Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

We Are Different

 We Are Different

Karya: Naira

Kelas: 9G


"Alana, sekarang kamu minum obat yah,"

ujar ibuku, sambil menyodorkan beberapa bungkus obat.


"Untuk apa bu? Mau ana minum obat atau ngga pun, penyakit kanker ana ga bakalan sembuh kan?"


"A-ana deng-"


"Udah lah bu, ana cape bu. Lebih baik ibu keluar sekarang juga!!"


"Tap-"


"KELUAR BU!!!"

Dengan berat hati, sang ibu pun keluar dari kamar rawat ana.


"Ya tuhan, kenapa hidup ana sesuram ini? Ana cuman mau sehat, ana mau sekolah, ana juga mau habisin waktu ana sama teman-teman ana. Apakah ana ga berhak untuk bahagia? Hiks, hiks. Ana cape. ANA CUMAN MAU BAHAGIA!!"

Tangisku dengan begitu histeris. Namun, secara tiba-tiba seorang pria datang dan menyodorkan beberapa lembar tisu.


"Jangan nangis lagi, ada aku. Hapus air mata itu, ana."


"S-siapa kamu?"


"A-aku, aku Alvaro. Jangan lupa hapus air mata mu itu, ana."

Ujarnya sambil memberikan beberapa lembar tisu.


"T-terima kasih. Mm... Bagaimana bisa kamu berada di sini?"

Pria itu terdiam sejenak.


"Aku tidak tahu, mungkin karna tangisan pilu mu itu."


"Apa maksud mu?"


"Lupakan saja, Alana. Aku tau hidupmu sudah tak lama lagi, maka dari itu biarkan aku menemanimu di sisa hidupmu."

pria itu menggenggam tanganku dengan penuh kasih sayang.


"Bagaimana kamu tau tentang ini semua?"


"Jika ku katakan yang sebenarnya, mungkin kamu tak akan percaya. Huftt... Sekarang kamu minum obat yah, setidaknya kamu ada usaha untuk mendapatkan kesehatan yang kamu inginkan."


Pria itu benar-benar sangat menenangkan hatiku, suaranya yang lembut sama persis dengan perlakuan yang begitu membuat hati ini tenang. 


"Ya tuhan, jika dia jodoh orang lain jadikan aku orang lain itu. "

Monologku sambil terus memandangi wajah teduhnya itu.


🐇🐇🐇


Tiga bulan berlalu. Kini hubunganku dengan Alvaro semakin dekat. Dia adalah orang yang paling berharga yang pernah aku temuin, berkatnya penyakit kanker ku semakin membaik, dan peluang untukku sembuh semakin besar.


"Alvaro, makasih yah. Makasih karna udah selalu ada buat ana. Tunggu ana sampai ana sembuh yah, cuman kamu yang selalu ada buat ana. Jangan tinggalin aja yah, ana sayang kamuu."


"A-ana.. jika kita tidak di takdirkan untuk bersama ga papa yah, semoga ana dapat cowo yang jauh lebih baik dari aku."

ujarnya dengan raut wajah penuh kesedihan.


"Tapi kenap-"

Belum aku selesai bicara seorang wanita datang menghampiriku.


"Hey, kamu sedang bicara dengan siapa?"

Aku pun terkejut saat mendengar ucapannya itu


"Apakah dia tidak melihat Alvaro? Apa wanita ini buta?"

Monologku keheranan.


"Bersama sahabatku, Alvaro."


"S-sahabatmu? Tapi aku tidak melihat siapapun di sini terkecuali kita berdua."


"Tap-"


"Sudah lah mungkin kamu sedang berhalusinasi. Oh iya kenalin nama aku sherlin, kamu?"


"A-alana."


Aku pun  bincang-bincang dengan sherlin, ternyata dia sangat baik. Aku sangat senang berteman dengannya. Tanpa ku sadari Alvaro sudah pergi entah kemana.


1 Minggu berlalu. Dan kini aku sudah di katakan bersih dari penyakit kankerku. Ya, aku sudah berhasil melawan penyakit kanker itu. Dengan excited aku mengajak Alvaro bertemu di salah satu danau dekat rumah sakit.


*Di danau


"Alvaro!! Kamu tau ga? Ana udah berhasil melawan penyakit kanker ana, ana udah sembuh!!!"

