Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

SANG PELITA

 

SANG PELITA

Karya : Naira hilmiyah
Kelas  : 8H

" Bapa.. Untuk materi ini bisa tolong di jelaskan kembali soal nya aku masih kurang paham "

Ujar seorang siswi bernama Wulan

" Iya.. Boleh kok wulan.. Coba katakan dimana yang Wulan belum mengerti dari materi ini "

Ujar pa budi sambil tersenyum

Dan tak lama kemudian pada budi pun menjelaskan kembali materi yang Wulan kurang paham. 

Di satu sisi

" Hey.. Nak.. Kenapa di jam pelajaran seperti ini kamu malam nongkrong di warung sambil merokok? Kamu tau kan peraturan yang ada di sekolah ini "

Ujar seorang ibu guru yang bernama vica

" M-maaf bu.. Saya lupa.. Saya janji tidak akan mengulangi nya lagi "

Ujar salah satu siswap kelas 9 yang bernama dio

" Yasudah.. Cepat kembali ke kelas dan ikuti semua pembelajaran hari ini "

Ujar bu vica sambil melangkahkan kaki nya

Namun di saat bu vica melangkahkan kakinya

" Cih.. Dasar guru sok asik.. Bisa nya cuman marah marah doang., padahal kan ini rokok, rokok gw.. Duit duit gw.. "

Gunam dio 

Dan tanpa siswa itu sadari bu vica mendengar semua perkataan yang dio lontarkan kepada nya.. Namun bu bisa hanya menarik nafas nya dan membuang nya bersma dengan senyuman manis nya

Di sisi lain

" Heh.. Digo .. Kenapa kamu tidak pernah mengerjakan tugas yang ibu berikan pada mu..? Se tidak suka itu kah kamu sama pelajaran ibu?.. "

Ujar bu isva

" Bukan begitu bu.. '

Ujar digo

" Lantas apa hah.. Ibu gak mau tau kamu berdiri di depan sana sampai jam pelajaran ibu selesai "

Ujar bu isva

Dan pada akhirnya digo berdiri di depan kelas hingga pelajaran ibu isva selsai

Tegas.. Ya itu adalah sikap tegas.. Mungkin sebagai siswa dan siswi menggap hal itu adalah sikap begis { pemarah}.. Sombong dan sebagainya.. Namun jika kalian tau.. Itu adalah sikap tegas.. Agar kita jerah untuk melakukan  kesalahan itu lagi. 

Aku tau pasti itu sangat menyakitkan.. 

Guru yang selama ini selalu menjadi pelita dalam kehidupan. 

Mereka mengajar kita ilmu yang sangat berguna... Dengan kesabaran nya mereka mengajarkan kami dengan begitu sabar dan ikhlas.. Kami yang selalu membuat kalian marah.. Dan tak jarang kami membuat kalian sakit hati.. Tapi berbeda dengan ibu bapa gru yang selalu tersenyum di saat para siswa dan siswi menghina atau menjelek ² kan kalian.. 

Aku sangat salut akan guru guru yang hebat.. Yang selalu membimbing kami.. Dengan begitu ikhlas.. 

Meskipun cara mengajar nya berbeda.. Tapi aku yakin semua ibu  bapa guru ingin sekali kita menjadi anak yang baik dan berguna di masa depan..kelak...

Rintikan Sendu


 Rintikan Sendu

Karya    : Naira Hilmiyah

Kelas    : 8H

Rintikan Sendu



 Rintikan Sendu

Karya    : Naira Hilmiyah

Kelas    : 8H


"Ibu.. Rima juga mau kayak temen temen Rima.. Ibu cari kerja lain ke jangan mulung doang biar Rima bisa punya motor "

Bentak Rima pada sang ibu sang baru pulang memulung

" Rima... Ibu kan sudah tua na.. Hanya ini pekerjaan yang bisa ibu kerjakan.. "

Ujar sang ibu dengan sendu

" Halah.. Udah lah bu... Mendingan sekarang ibu pergi mulung lagi biar aku bisa cepet cepet punya motor.. Rima malu bu.. "

Ujar Rima sambil pergi ke luar rumah

" Rima kamu mau kemana ini sedang hujan rim.. "

" Apaan. Sih bu.. Terserah rima dong mau kemana juga.. "

Ujar Rima sambil melangkah kan kaki nya. 

