Mading Digital

NESAMA
  • Sarana dan Prasarana

    Sarana dan Prasarana SMPN 1 Malangbong

  • Home

    Mading Digital SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Info Grafis SMPN 1 Malangbong

  • Informasi

    Program Unggulan SMPN 1 Malangbong

Berkat Cinta Seorang Guru

 Berkat Cinta Seorang Guru

Karya: Naida

Kelas: 7J

Pada senin,25 November 2024,suasana SMP Citra Bangsa  begitu ceria .Pagi itu adalah Hari Guru ,semangat para murid dan guru begitu terasa .Hari ini bukan sekedar hari biasa ,para murid sudah menyiapkan kejutan  sepesial untuk para pengajarnya ,terutama Ibu Ani ,guru yang paling mereka hormati .

Ibu Ani adalah guru matematika yang sudah mengajar di SMP Citra Bangsa selama lebih dari 15 tahun .Meski wajahnya tidak lagi muda,semangat Ibu Ani dalam mengajar tak pernah pudar.Ia selalu datang lebih awal dan pulang lebih larut, untuk mempersiapkan materi dengan hati-hati .Ibu Ani dikenal sebagai guru yang tidak hanya mengajarkan rumus dan teori,tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan ,seperti ketekunan ,kejujuran,dan kerja keras.

Pagi itu ,Ibu Ani datang seperti biasa,meski suasana sudah agak berbeda.Sesampainyaa di ruang guru ,ia langsung di sambut oleh seorang murid bernama Dika ,yang terlihat sibuk menyiapkan sebuah kotak kecil di atas meja.

"Selamat pagi,Ibu",sapa Dika sengan senyum lebar,mencoba menyembunyikan kegembiraannya.

"Pagi,Dika .Ada apa nih,kok kelihatanya sibuk banget?"tanya Ibu Ani sambil meletakan tas nya.

Dika tersenyum malu-malu ,kemudian membuka kotak itu .Isinya adalah sebuah kartu ucapan yang di buat dengan tangan sendiri,lengkap dengan gambar bunga dan tulisan besar:"Terima Kasih Ibu Ani ,Guru Terbaik Kami".

"Ibu,Ani terimaksih banyak .Tanpa bantuan Ibu ,saya mungkin masih kesulitan dengan pelajaran amtematika .Ibu sabar sekali mengajarkan kami,bahkan saat kami banyaj tanya,"ujar Dika tulus. 

Ibu Ani terharu mendengar kata-kata itu .Dalam hatinya,ia merasa semua usahanya dalam mengajar akhirnya terbayar.Ia selalu percaya bahwa seorang guru bukan mengajrkan pengetahuan ,tetapi juga memberikan pemahaman bahwa setiap anak berhak sukses dengan carannya masing-masing .

Upacara Hari Guru di lapangan sekolah di mulai dengan khidmat .Kepla sekolah memberikan pidato yang penuh makna ,mengingatkan kepada seluruh murid bahwa tanpa guru,mereka mungkin tidak di tempat mereka sekarang .Setelah pidato ,para murid mengucapkan terimakasih dengan tepuk tangan dan bunga sebagai tanda penghormatan untuk para guru .

Setelah upacara selesai,Dika yang merasa begitu terimakasih,dengan hati-hati menyerahkan bunga kecil yang di beli di depan sekolah kepada Ibu Ani ."Ini untuk Ibu ,sebagai tanda terimakasih kami,"kata Dika ,sambil tersenyum lebar.

Ibu Ani menerima bunga itu dengan rasa haru ."Terimaksih,Dika.Kamu sudah membuat hari saya sangat sepesial ",kata Ibu Ani,sambil membelai kepala Dika dengan penuh kasih.

Hari itu ,Ibu Ani merasa sangat bersyukur.Ia merasa bahwa apa yang ia lakukan selama ini benar-benar berati .Tidak hanya mengajarkan ilmu ,tetapi memberikan harapan dan cinta untuk setiap anak yang ia ajar .



Pada senin pagi ,25 November 2024 ,di Hari Guru ini,Ibu Ani tahu bahwa peran seorang guru lebih besar dari sekedar menyampaikan pelajaran .Guru adalah pembingbing yang memebri inspirasi dan cahaya bagi masa depan generasi muda .Dan itulah yang membuatnya merasa begitu bangga dan berharga ,meski dunia seringkali tidak melihat segala perjuangan dan pengorbanan para guru .


Selamat Hari Guru!

Bersinar Menjadi Bintang


Bersinar Menjadi Bintang 

Karya : Naira Hilmiyah

Kelas : 9G


Dimana letak keadilan untuk kami?