Ujarku dengan begitu excited. Namun, tidak denganya.


"Kenapa kamu kayak ga seneng ana sembuh? Kamu ga mau ana sembuh yah?"


"Bukan seperti itu ana, aku bahagia kamu sembuh, aku bahagia banget. Mungkin tugasku sudah selesai sampai di sini. Dan mungkin, ini saatnya aku mengatakan yang sebenarnya."


"M-mengatakan apa? Tugas apa?"


"Aku dengan kamu berbeda ana, kemungkinan kita untuk bersama itu sangat lah mustahil. Dunia kita berbeda ana. A-aku bukan manusia."


Deg


Bak di sambar petir hati ini sakit sekali, seperti di tusuk ribuan kaca.


"G-ga, ga mungkin!! Kamu bohong kan? JAWAB AKU ALVARO, JAWAB!!"


"Tolong, tolong terima semua kenyataan ini, kamu ingatkan kejadian satu Minggu lalu di taman belakang rumah sakit? Ya, sherlin ga bisa liat aku, karna kenyataan aku bukan manusia. Maafkan aku ana, tugasku menjagamu sudah selesai sampai di sini. Sampai jumpa kembali di kehidupan yang akan datang."

Ungkap nya sambil melambaikan tangannya, tubuhnya hilang bagaikan sebuah angin.


"Terimakasih, terima kasih karna sudah memberikan kebahagiaan ini. Dengan mu aku belajar cara menjalani kehidupan yang begitu kelam ini, dan dengan mu juga aku belajar cara mencintai. Namun, kamu lupa mengajarkan aku bagaimana cara melupakan mu. Cinta ini abadi untuk mu Alvaro, meski kamu dan aku tak mungkin bersama."

Hari ayah?

 Hari ayah?

Karya: Zahran Qais Daniel 

Kelas: 7F

Di suatu hari ada seorang anak perempuan yang bernama Violet. Violet lahir di keluarga yang kurang harmonis. Setiap hari keluarganya selalu bertengkar di depannya. Violet sangat sedih melihat keluarga nya terus bertengkar di depan nya.kasih sayang keluarga pun kurang untuk Violet.

Keluarga Violet sibuk dengan urusannya masing masing-masing. Sepeti sibuk bekerja, Violet adalah anak tunggal yang berarti anak satu-satunya dari keluarga itu. Violet selalu berpikir apakah dia akan memiliki keluarga harmonis?.

" Apakah aku,akan memiliki keluarga yang bahagia seperti orang lain. Aku juga ingin memiliki ayah yang hebat dan selalu menyisihkan waktunya untuk ku." Ucap Violet.

Dan saat Violet naik ke kelas 5 SD. Orang tua violet pun bercerai dan Violet pun tinggal bersama ibunya. Hanya ibu nya lah yang peduli terhadap Violet, tetapi tidak dengan ayah nya. Di saat belum bercerai dengan ibunya. Ayah Violet selalu memarahinya, memaksanya dan menyiksa nya. Dan bahkan itu menjadi trauma untuk Violet.

Violet kadang selalu iri oleh orang lain, karena mereka memiliki ayah yang sayang kepada mereka. Tetapi tidak dengan Violet. Bahkan ayah nya saja tidak peduli dengan kondisi violet.kini ayah Violet telah mempunyai keluarga baru.Violet yang melihat ayahnya telah memiliki keluarga baru sangatlah sedih dan berputus asa tetapi ada seorang ibu yang selalu menyemangati nya.

Dan Bentar lagi adalah hari ayah. Violet bingung harus bagaimana dan sedih karena tidak ada seorang ayah di rumah nya violet selalu memikirkan nya. 

" 5 hari lagi adalah hari ayah. Apakah aku bisa merasakan nya juga?" Tanya Violet. 

Tetapi saat Violet berkata seperti itu ibunya pun mendengar kan nya. 

"Violet. Buat lah rencana untuk merayakan nya ibu akan membatu membelikan kue untuk mu". Ucap ibu 

"Hmm. Mungkin saja ibu tapi sepertinya tidak mungkin, ayah kan sudah punya keluarga baru". Jawab violet 

"Kita coba aja dulu sayang. Yang penting kita sudah ada kemauan untuk ayah mu itu mau bagaimana pun itu kamu tetaplah anak nya". Jawab ibu 

" Baiklah ibu. Violet akan membuat kue untuk ayah!!". Jawab violet dengan semangat 

Violet pun segera membeli bahan bahan untuk membuat kue. Dan segera membuatnya.