Kini mentari sudah berganti lunar

Dan kini rima sedang berjalan untuk pulang ke rumah nya dalam ke adaan hujan, 

Namun saat di tengah ber jalan rima melihat segerombolan orang yang sedang merempung korban kecelakaan

Karna penasaran rima pun menghampiri nya

" Ada apa ini.. "

Ujar Rima

" Ini neng ada seorang ibu ibu pemulung ke tabrak  dan langsung tewas di tempat "

Ujar salah satu ibu ²

"I-ibu.. "

Ujar rima terbata bata saat melihat orang yang terbaring tak bernyawa itu adalah ibu nya

"Ibu... Hiks hiks.. Ibu kenapa ninggalin rima.. "

Tangis rima

Dan tiba tiba pandangan nya beralih ke tangan kanan nya yang terdapat sebuah kotak

Dan ternyata isi dari kotak itu adalah  sebuah kunci motor

Dan sebuah surat

[ Nak.. Besok adalah hari ulang tahun mu yang ke 17 tahun.. Dan ini ibu sudah siap kan sebuah sepedah motor untuk mu.. Walaupun itu bekas tapi ibu harap kamu menyukai nya saat sepedah motor itu sampai di depan rumah.. Maaf kan ibu karna ibu tidak bisa jadi ibu yang terbaik untuk mu .. Selamat ulang tahun anak ku rima...maaf ibu sudah tidak bisa berada di samping mu lagi 

Ibu harap kamu bisa jadi seorang yang berguna di masa depan.. 

Ibu akan selalu berada di dekat mu.. 

Walau tak terlihat. 

By : ibu mu yang kau benci 

Setelah membaca surat itu rima langsung menangis se jadi jadi nya dalam rintikan hujan yang lebat 

" Ibu.. Maafin Rima bu...rima belum bisa jadi anak yang baik sn berbakti pada ibu..maaf rima belum bisa bahagia in ibu...rima janji akan menjadi seorang yang ibu impikan..Hiks hiks.. Terima kasih atas semua nya bu "

Tangis rima sambil memeluk jasad sang ibu bersama dengan rintikan hujan yang lebat

Penyesalan Seorang Gadis

 


Penyesalan Seorang Gadis

Karya    : Shaina Roshidah

Kelas    : 8E

Hai semuanya kenalin namaku adalah Raisha, aku tinggal bersama nenekku di sebuah kampung yg tidak terlalu luas, namun aku senang karena aku bersama nenekku bisa mencukupi hidup disana. Dengan hidup seadanya, aku tetap bisa menjalani hidup dan bersekolah di sekolah SMA. Ya kalian mungkin tau SMA adalah masa-masa Sekolah yang banyak tentang hal percintaan. Namun pada saat aku memasuki jenjang itu, aku tidak begitu peduli dengan yang namanya cinta, ya mungkin karna dulu aku adalah orang yang tertutup dan jarang bergaul dengan teman-teman sekelasku. Kini setelah beberapa bulan tinggal di sekolah SMA, aku sering melihat siswa dan siswi yang bergandengan tangan, adapula yang bahkan barpelukan. Disitu aku mulai geli, tapi setelah aku pikir-pikir mungkin aku perlu mencoba nya, karna aku jarang sekali merasakan apa itu kehangatan, karna dari kecil aku sudah ditinggal kan ayah dan ibu karna sebuah tragedi kecelakaan. Namun aku tidak terlalu memikirkan hal tersebut, yaa walau memang sangat menyakitkan, tapi masih ada nenek yg selalu ada untuk ku. 

Satu semester telah berlalu, kini aku telah mulai akrab dengan teman-teman sekelasku. Tapi disisi lain, aku bahkan telah menyukai seorang laki-laki yang rupa nya begitu tampan, bukan hanya itu tapi dia juga baik, bahkan saat ujian dia selalu membantu ku.Bahkan dia rela dimarahi guru, iya cuma hanya demi aku nggak ketahuan nyontek,ya walau begitu aku tetap biasa aja layak nya tidak berbuat apa-apa. Kalian mungkin berfikir aku itu jahat, tapi disisi lain aku selalu memberi nya uang  jajan karena dia telah membantu ku. 

