Mading Digital

NESAMA

Rumah Ternyaman

 Rumah Ternyaman 


By : Naira Hilmiyah 


"Ude, Rara kok tinggal di sini sih? Sedangkan Ade sama mama di rumah?"

Tanya seorang gadis kecil kepada uwanya dengan linangan air mata di matanya. Wanita paruh baya itu tersenyum sambil mengelus-elus rambut kepala milik Anara.

"Emngnya Rara ga seneng tinggal di sini?"

Gadis kecil yang baru berusia lima tahun itu menggelengkan kepalanya pelan. "Rara seneng kok tinggal sama ude, sama kakak sama wa gede juga."

Ucap Anara kembali sambil menghapus air mata miliknya.

"Terus kenapa Rara sedih? Masa anak seceria Rara sedih sihh."

Ucap ude sambil mencubit gemas pipi Ara.

"ara cuman penasaran aja ude, masa Ade Rara di rumah sama mama tapi raranya di sini. Eum.. mama sayang ga yah sama Rara?"

Mendengar pertanyaan dari gadis itu ude menatap ke arah sang anaknya atau biasa di sebut dengan panggilan kakak itu. Keduanya saling menatap satu sama lain dan tersenyum.

"Rara, semua orang sayang tau sama Rara. Jangan bilang gitu lagi yah? Kakak, ude, wa gede, semuanya sayang sama Rara. Jangan sedih lagi yah Rara."

Ucap kakak sambil menghapus jejak air mata Rara. Gadis kecil itu tersenyum mendengar ucapan dari sang kakak.

"Kakak, Rara mau susu."

Ucap gadis itu yang membuat sang kakak tersenyum.

"Mau buat susu rasa apa?"

"Coklat kak, di dot Rara yah bikinnya?"

Sang kakak menganggukkan kepalanya dan berlalu untuk membuatkan gadis kecil itu satu botol susu coklat.

"Ini dia pesanan Rara datang."

Ucap sang kakak sambil memberikan dot yang berisii susu coklat itu kepada Rara.

"Makasih kakak."

Terdengar suara ayam jantan berkokok. Seorang gadis terbangun dari tidurnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Ude? Kakak? Wa gede? Ara kangen kayak dulu."

Ucap Anara dengan lirih. Ternyata kejadian itu hanyalah sebuah mimpi untuk mengenang masa lalunya yang indah selama beberapa tahun di sana.

"Sekarang Ara udah gede yah? Ara kangen di ajarin baca sama kakak, Ara kangen di bikinin susu sama kakak, Ara juga kangen di pukpuk sebelum tidur sama ude, Ara juga kangen di ajak main ke kebun sama wa gede."

Lanjut gadis itu sambil terus menangis.

Semenjak Anara akan memasuki kelas 1 SD gadis itu tiba tiba di ajak pulang kerumahnya untuk tinggal di sana. Anara sangat senang saat dirinya mulai kembali tinggal di sana. Namun, setiap malam gadis itu selalu merenung memikirkan momen momen indah bersama mereka.

"Kenapa baru sekarang yah Ara di pulangin? Kenapa dari kecil Ara tinggal di sana terus? Tapi Ara seneng di sana, semuanya sayang sama Ara."

Ucap sang gadis di kala itu.

***

Kini Anara susah menginjak usia 15 tahun. Di saat gadis itu baru saja pulang mengaji gadis itu menghampiri sang mama yang tengah bermain di rumah uwanya, sebut saja wa Ani.

Di saat gadis itu akan memasuki rumahnya, Anara mendengar jika sang ibu tengah membicarakan mengenai dirinya.

Anara pun memutuskan untuk mendengarkan semua pembicaraan itu, hingga tak terasa air matanya mengalir dengan begitu deras. Karna sudah tak kuasa untuk terus mendengarkan ucapan itu semua, Anara pun memutuskan untuk pulang kerumahnya dan mendudukkan dirinya di atas kasur miliknya.

"Hiks, hiks kenapa harus aku, tuhan? Aku ga sekuat itu..."

Gadis itu menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. 

"Ara"

Panggil seseorang dengan lirih sambil mengusap lembut rambut kepalanya. Menyadari itu Anara pun mendongakan kepalanya melihat siapa orang yang ada di belakangnya.

"Sakit yah? Ga papa masih ada kakak di sini. Rara jangan nangis lagi yah? Lupain luka itu dan cari kebahagiaan Rara, gak harus dari mereka Rara, kamu bisa cipatin semuanya sendiri."

Rara tersenyum saat mendapati sang kakak yang ada di sampingnya. Belaian lembut di kepalanya membuat Rara semakin tenang.

"Kak, makasih yah? Makasih udah selalu ada buat Rara, dan masih juga udah mau jadi rumah ternyaman buat Rara."

Sang kakak pun memeluk Anara dengan erat. Keduanya menangis sambil menatap jendela yang ada di kamar Rara.

"Kakak akan selalu jadi rumah buat Rara, jangan pernah berpikir kalo orang lain ga sayang sama Rara, masih ada ude, Kakak sama wa gede yang akan selalu bersama dengan Rara."

Keduanya pun saling tersenyum dan kembali berpelukan setelah sekian lamanya.

"Makasih ya tuhan, karna engkau telah memberikan obat yang terbaik buat rara."

Monolog gadis itu sambil tersenyum.

0 Komentar:

Posting Komentar