"Ayah selalu suka kue rasa coklat kan?" Tanya violet.

"Ya, benar violet" jawab ibu.

"Baiklah Violet akan membuatnya". Jawab violet .

Violet pun telah selesai membuat kue lalu menyimpan nya di kulkas. Waktu pun telah tiba dan violet telah mengetahui alamat ayah nya itu dan segera bergegas ke sana bersama ibunya. Saat sampai di sana violet langsung memberi surprise untuk ayah nya tetapi.... 

" Hallo ayah. Selamat hari ayah". Jawab violet 

"Hah kenapa kamu bisa di sini!!". Seru sang ayah 

"Hah ada apa ayah?". Tanya violet sambil ketakutan 

" Pergi cepat dari sini!!. Jangan menganggu ayah kamu ini buat masalah saja cepat pergi!!" Jawab sang ayah yang membentak Violet 

" Ayah Violet hanya ingin merayakan hari ayah.bersama ayah itu saja violet telah susah susah dan berusaha membuat ini semua untuk ayah tapi ini balasan nya kepada violet!!". Jawab violet dengan marah 

Lalu ayah pun menamparnya dan membuat violet menangis 

" Pergi sangat anak binatang!! Ayah tidak butuh semua ini.semua ini hanyalah sampah dan ayah tidak butuh sampah seperti ini kamu jangan mengganggu ayah. Inget ayah sudah memiliki keluarga baru dan kamu jangan mengganggu ayah lagi dan jangan pernah menganggap bahwa ayah ini adalah ayah kamu pergi sekarang!!!. Jangan sampai istri saya melihat anak sampah seperti mu!!!". Bentak sang ayah 

"Kenapa ayah sangat tega melakukan ini kepada Violet hah!!.mau bagaimana pun Violet adalah anak ayah kenapa ayah tidak mengakui itu.ayah sangat jahat violet hanya ingin merayakan hari ayah dengan bahagia tetapi ini balasan ayah!!" Jawab violet lalu menangis dan meningga…

RUMAH TANPA PEMILIK

 RUMAH TANPA PEMILIK

Karya: Selova Anggriani

Kelas: 7J



Selamat datang. Aku adalah rumah yang habis ditinggal oleh pemiliknya. Masuklah, silahkan melihat - lihat tetapi jangan sentuh apapun. Apalagi merusaknya. Aku tidak pandai membuat seseorang nyaman untuk tinggal, tetapi aku akan memastikan bahwa tidak ada rumah sebaik aku diluar sana.

Kalau niatmu hanya    berkunjung silahkan. Nikmati apa yang telah ku sediakan, seperti beberapa makanan ringan dan segelas kopi. Jangan memaksa lebih dengan meminta hati. Aku adalah rumah yang dinding nya rapuh, jika kamu berniat memperbaiki, ku persilahkan. Asal jangan merusak nya lebih parah lagi.

Pemilik lamanya telah pergi. Ia layak mendapati rumah yang lebih nyaman, meski ku pastikan takkan jadi yang lebih baik. Sebab aku se - egois itu memaksa takdir memihaku.

Jika kamu hanya penasaran dengan isinya, silahkan lihat - lihat lalu segeralah berbalik arah. Jangan berdiri di depan pintu lalu menghalangi pengunjung lain yang ingin masuk rumah.

Sebab egois nya manusia adalah ia yang bimbang, memilih menetap atau berbalik. Berdiri di depan pintu seolah ialah pemiliknya, menghalangi siapapun yang mencoba masuk.

Jika bimbangnya terjawab, dan ia memilih berbalik arah, ia akan pergi.

Tanpa rasa bersalah kepada rumah yang kehilangan banyak calon pemiliknya. Entahlah untuk siapapun yang berniat menghancurkan. Pergilah untuk siapapun yang menjadi penghalang bagi pemilik lain.

Aku adalah rumah yang rindu dirawat oleh sang pemilik, yang entah dimana keberadaan nya

Gaptek

 

Gapték

Karya : Muhammad Farid

Kelas : 9K

          Barudak keur anteng arulin ngaloprék konsol game di warnét mang Ikin. Si Saép anu kakaraeun nganjang ka warnét ngomong ka baladna, si Arul. “Ramé gening euy maén game di dieu téh ning.”

