Bersinar Menjadi Bintang
Karya : Naira Hilmiyah
Kelas : 9G
Dimana letak keadilan untuk kami?
Aku adalah Mahendra, salah satu anggota dari kelompok bintang. Dimana kami adalah orang-orang yang selalu di rendahkan di sekolah. Dengan alasan, kami terlahir dari keluarga miskin. Kelompok bintang terdiri dari enam orang yakni, Karen, Bayu, Gatra, Vira, Eldar dan aku.
Di saat semua orang di berikan hak untuk belajar di sekolah, tapi kami hanya di jadikan sebagai sebuah pajangan. Kami benar-benar tidak di berikan kesempatan untuk belajar ataupun mengembangkan bakat yang kami punya.
"Pa, tolong berikan kami kesempatan untuk belajar seperti anak-anak lain di sini. Kami juga murid di sini pa, kami punya hak atas semua ini. Bapa boleh kok, menugaskan kami seperti biasanya, kami siap membersihkan seluruh penjuru sekolah ini, asalkan bapa memberikan kami hak untuk menuntut ilmu di sini."
Ujarku saat berhadapan dengan bapak kepala sekolah.
"Ck!! Apakah saya terlihat perduli dengan ini semua?"
Ujarnya sambil tersenyum licik.
"Oh jadi seperti ini respon bapa, terhadap kami semua? Bagaimana jika kita buat kesepakatan,"
Ujar Karen sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Menarik, apa itu?"
"Jika kami memenangkan lomba di acara hari guru itu, bapa harus memberikan kami beasiswa sampai kami menjadi sarjana. Namun, jika kami kalah dalam lomba tersebut, kami selaku kelompok bintang akan keluar dari sekolah ini."
Jelas Karen yang membuat pa Rudi tersenyum
"Apakah kamu yakin, Karen?"
"Tentu saja, apakah bapa takut?"
"Tentu saja tidak. Saya terima kesepakatan ini."
Setelah menyepakati kesepakatan itu. Aku dan teman-temanku berkumpul di Aula belakang sekolah.
"Karen!! Apa kamu yakin sama apa yang kamu ucapkan tadi? Jika kita tidak memenangkan lomba - lomba itu bagaimana?"
Ujar Gatra khawatir.
"Jangan bilang seperti itu, kita harus yakin dengan diri kita sendiri. Lagian lomba-lomba di sana cukup mudah, bahkan kita semua punya bakat itu. "
"Emangnya, lomba apa saja yang akan di gelar di acara itu?"
Tanya bayu.
"Lomba membuat cerpen, lomba melukis, lomba bernyanyi, lomba membaca puisi dan lomba drama musikal."
Jelas Karen.
"Wah!! Kalo begitu. Ayok!! Kita berbagis tugas!!"
Sorak Eldar dan Vira
"Baiklah, Mahendra kamu ikut lomba membuat cerpen, karna kamu mahir dalam membuat cerpen. Bayu kamu ikut lomba membaca puisi aku tau kamu mahir dalam membaca puisi. Eldar kamu ikut lomba melukis karna lukisan kamu begitu indah. Gatra dan Vira kalian ikut lomba drama musikal dan aku akan ikut lomba bernyanyi. Apakah kalian semua setuju?"
"SETUJU!!!"
Satu Minggu berlalu. Kini lomba di acara memperingati hari guru akan di laksanakan. Aku dan teman-temanku sudah cukup siap untuk melaksanakan perlombaan ini.
Kini setelah melaksanakan upacara bendera. Acara perlombaan pun di mulai. Dan perlombaan pertama adalah lomba membuat cerpen.
"Mahendra, kamu pasti bisa!! Semngat!!"
Monologku di dalam hati, berniat untuk menyemangati diriku sendiri.
Lomba cerpen ini cukup ketat dalam persaingannya, karna aku harus bertanding melawan kelas unggulan di mana kelas itu berisikan anak-anak yang begitu cerdas, yaitu adalah kelas lX-A.
Di sini aku membuat cerpen yang berjudul " Di antara dua sujud"
Setelah lomba cerpen di adakanya lomba kedua yakni adalah lomba membaca puisi.
Kini Bayu tengah mempersiapkan mentalnya untuk maju ke atas panggung dan membacakan puisi yang berjudul "Bisikan Angin" karya dari Naira.
Dan lomba yang ketiga adalah lomba melukis yang di ikuti oleh Eldar. Ia melukis sebuah karya yang begitu menakjubkan, ia menggambar enam bintang di langit yang terus menyinari gelapnya malam. Dan di dalam lukisan itu terdapat banyak sekali makna dan luka yang terkandung.
Dan lomba yang ke empat adalah lomba bernyanyi yang di ikuti oleh Karen. Ia menyanyikan lagu laskar pelangi karya Nidji.
Dan lomba terakhir adalah lomba drama musikal yang di ikuti oleh Gatra dan Vira selain itu kami juga ikut serta dalam peran drama musikal ini yang berjudul " Rumah Tanpa Jendela."
Setelah mengikuti semua lomba, kamu di berikan waktu untuk beristirahat selama 30 menit. Dan selama itu juga kami gunakan waktu itu untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan mengaji.
Setelah 30 menit. Semua siswa dan siswi di pinta untuk berkumpul di lapangan kembali, untuk mengumumkan juara dari ke 5 lomba tersebut.
Dan tanpa di duga,
Aku mendapatkan juara pertama menulis cerpen, Bayu mendapatkan juara 2 membaca puisi, Eldar mendapatkan juara 1 melukis, Karen mendapatkan juara 3 bernyanyi dan Gatra dan Vira meraih juara satu drama musikal.
Di sana kami berenam bersorak gembira, karna usaha kami selama ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Ke esokan harinya kami selaku kelompok bintang, di panggil untuk menghadap bapa kepala sekolah di ruangannya.
"Assalamualaikum, apakah benar bapa memanggil kamu berenam kemari?"
Tanyaku memastikan.
"Yaa, benar sekali. Saya memanggil kalian ke sini untuk menepati janji saya. Saya akan memberikan beasiswa untuk kalian berenam sampai kalian menjadi sarjana. Namun, ada syarat yang harus kalian penuhi."
"A-apa itu?"
"Kalian harus mau mewakili sekolah ini untuk mengikuti
lomba antar provinsi. Selain itu kalian juga harus terus meningkatkan prestasi kalian. Apakah kalian sanggup??"
"TENTU!! KAMI SANGGUP PA!!"
Sorak kami dengan penuh kebahagiaan.
"Baguslah. Oh iya, maafkan bapa karna sudah mengucilkan kalian selama ini. Seharusnya bapa tidak melakukan kesalahan yang begitu besar ini. Apakah kalian berkenan untuk memaafkan bapa?"
"Tentu saja pa, bukankah manusia adalah tempatnya dosa dan salah? Jadi untuk apa kita berpura-pura sempurna hanya untuk di hargai?"
"Bapa benar-benar bangga kepada kalian semua. Terus lah berkarya sampai kalian menjadi bintang."
"Tentu, sekali lagi terima kasih pa."
"Sama-sama."
Semenjak peristiwa kemenangan kelompok bintang. Kami ber enam sudah tidak lagi di kucilkan dan bahkan nama kelompok kami terkenal, dan kami juga mendapat hak kami untuk menuntut ilmu. Bahkan kami menjadi sarjana.