Aku adalah Mahendra, salah satu anggota dari kelompok bintang. Dimana kami adalah orang-orang yang selalu di rendahkan di sekolah. Dengan alasan, kami terlahir dari keluarga miskin. Kelompok bintang terdiri dari enam orang yakni, Karen, Bayu, Gatra, Vira, Eldar dan aku.

Di saat semua orang di berikan hak untuk belajar di sekolah, tapi kami hanya di jadikan sebagai sebuah pajangan. Kami benar-benar tidak di berikan kesempatan untuk belajar ataupun mengembangkan bakat yang kami punya.

"Pa, tolong berikan kami kesempatan untuk belajar seperti anak-anak lain di sini. Kami juga murid di sini pa, kami punya hak atas semua ini. Bapa boleh kok, menugaskan kami seperti biasanya, kami siap membersihkan seluruh penjuru sekolah ini, asalkan bapa memberikan kami hak untuk menuntut ilmu di sini."

Ujarku saat berhadapan dengan bapak kepala sekolah.

"Ck!! Apakah saya terlihat perduli dengan ini semua?"

Ujarnya sambil tersenyum licik.

"Oh jadi seperti ini respon bapa, terhadap kami semua? Bagaimana jika kita buat kesepakatan,"

Ujar Karen sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Menarik, apa itu?"

"Jika kami memenangkan lomba di acara hari guru itu, bapa harus memberikan kami beasiswa sampai kami menjadi sarjana. Namun, jika kami kalah dalam lomba tersebut, kami selaku kelompok bintang akan keluar dari sekolah ini."

Jelas Karen yang membuat pa Rudi tersenyum 

"Apakah kamu yakin, Karen?"

"Tentu saja, apakah bapa takut?"

"Tentu saja tidak. Saya terima kesepakatan ini."

Setelah menyepakati kesepakatan itu. Aku dan teman-temanku berkumpul di Aula belakang sekolah.

"Karen!! Apa kamu yakin sama apa yang kamu ucapkan tadi? Jika kita tidak memenangkan lomba - lomba itu bagaimana?"

Ujar Gatra khawatir.

"Jangan bilang seperti itu, kita harus yakin dengan diri kita sendiri. Lagian lomba-lomba di sana cukup mudah, bahkan kita semua punya bakat itu. "

"Emangnya, lomba apa saja yang akan di gelar di acara itu?"

Tanya bayu.

"Lomba membuat cerpen, lomba melukis, lomba bernyanyi, lomba membaca puisi dan lomba drama musikal."

Jelas Karen.

"Wah!! Kalo begitu. Ayok!! Kita berbagis tugas!!"

Sorak Eldar dan Vira 

"Baiklah, Mahendra kamu ikut lomba membuat cerpen, karna kamu mahir dalam membuat cerpen. Bayu kamu ikut lomba membaca puisi aku tau kamu mahir dalam membaca puisi. Eldar kamu ikut lomba melukis karna lukisan kamu begitu indah. Gatra dan Vira kalian ikut lomba drama musikal dan aku akan ikut lomba bernyanyi. Apakah kalian semua setuju?"

"SETUJU!!!"

Satu Minggu berlalu. Kini lomba di acara memperingati hari guru akan di laksanakan. Aku dan teman-temanku sudah cukup siap untuk melaksanakan perlombaan ini.

Kini setelah melaksanakan upacara bendera. Acara perlombaan pun di mulai. Dan perlombaan pertama adalah lomba membuat cerpen.

"Mahendra, kamu pasti bisa!! Semngat!!"

Monologku di dalam hati, berniat untuk menyemangati diriku sendiri.

Lomba cerpen ini cukup ketat dalam persaingannya, karna aku harus bertanding melawan kelas unggulan di mana kelas itu berisikan anak-anak yang begitu cerdas, yaitu adalah kelas lX-A.

Di sini aku membuat cerpen yang berjudul " Di antara dua sujud"

Setelah lomba cerpen di adakanya lomba kedua yakni adalah lomba membaca puisi.

Kini Bayu tengah mempersiapkan mentalnya untuk maju ke atas panggung dan membacakan puisi yang berjudul "Bisikan Angin" karya dari Naira.

Dan lomba yang ketiga adalah lomba melukis yang di ikuti oleh Eldar. Ia melukis sebuah karya yang begitu menakjubkan, ia menggambar enam bintang di langit yang terus menyinari gelapnya malam. Dan di dalam lukisan itu terdapat banyak sekali makna dan luka yang terkandung. 