Hari libur pun tiba, kini aku telah berteman dengan nya, namun aku belum tau siapa nanya dia, dan aku berniat akan menayangkan namanya besok. Besok nya hari kedua setelah libur ujian semester, aku disuruh nenek untuk membeli sayur-sayuran di pasar. Awalnya aku menolak, tapi karena aku kasihan sama nenek jadinya aku iyakan suruhan nenek. Setelah sampai di pasar, aku langsung membeli sayuran di toko biasanya, setelah selesai membeli, aku kemudian membayar nya dan langsung kembali untuk pulang.Tak lama kemudian....... "Brukk.. " Barang bawaan ku jatuh di tubruk seorang laki-laki, aku ingin memarahinya namun... "Whatt dia ternyata.. " Dalam hatiku. "Hai" Sapanya, "namamu Raisha bukan? " Tanya dia. "E-e iya, kalo kamu? " Tanya ku, "aku Rasya. " Ujarnya. "Eh iya salam kenal ya" Jawabku. "Ngomong2 kamu cantik ya" Ucapnya, "emm iya kah?" Tanyaku sembari malu. "Oh ya apa kita boleh ngobrol sebentar? " Tanya rasya. "Hmm boleh" Jawabku. "Eh kok bungkuk?" Tanya ku. "Nih aku udh bantu beresin barang bawaan mu" Ucapnya. "Eh iya makasih yaa" Ucapku. Eh eh.. Dia menarik ku, sampai ke sebuah taman dekat pasar tadi. 

Dia menyuruh ku untuk duduk di dekatnya,"apa yg ingin kamu bicarakan? "Tanya ku." Emm sebenarnya aku...menyukaimu".deg deg deg... Hatiku dag dig dug saat mendengar ucapan rasya. "Apa itu benar? " Tanya ku, "ya" Ucapnya.Tiba-tiba.... Bruk... Dia memeluk ku dengan cukup erat, "apakah ini yang namanya kehangatan? " Tanya ku dalam hati. Baru kali ini aku merasakan kehangatan dari seorang laki-laki yang aku cintai...,Setelah cukup lama.. Aku baru ingat bahwa aku harus memberikan sayuran ini kepada nenek. "Emm rasya.. Aku harus pulang dulu ya" Ujarku. "Untuk apa? " Tanya rasya"."aku baru ingat bahwa aku harus memberikan ini pada nenek "ucap ku. " Yasudah, tapi kau menerima ku bukan? "Tanya rasya. " Emm iya"ucapku.Rasya pun tersenyum kecil, yang membuat ku melayang aaaa. Aku salting,"ya sudah aku pergi dulu ya dahh"."dahh"ucap nya. 

Setelah sampai rumah aku baru sadar kalo ada HP rasya di tas belanjaan ku tadi, aku segera mengecek nya, dan ternyata HP nya di sandi, tapi dibelakang HP ada selembar kertas yang isinya nomor HP rasya. Aku langsung mengechat nya dan menyimpan nomor nya dalam HP ku. Besok nya aku langsung memberikan HP rasya ke taman yang kemarin aku kunjungi, dan ternyata dugaan ku benar rasya ada di sana, aku langsung menemuinya dan memberikan HP nya, dia pun langsung melihat ku, "oh, Raisha?, makasih ya udah jagain HP ku, aku kira bakal g ketemu" Ucap nya. "Oh ya Sama-sama" Jawabku. "Eh eh apa ini? " Tanya ku. "Ini adalah sebagai tanda cinta ku padamu" Ujarnya. Bahkan dia telah memberiku sebuah bunga dan satu permen cokelat, aaa manisnya. "Makasih ya" Jawabku. Dia pun pergi dan tak berkata mau kemana, aku pikir mungkin dia buru-buru, karna ada hal penting. Eh itu apa kok HP nya nyala, aku fikir mungkin hanya alarm aja. Ya sudahlah aku pulang saja. 