          “Éh, kieu-kieu ogé urang mah kapan geus teu katinggaleun jaman teuing.” Témbal si Arul.

          “Resep sigana mun urang boga konsol game kawas kieu, unggal poé pasti bisa maén game baé nginjeum ka manéh, méh teu kudu jauh-jauh deui kadieu.”

          “Ké atuh urang ménta ka kolot urang, méh dipangmeulikeun paranti maén game, sugan wé diturut.”

***

          Ti dinya, heuleut sababaraha poé, si Arul ngajak si Saép ulin di pos ronda, nya didatangan ku si Saép. Ana geus tepi ka pos ronda, kasampak si Arul jeung balad-balad anu lianna keur aranteng ngoprék tablét bogana si Arul nu karék dipangmeulikeun ku kolotna.

          “Laksana ogé geningan manéh bisa boga tablét.”  Cék si Saép bari ngusapan tablét anyar nu si Arul.

          “Yeuh, rék ngasaan moal maén game di dieu. Tuh tempo, batur mah geus seubeuh maén game tadi.” Si Arul mairan.

          “Lamun baé mah, ieu tablét rék diinjeum ku urang sapoé ayeuna.” Si Saép melas ka si Arul.

          Si Arul tuluy mikir-mikir heula sakeudeung saacan nginjeumkeun tablét manéhna ka si Saép. Manéhna tuluy  ngomong. “Heug baé ku urang diinjeuman ieu tablét. Tapi isuk geus kudu dibalikkeun deui ka urang, kadé ulah tepi ka ruksak.”

          Song diasongkeun tablét téh, dicokot ku si Saép tuluy dibawa ka imahna. Ana datang ka imahna, ku si Saép langsung baé tablét téh terus diomé. Tapi teu lila saeunggeus kitu, tuluy indungna anu keur barang asakan di dapur nyampeurkeun ka manéhna.

          “Jang, pangmeserkeun asem jig ka warung sakedap, mamah ieu nuju masak. Ieu artosna ku mamah disimpen di dieu, enggalkeun nya.” Indung si Saép nitah si Saép ka warung.

          Si saép nurut, cul tablét téh tuluy diteundeun dina méja makan. Sabot si Saép keur balanja asem ka warung, indungna bingung lantaran talenan anu dipaké nyiksikan bahan asakeun téh les ngaleungit teuing kamana, dikotéténgan ka ditu ka dieu angger baé teu timu.

***

“Mah. Ieu asem téa…” si Saép karék balik ti warung. Manéhna tuluy indit ka dapur rék mikeun asem ka indungna.

          Ana datang ka dapur, si Saép kacida reuwaseunna nempo indungna keur nyiksikan engkol, cabé, jeung wortel. Kumaha rék teu reuwas, indungna nyiksikan bahan dapur maké tablét anu tadi ku manéhna teundeun luhureun méja. Éta tablét langsung dicokot ku si Saép.

          Si Saép tuluy pepeta ka indungna tétéla yén anu dipaké alas nyiksikan bahan dapur téh tablét anu diinjeum ku manéhna ti si Arul jang maén game. Atuh indungna si Saép téh reuwaseun kacida.

Si Saép tuluy ngilikan kana tablét anu karék dipaké jadi gegenti talenan, sieun aya bagéan anu ruksak. Najan euweuh komponén anu ruksak, tablét téh teu daékeun hurung najan geus dipencét unggal tombolna. Atuh si Saép téh kacida sieunna. Sieun dititah ganti rugi, sieun dicarékan kolotna si Arul, jeung sieun nu lain-lain deui. Bakat ku kesel, si Saép kalah malik ambek ka indungna, manéhna jadi nyoroscos teu tarima tablétna ruksak alatan dipaké talenan. Geus kitu mah, si Saép téh bus ka kamar.

***

Isukna, enjing-enjing kénéh geus aya anu keketrok kana panto imahna si Saép, dibukakeun ku si Saép, horéng nu datang téh si Arul. Si Saép sieuneun ditagih jangji ku si Arul. Ari si Saép rék ngomong, si Arul miheulaan.