Dan lomba yang ke empat adalah lomba bernyanyi yang di ikuti oleh Karen. Ia menyanyikan lagu laskar pelangi karya Nidji.

Dan lomba terakhir adalah lomba drama musikal yang di ikuti oleh Gatra dan Vira selain itu kami juga ikut serta dalam peran drama musikal ini yang berjudul " Rumah Tanpa Jendela."

Setelah mengikuti semua lomba, kamu di berikan waktu untuk beristirahat selama 30 menit. Dan selama itu juga kami gunakan waktu itu untuk melaksanakan sholat Dzuhur dan mengaji.

Setelah 30 menit. Semua siswa dan siswi di pinta untuk berkumpul di lapangan kembali, untuk mengumumkan juara dari ke 5 lomba tersebut.

Dan tanpa di duga,

Aku mendapatkan juara pertama menulis cerpen, Bayu mendapatkan juara 2 membaca puisi, Eldar mendapatkan juara 1 melukis, Karen mendapatkan juara 3 bernyanyi dan Gatra dan Vira meraih juara satu drama musikal.

Di sana kami berenam bersorak gembira, karna usaha kami selama ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Ke esokan harinya kami selaku kelompok bintang, di panggil untuk menghadap bapa kepala sekolah di ruangannya.

"Assalamualaikum, apakah benar bapa memanggil kamu berenam kemari?"

Tanyaku memastikan.

"Yaa, benar sekali. Saya memanggil kalian ke sini untuk menepati janji saya. Saya akan memberikan beasiswa untuk kalian berenam sampai kalian menjadi sarjana. Namun, ada syarat yang harus kalian penuhi."

"A-apa itu?"

"Kalian harus mau mewakili sekolah ini untuk mengikuti 

lomba antar provinsi. Selain itu kalian juga harus terus meningkatkan prestasi kalian. Apakah kalian sanggup??"

"TENTU!! KAMI SANGGUP PA!!"

Sorak kami dengan penuh kebahagiaan.

"Baguslah. Oh iya, maafkan bapa karna sudah mengucilkan kalian selama ini. Seharusnya bapa tidak melakukan kesalahan yang begitu besar ini. Apakah kalian berkenan untuk memaafkan bapa?"

"Tentu saja pa, bukankah manusia adalah tempatnya dosa dan salah? Jadi untuk apa kita berpura-pura sempurna hanya untuk di hargai?"

"Bapa benar-benar bangga kepada kalian semua. Terus lah berkarya sampai kalian menjadi bintang."


"Tentu, sekali lagi terima kasih pa."


"Sama-sama."


Semenjak peristiwa kemenangan kelompok bintang. Kami ber enam sudah tidak lagi di kucilkan dan bahkan nama kelompok kami terkenal, dan kami juga mendapat hak kami untuk menuntut ilmu. Bahkan kami menjadi sarjana.

Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu

 Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu

Karya : Muslimah

Kelas : 9D 

"Ibu, Keysa pergi dulu assalamualaikum.." Keysa berlari menghampiri sepeda yang terparkir di halaman rumah nya "Iya waalaikumsalam hati-hati Keysa" ibunya kembali bersih-bersih halaman rumah setelah Keysa pergi.

Keysa sampai di tempat Umay, ia menunggu Umay sambil bermain ponsel, tak berselang lama Umay menghampiri Keysa "Yuk Kekey aku udah siapp" Umay berputar melihat kan gamis yang ia pakai "Kekey, apakah ini bagus?" Umay tersenyum riang, "Iya, itu sangat cocok untuk Umay" Keysa tertawa kecil, sungguh sahabat nya ini sangat lucu.

Mereka berdua kini berada di toko buku. "Umay aku mau mencari buku di sana, kamu tunggu aja di sini sambil membaca bukumu. tenang saja, aku tidak akan meninggalkan mu lagi okee" Keysa menepuk pundak Umay lalu pergi mencari buku yang ia inginkan, Umay hanya mengerutkan dahinya, ia sungguh trauma sewaktu minggu lalu di tinggalkan oleh sahabatnya di toko buku sendirian "awas saja kalau dia meninggalkan ku lagi" Umay bergumam sambil terus membaca buku.