Satu bulan berlalu, hubungan ku dengan rasya baik-baik saja, namun suatu ketika  salah satu teman ku yang bernama sifa, dia kaya nya mulai ga suka sama ku, mungkin karna dia tau aku telah jadian sama rasya, yang dulunya dia adalah mantan nya rasya. Dia melihat ku seperti musuh yang sangat di benci, bahkan seperti ingin aku mati. Aku pikir mungkin hanya cemburu atau iri saja, tapi... Tak lama setelah nya aku melihat rasya seperti sedang telponan dengan seorang perempuan, kata katanya juga kok manis ya, padahal dia udh punya pacar, aku lah pacarnya, wkwk. Tapi kok dia senyum senyum sendiri sih, disana aku mulai mendekati nya dan aku mendengar rasya bilang"aku sayang kamu sifat, selamanya ", apa?!!, aku terkejut ketika rasya berkata seperti itu dibelakang ku. Aku tidak menegurnya, tapi aku langsung menelpon nya dan berkata" Aku kamu kita... Putus!! "Ucapnya dengan perasaan kecewa. 

Setelah beberapa jam aku menangis histeris di kamar ku dan aku berkata pada diriku bahwa aku menyesal telah mengetahui yang namanya cinta dan kehangatan.Dan aku bercerita kepada nenek bahwa aku tidak mau tau lagi apa itu yang namanya cinta,bahkan aku tidak ingin lagi merasakan kehangatan dari seorang laki-laki yang tidak mencintai ku. Kini aku kembali lagi menjadi sosok Raisha yang dulu, yang sifat nya geli pada hal percintaan. 

                                                                     -TAMAT-

Pesan moral:

Jangan terlalu berharap pada seorang laki-laki yang belum tentu mencintai mu, dan pada dasarnya laki-laki hanya ingin mempermainkan hati perempuan, jadi untuk perempuan, jaga hati kalian baik-baik, jangan sampai  seorang  laki-laki menyakiti hati kalian, kalian juga harus kuat. 

Oh ya jangan lupa follow IG ku ya @shaina_Rosz

Mengharapkan Kebebasan



 Mengharapkan Kebebasan

a story by Naylameera

class 9D

Di dalam rumah yang hampir roboh, disana ada 2 perempuan cantik yang baru saja selesai melaksanakan solat. Rumah, yang seperti tidak layak untuk disebut sebagai 'rumah', karna memang bangunannya seperti hendak roboh.

"Kak, besok hari pertama puasa kan? Jangan lupa bangunin Biyya loh kak." Ucap seorang gadis berusia 10 tahun, bernama Gazbiyya.

"Pasti, Biyya." Jawab gadis yang sedang berada dihadapan Gazbiyya, usianya sekitar 20 tahun, bernama Lekeesha. "Sudah ah, sekarang sudah malam, kita tidur, nanti sahurnya telat," lanjutnya.

Gazbiyya dan Lekeesha berjalan kearah tempat tidur yang sudah terlihat sangat rusak, mungkin seluruh benda yang ada di rumah ini bisa dibilang, tidak layak pakai.

Namun, mereka tetap tersenyum bahagia, tidur diatas kasur yang sudah menghitam, bagi mereka bagaikan tidur diatas sutra.

DYARRR....

Gazbiyya yang telah memejamkan matanya kini terbuka lagi, akibat mendengar suara ledakan yang sangat keras di luar sana. Hatinya mulai gelisah tak karuan, tidak ada lagi ketenangan dalam tidurnya.

"Kakak, ledakan itu terdengar lagi, tapi kali ini terdengar lebih dekat. Aku takut rudal itu akan sampai kesini, kita pindah yu kak" Gazbiyya berusaha membangunkan kakak nya yang terlihat sudah tidur lelap. Padahal nyatanya, sama saja. Lekeesha merasakan kegelisahan yang amat hebat.

Lekeesha membuka matanya, lalu mengusap rambut milik Gazbiyya. "kakak juga mendengarnya, tapi kita harus kemana? Sekarang, kita berdo'a saja kepada Allah, dan meminta perlindungan. Tenang saja Biyya, ada Allah dan para malaikat yang menjaga kita. Sekarang tidur lagi, rudal itu tidak akan sampai kesini." Ucapnya.

