau masuk tinggal masuk aja!!"

Namun tetap tidak ada sahutan dari luar. Kini suasana kamar Gea mencekam, di iringi dengan suara wanita yang tengah menangis.

"Hiks, hiks. Sakit, sakit. Hiks hiks"

"Siapa di sana? GEA MOHON DIAM!!"

teriak Gea sambil menutup kedua telinganya menggunakan bantal.

"Hihihi, Gea. Tolong kakak, kakak kesakitan hiks, hiks."

Suara itu benar-benar mengerikan. Kadang tertawa dan kadang menangis. Dan suara itu berlangsung sampai adzan subuh berkumandang.

Kejadian ini terus saja berulang selama 1 Minggu penuh. Namun pada suatu malam. Di saat Gea tengah mengambil satu gelas air minum di kulkas terdengar suara wanita cantik memanggil namanya.

"Gea, apakah kamu tidak ingat pada kakak? A-aku kakak mu Gea. Hihihi. Wanita itu jahat Gea!! Dia tega memisahkan kita. Hiks, hiks. "

Kini wanita itu berbicara di depan mata Gea. Wanita itu cantik sekali. Dan tanpa Gea duga. Wanita itu sama persis seperti apa yang Gea sambar 1 Minggu yang lalu. Wanita itu berambut hitam pajang, dengan kulit putih pucat dan baju berwarna merah. Yang sama persis seperti yang Gea gambar waktu itu.

"Ga!! Kamu bukan kakak Gea!! Gea anak tunggal!!! Dan kamu, kamu adalah wanita yang Gea gambar!! Kenapa kamu bisa hidup??"

Tanpa menjawab pertanyaan Gea, wanita itu menghilang dengan kesenduan yang menghiasi wajahnya.

Keesokan harinya. Gea menceritakan semua kejadian selama kepada ibunya. Ibu Gea benar-benar terkejut dengan apa yang Gea katakan. Hingga pada akhirnya ibu Gea mengakui semua perbuatannya di masa lalu.

"G-gea, wanita itu emang kakak mu. Dulu, saat dirimu belum lahir kedunia ini. Ibu dan kakakmu mengalami sebuah konflik dan tanpa ibu sadar ibu telah membunuh kakak kandungmu. Maafkan ibu. Jika Gea mau melaporkan ibu kepolisi ibu ikhlas. Itu lah mengapa ibu menyuruh mu untuk membuang lukisan…