Keysa melihat-lihat sekelilingnya, Keysa sudah lelah mencari buku itu namun ia melihat ada seorang pemuda yang sedang memegangi buku yang ia cari, Keysa menghampiri pemuda itu untuk bertanya kepadanya "Halo... maaf menganggu waktu membaca mu tapi apa boleh aku tau buku apa yang sedang kamu baca?" Keysa sedikit gelagapan saat berbicara karena ia sungguh gugup, "Oh iya halo.. tentu saja, buku ini berjudul Dia Ciptaanmu Namun Bukan Hambamu memangnya ada apa?" pemuda itu balik bertanya kepada Keysa, "Wahh... apa aku boleh tau dimana kamu mendapatkan buku itu? dari tadi aku berkeliling mencari buku itu tapi aku tidak menemukannya..." pemuda itu berdiri lalu menunjukkan arah buku yang Keysa cari, "Terimakasih atas bantuannya" Keysa tersenyum lalu berjalan ke arah yang pemuda itu tunjuk.

"Hmm mana mana mana... nahh itu dia... akhirnya aku menemukannya, tapi itu terlalu tinggi untuk aku gapai" Keysa mencari-cari kursi untuk menggapai rak buku yang cukup tinggi tapi pemuda tadi membantu nya mengambil kan buku itu dan sekali lagi Keysa berterima kasih.

Hari sudah mulai sore, Keysa kembali ketempat Umay berada lalu mengajak Umay untuk pulang. Mereka pulang bersama dan Keysa bercerita tentang pemuda yang ia temui "Kamu tau Umay, dia sangat tinggi dan juga tampan, selera kita juga sama soal buku, apa mungkin dia itu jodohku?" Umay hanya tertawa mendengar ocehan Keysa.

Hari ini Umay tidak bisa ikut Keysa ke toko buku karena sedang ada acara keluarga jadi terpaksa Keysa pergi sendiri, Keysa melihat-lihat buku-buku yang tertata rapih itu, tak disangka ia berjumpa kembali dengan pemuda kemarin. "wah sungguh kita bertemu lagi? Ya Allah apa mungkin kami jodoh?" Keysa tersenyum saat melihat pemuda itu memilih buku yang akan ia baca namun pandangannya tertuju pada sebuah kalung di leher pemuda itu, kalung itu berbentuk salib. Keysa tersenyum "Ya Allah ciptaanmu memang sangat indah, aku sampai kagum untuk sesaat, memang benar seperti judul buku ya Allah, dia ciptaanmu namun bukan hambamu, sungguh luar biasa." Keysa tersenyum sambil menggeleng kan kepalanya, mengambil buku lalu pergi dari toko itu untuk pulang, ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya, "Gadis itu sangat sempurna sampai aku lupa siapa Tuhanku".

Jangan dengerin omongan orang lain

 Jangan dengerin omongan orang lain

Karya : Naida

Kelas : 7J

Justin selalu mimiliki impian besar ,yaitu menjadi seniman  terkenal .Setiap kali ada waktu luang ,ia akan menggambil kuas dan cat ,lalu memulai melukis apa saja yang menarik perhatiannya .Namun ada ,satu hal yang selalu menggangunya 

•omongan orang di sekitarnya 

"Ngapian sih kamu melukis terus ?itu bukan pekerjaan serius!"kata anak tetangganya suatu hari ."Kenapa nggak fokus bantuin orang tua aja itu lebih bermanfaat ".

Justin merasa kesal, namun ia berusaha tetap tenang .Setiap hari ,omongan itu terus saja terdengar ,seakan - akan mengingatnya bahwa impian besar nya itu hanya halusinasi .Bahkan beberapa temannya ikut berkata ,"Mending kamu berhenti deh ,buat apa sih jadi seniman ? Itu kan nggak ada masa depannya".

Meski demikian ,Justin tidak bisa mengembalikan hasratnya. Lukisan-lukisan itu adalah bagian dari dirinya ,dan ia tahu meskipun orang lain meraggukan,hatinya yakin bahwa inilah jalannya.

Tapi tak bisa dipungkiri ,kadang omongan orang itu membuat ragu .

Suatu hari ,saat Justin menggambar di bawah pohon besar di halaman rumah ,seorang pemuda yang kebetulan lewat menghampirinya.

"Wah ,lukisanmu keren sekali" ,kata pemuda itu ."Kamu punya bakat luar biasa.Kalau kamu terus mengasahnya ,kamu bisa jadi seniman hebat".

Justin terkejut , karena belum pernah ada yang memberi pujian seperti itu.Pemuda itu melanjutkan ,"Jangan dengarkan kata-kata orang yang meragukanmu.Mereka tidak tahu apa yang bisa kamu capai .Hanya kamu orang yang tahu impianmu yang sebenarnya".