Gazbiyya kembali tenang mendengar nasihat dari kakaknya, dia pun kembali memejamkan matanya seraya berdoa. "Ya Allah, tolong jangan biarkan rudal itu sampai ke rumah kami, jagalah kami, jikapun dalam waktu dekat aku harus syahid, setidaknya izinkan aku untuk merasakan nikmatnya bulan Ramadhan, aamiin."

DYARR.....

Ledakan yang tak kunjung henti, terus saja hadir dalam tenangnya suasana malam. Mereka tak dapat merasakan lelapnya tidur. Hanya berusaha memejamkan mata, hingga pagi tiba, tanpa hilang kesadaran sedikit pun. Trauma, takut, gelisah, kehilangan, adalah hal yang biasa disana.

"Gazbiyya, bangun katanya mau puasa." Ucap Lekeesha 

Gazbiyya membuka matanya dan tersenyum kearah Lekeesha. "Alhamdulillah, kita selamat kak?"

"Alhamdulillah"

Tok..tok..tok..

Suara pintu terdengar nyaring, tapi siapa yang datang pagi pagi buta seperti ini? Lekeesha segera berjalan menghampiri pintu itu dan hendak membuka nya. Ternyata itu adalah paman Abadard, dengan mata yang terlihat sembab, seperti telah menangis lama. Ditambah baju nya yang telah berlumur darah.

"Assalamualaikum Lekeesha." Ujar paman Abadard

"Wa'alaikumussalaam paman. P-paman kenapa? Ada apa?"

"Lekeesha, ketahuilah bahwa bibimu telah syahid akibat rudal semalam ketika sedang membaca Al-Qur'an." Paman Abadard menjelaskan dengan sangat gemetar

"Innalilahi wa innailaihi roji'un. Sekarang bibi dimana? Sudah dimakamkan?" Jawab Lekeesha panik

"Sud-" Ucapan paman Abadard tiba tiba terpotong saat mendengar bahwa Gazbiyya memanggil nya

"PAMAAAAAANNNN"

"Gazbiyya, kamu sudah sahur nak?" Paman mengulum senyum manisnya

"Sudah makan kurma tadi, loh paman kenapa?"

Hari telah siang, dan jam sudah menunjukkan pukul 14.37, Gazbiyya yang baru selesai merapikan bajunya, kini mendekat kearah Lekeesha yang sedang melamun.

Gazbiyya menepuk pelan pundak milik Lekeesha. "kak eh gabaik tau ngelamun kaya gitu"

Lekeesha langsung saja mengalihkan pandangannya kearah Gazbiyya sambil tersenyum. "Tidak Biyya, kakak hanya sedang berfikir nanti kita berbuka pakai apa ya? Kita sudah tidak memiliki makanan."

"Hmm, kita tanya paman saja."

Gazbiyya berlari keluar menuju rumah paman Abadard yang tak jauh dari rumahnya. Namun ketika itu, ia melihat banyak sekali tentara yang membawa senjata. Ia bersembunyi dibalik reruntuhan bangunan.

DER....DER....DER....

Tepat dihadapan Gazbiyya, ia melihat lansia bahkan balita ditembak oleh tentara tentara itu. Darah berceceran dimana mana. Sungguh, sudah tidak ada lagi tempat yang aman disini.

Mereka menjadi pelarian, pengasingan, buronan kriminal, bahkan tersangka, hanya karena iman dan ibadah mereka. Mereka divonis hukuman mati oleh orang orang yang membungkam mulut mereka.

"Assalamualaikum paman" Gazbiyya mendekati paman Abadard yang sedang membersihkan puing bangunan akibat rudal semalam.

"Wa'alaikumussalaam Gazbiyya, kenapa nak?"

"Kita akan berbuka dimana? Apakah mereka akan menembak kita?"

"Insyaallah kita akan berbuka di masjid yang ada di Yerussalem karena paman yakin akan banyak sekali orang yang ikut berbuka disana. Berdoa saja semoga baik baik saja."

"Baik paman, Biyya mau siap siap untuk ke sana."