          “Saép ieu urang mawa colokan casan jang tablét téa, kapan ti kamari téh can dicas tablétna. Éta pasti ayeuna téh keur pareum tablétna, yeuh geuwat cas heula.” Pokna téh.

          Geuwat ku si Saép langsung dibawa casanna, langsung dicolokkeun kana tablét téa. sabot ditungguan ngecas, si Saép ngahuleng. Manéhna mikir, samurukanna gara-gara dipaké talenan, tablét téh jadi rusak. ari pék téh geningan ukur béak batré hungkul. Kabayang mangsa manéhna kuat ka nyeuseulan indungna sorangan, si Saép jadi ngarasa dosa. Ahh dasar budak gapték.

Rusiah Di Kamar Zia

Rusiah Di Kamar Zia

Karya : Muhammad Farid

Kelas : 9K

          Bray muka, panto kamar balad kuring méléngé. Harita mangsa tumoké, kuring anu can saré mapah ngadeukeutan panto nu méléngé éta. Bus asup, pantona tuluy ditutupkeun rapet. Singhoréng kamar Zein, balad kuring téa. Manéhna kabeneran keur turu jeung dua balad kuring anu lianna di tengah imah, seubeuh geus ngomé péés ti geus isa kénéh.

          Kamar Zia kaciri rada balatak, teuing naon musababna. Bajuna nambru teu dilipetan dina kasur, cocooanna pabalatak dina téhel, buku-buku loba nu nalambru dina méja belajarna. Ngan nya éta, di sagigireun tumpukan buku pelajaran anu teu puguh kaurna, aya buku “diary” maké wadah kotak pulas konéng-bulao anu pasaran kaciri teu kakonci.

          Awalna kuring teu ieuh mikirkeun buku anéh éta. Ngan mimiti karasa anéh téh saprak siga aya nu ngaharéwos kana daun cepil nitah maca éta buku. Saharita kuring kendat ngucap “Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illa Allah”. Tapi dasar iman jalma biasa teu kaop kacoél saeutik ku pakasaban goréng, pasti aya waé rasa kagoda kabita téh. Gap dicabak, ditoker selot koncina, tuluy dibuka kotakna.

Buku diari sampul gambar kartun kari muka eusina. Na hate téh ujug-ujug asa teu kawasa rék mukana. Asa teu téga rék nempo anu jadi rusiah balad salila ieu, tapi angger wé haté mah tagiwur teu puguh rasa, panasaran campur jeung rasa éra, ngan hanjakal harita rasa panasaran meunangkeun haté. Pes lampu kamar dipareuman ku kuring, digenti ku lampu dinding meunang nyolokkeun kana stop kontak.

          Dibuka kaca mimiti, aya tulisan sambung teu pati kaciri tulisan saha jeung teu kabaca. Muka kaca kadua aya gambar curat-corét, gurat jeung curek, keur kuring mah kalah kaciri jiga “lukisan abstrak”. Kaca ka tilu aya deui tulisan sambung, sarua teu jelas naon maksudna. Réy bulu punduk puriding puringkak. Tulisan éta diimeutan meni tonggoy pisan.

          Teu karasa geus rék sareureuh kolot deui, angger éta tulisan diimeutan mani anteng. Saking antengna, teu nyadar tukangeun aya naon, deukeut-deukeut anak taleus. Panto kamar muka ngan sorana teu kadangu saeutik-saeutik acan, ukur karasa aya nu mukakeun hungkul. Aya nu ngaléngkah ngadeukeutan kuring tapi jiga nu ngan rarasaan hungkul.

          Masing teu jelas aya naon, tapi karasa si Zia geus aya tukangeun kuring. Kuring ukur bisa ngomong sakacapétangna. “Hampura urang geus kokorotak di kamar manéh,” bari cipanon geus ngucur.

          “Hampura urang ogé geus ngakaya manéh.” Brak kuring diteunggeul ku si Zia teuing pédah naon alasan anu jelasna. Kuring ngajoprak teu inget di bumi alam.

***

Isuk-isuk rebun wanci balebat, loba jalma di imahna si Zia. Hanyir ngamalir, hawa gé hangru ngabeuleugeudeur. Kulit sirah layon ngaplék, panon mah teu molotot ngan beungeut ngadangheuak bari cewaw calangap. Ti dinya katara getih ngurutugna bareng jeung sesemplekan huntu…