"Kita berangkat bersama sama ya."

"Hari ini adalah hari pertama berpuasa bagi mereka. Saya yakin mereka akan berbuka di masjid Yerussalem hari ini, apalagi ini hari pertama pasti banyak orang dari balita hingga lansia." Ucap seorang pria dewasa dengan senyum liciknya.

"Kami mengerti. Kami akan kesana, menembak hingga memasang rudal disana."

"Bagus."

Disisi lain, Gazbiyya yang hendak melewati tempat itu tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. Ia segera saja berlari ke rumahnya dan hendak memberitahu kepada kakaknya Lekeesha.

"Kaka Keesha, kita tidak usah ikut ke Yerussalem, kasih tau semua orang." Ucap Gazbiyya panik

"Loh? Kenapa?"

"Assalamu'alaikum Lekeeshaaa"

"Wa'alaikumussalaam Ghina, iya sebentar. Biyya, sudah kamu tenang saja ya." Lekeesha berlari kecil menuju ke arah suara.

Mereka semua menuju ke masjid Yerussalem bersama sama. Ternyata benar disana sudah banyak sekali orang yang hendak berbuka puasa. Saking menyenangkan nya, Gazbiyya sampai lupa apa yang akan terjadi disini.

Adzan Maghrib pun berkumandang, mereka semua bahagia bukan kepalang. Rasa lapar mereka digantikan oleh beberapa buah kurma dan beberapa tegukan air putih.

Mereka pun hendak melaksanakan ibadah solat maghrib secara berjamaah. Setelah selesai, tiba-tiba terdengar suara ledakan sangat keras di luar sana. Orang-orang berhamburan keluar hendak menyelamatkan diri.

"Ya Allah, lagi lagi ledakan itu terdengar jelas." Ucap seorang wanita dewasa.

"Tolong lindungi kami ya Allah." Dilanjutkan oleh wanita yang lain

Tak lama dari itu, sebuah peluru berhasil mengenai seorang balita. Saat itu juga terlihat banyak sekali tentara yang menggunakan senjata mereka untuk menembak semua orang yang ada disana.

Melihat itu Lekeesha langsung saja berlari keluar masjid hingga terlupa dengan adiknya, Gazbiyya. Diluar ia bertemu dengan paman Abadard, yang terlihat sangat panik.

"Keesha, Biyya mana?" Paman Abadard mulai membuka suara, ketika melihat bahwa Gazbiyya tidak ada disamping Lekeesha.

"Astaghfirullah paman, mungkin dia tertinggal di dalam, ya Allah, bagaimana ini paman?!" Lekeesha terlihat sangat panik ketika ia juga baru sadar akan itu.

Lekeesha berlari hendak masuk kedalam masjid itu kembali, namun segera ditahan oleh paman Abadard. "Kamu mau kemana Lekeesha? Sudah diam disini, adikmu pasti baik baik saja."

"Tidak paman, aku ingin menemui adikku sekarang juga. Aku takut jikalau harus kehilangan Biyya. Tidak, itu jangan pernah terjadi." Tangis Lekeesha pecah saat itu juga.

"Tenang Keesha, tenang."

"Bagaimana aku bisa tenang kalau adikku saja ada didalam sana? Sedangkan disana sedang terjadi penembakan? Aku tidak akan pernah tenang sampai aku melihat bahwa adikku baik baik saja!"

"Keesha, dengarkan paman, kalau kamu kesana keadaan akan semakin rumit. Sekarang kamu beristighfar."

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah."

DYARR......

Terdengar suara ledakan yang sangat dekat disana. Paman Abadard segera memegang erat tangan Lekeesha, dan menariknya untuk pergi dari sana. Namun Lekeesha tetap pada pendiriannya yaitu menunggu adiknya keluar.

"Keesha, kita harus pergi dari sini. Paman yakin rudal itu akan sampai kesini."

"T-tapi paman"

Paman langsung saja menarik Lekeesha dan berlari, diikuti oleh semua orang yang lari ketakutan. Entah kemana mereka harus pergi.  

Gazbiyya bersembunyi dibalik lemari tempat penyimpanan mukena, ketika dirasa bahwa sudah aman dia keluar dari masjid dan melihat sudah banyak asap disana.

"Ledakan itu pasti terjadi lagi, tapi dimana paman dan kakak?"

Hingga Gazbiyya melihat bahwa kakak dan pamannya sedang berlari menjauh dari masjid itu. Ketika Gazbiyya hendak berlari, kakinya malah tertembak dari belakang. Ia langsung terjatuh, dan hanya bisa berteriak.

"KAKAAAA, PAMANNN!"

Lekeesha mendengar itu, sedangkan paman tidak. Lekeesha melihat ke belakang dan menampakkan adiknya yang hendak di tembak oleh tentara tentara itu.

"TIDAKKKK"

Lekeesha berbalik arah, dan berlari menuju adiknya. Ketika tentara hendak menembakkan peluru nya kearah Gazbiyya, ternyata Lekeesha sudah lebih dulu memeluk Gazbiyya, sehingga yang tertembak adalah, Lekeesha.

"Kakak, t-tidak, tidak mungkin." Tatapan tak percaya hadir dari mata Gazbiyya, ia menutup mulutnya dengan tangannya yang sudah berlumur darah milik kakanya.

Ketika ia melihat ke depan, ia melihat rudal hendak mengenai pamannya.

DYARR.......

Rudal itu benar benar mengenai paman Abadard. Hati Gazbiyya seketika hancur berkeping-keping, melihat kakak nya tertembak dalam pelukannya, dan diwaktu yang bersamaan ia melihat pamannya terkena  ledakan yang cukup besar. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa paman Abadard dan Lekeesha telah syahid saat itu juga.

"P-paman..."

"Kak, apa yang sebenarnya mereka inginkan? Hingga mereka merebut seluruh keluargaku. Tanahku terbakar, bahkan kebebasan pun telah sirna. Dunia masa kecilku pun telah hancur. Bagaimana rasanya menjadi anak kecil kak? Apakah diluar sana, anak kecil bisa memakan apapun yang diinginkan? Apakah mereka bisa tidur nyenyak? Aku menginginkan itu. Bukan hanya manusia dan binatang yang berdarah, tapi mainan ku turut berdarah." Sesak dada Gazbiyya saat mengatakan itu. Ketika ia melihat sekeliling nya, ia melihat tanahnya telah hancur, banyak mayat yang tergeletak di jalan sana.

"Kenapa kau harus syahid lebih dulu dari aku? Seharusnya kita syahid bersama sama kak. Tapi aku ingin mengucapkan selamat, 20 tahun kau merasakan kegelisahan, ketakutan, dan kehilangan, kini kau sudah bahagia dalam kehidupan yang lebih abadi. Tunggu aku untuk menemuimu disana, semoga lebih cepat." 

Allahuakbar.... Allahuakbar.... Allahuakbar...

Gema takbir dari warga Palestina, merayakan hari raya setelah sebulan penuh mereka berpuasa.

"Kak Ghina, antar aku pulang kerumah ya, disana ada mukena bekas peninggalan kakak dan ummi." Ujar Gazbiyya kepada Ghina, sahabat dekat Lekeesha.

"Tentu saja, Biyya." Senyuman manis Ghina perlihatkan kepada Gazbiyya.

Selama ini, mereka tinggal di tenda pengungsian semenjak kejadian sebulan lalu. Ketika sampai di depan rumah, hati Gazbiyya benar benar teriris, ketika rumahnya sudah benar benar hancur.

"Innalillahi, kak rumahku kini telah hancur. Semuanya hancur, bahkan hatiku ikut hancur." Gazbiyya telah berlinang air mata ketika melihat kondisi rumahnya.

"Sabar ya Biyya sayang. Sekarang kita kembali ke tenda pengungsian, kamu tinggal dengan kakak disana. Kita sama sama telah ditinggalkan oleh keluarga dan rumah. Tapi yakinlah, bahwa Allah telah menyiapkan rumah yang lebih indah, dan ketenangan yang tiada tara, di Jannah-Nya." Ghina, mengusap air mata di pipi milik Gazbiyya, dan memeluknya, mereka saling menguatkan satu sama lain.

-SELESAI-