Kata-kata pemuda itu membuat Justin berpikir .Ya, orang-orang itu mungkin  meraggukannya ,bahkan menghina impian yang sangat ia cintai , tetapi itu tidak bisa membuatnya berhenti .Dia tidak akan memberikan keraguan orang lain menghalangi langkahnya .Dan ia berpikir bahwa orang yang banyak  meng support itu orang yang kita tidak kenal ,dibandingkan orang yang kita kenal karena kalo karena kalo orang yang kita kenal itu takut nya dia ketinggalan sama kita .

Sejak saat itu , Justin menyadari satu hal: omongan orang yang meragukan ,menghina atau mengejek impian kita bukanlah hal yang harus kita dengarkan.Yang terpenting adalah percaya pada diri sendiri dan terus maju ,meskipun dunia seakan tidak mendukung .

Regret

 Regret 

Karya : Naira

Kelas : 9G


"Mungkin ini adalah hukuman untukku karna telah menyia-nyiakan berlian sepertimu, nak."

ujar lirih seorang pria paruh baya. Sambil memeluk batu nisan putrinya.


"Kamu benar, Andra. Perbuatan mu di masa lalu begitu menyakitkan untuk putrimu, alisha. Aku harap dengan adanya teguran ini, kamu bisa berubah."

ujar Gisel sambil menatap sendu ke arah Andra.


"S-siapa kamu?"


"Gisel, namaku Gisel. Aku adalah dokter pribadi alisha, putrimu."


"Bagaimana bisa? Bahkan aku tidak tau akan dirimu."


"Soal itu, tanyakan saja pada dirimu sendiri. Aku cuman mau memberikan handphone milik alisha."

ujar dokter Gisel sambil memberikan handphone alisha.


"Terimakasih."

Gisel hanya menganggukkan kepalanya dan pergi dari tempat pemakaman itu.


***



Saat ini Andra tengah berada di salah satu cafe dekat kantor nya. Di saat ia tengah menikmati coffee di sana, ada seorang gadis yang tak sengaja menumpahkan minumnya mengenai pakaian Andra.


"Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja."

Ujar gadis itu sambil mencoba membersihkan pakaian Andra.


"Tidak ap-"


"A-alisha? K-kamu Alisha kan"

ujar Andra terbata-bata saat melihat wajah gadis itu yang begitu mirip dengan Alisha.


"A-alisha? S-saya bukan alisha om, nama saya Aliya."

Ujar gadis itu sambil membereskan minumannya yang tumpah.


"Tapi kam-"


"Saya ada urusan om, saya duluan. Permisi."

ujar gadis terburu-buru. Tanpa sadar ia meninggalkan dompetnya.


"Dompet ini kan milik gadis tadikan?"

Monolog Andra sambil membuka isi dompet itu untuk melihat ktpnya. Karna andra berniat untuk mengantarkan dompet itu ke alamat rumahnya.


Namun, saat Andra melihat kpt tersebut ia benar-benar terkejut akan kebenarannya.



***


Di malam harinya. 

Kini Andra tengah mengendarai mobil nya menuju rumah  Aliya, gadis yang ia temui di cafe tadi. Tiba-tiba handphonenya berdering. Karna keasikan berbincang Andra jadi tidak fokus mengendarai mobilnya yang pada  akhirnya Andra mengalami kecelakaan.



Untungnya ada seorang gadis yang melihat kecelakaan tersebut dan langsung menghubungi ambulance.


"Om, om sabar yah bentar lagi ambulancenya datang kok, om yang kuat yah."


"A-alisha, putriku."

ujar Andra lirih sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.



Sesampainya di rumah sakit. Andra langsung mendapatkan penanganan dari dokter yang ada di sana.


3 jam lamanya akhirnya lampu ruangan oprasi mati, pertanda oprasi sudah selesai.


Kini Andra tersadar dari komanya selama tiga dari. Dan pemandangan pertama yang Andra lihat adalah putri kecilnya yang telah meninggalkannya.


"A-alisha, putriku."


"Dia bukan putri mu, Andra!!"

Ujar seorang wanita cantik dengan begitu tegas.


"S-siapa kamu."


"Andra, Andra. Setua itu kah dirimu, sampai kamu tidak ingat dengan ku? AKU DENA ANDRA!!"


Ya, wanita itu adalah Dena. Sahabat kecil Andra.


"B-bagaimana kamu bisa ada di sini, Dena?"


"Itu karna putriku ada di sini."

ujarnya sambil merangkul Aliya.


"Alisha bukan putri mu, Dena!"


"DIA BUKAN ALISHA, ANDRA!! ANAKMU SUDAH MATI!!"


"Tidak, kamu bohong, Dena. Dia adalah putriku. Dia putriku Dena."


"Apa bukti jika dia adalah putri mu?"


"A-aku punya ktpnya. Di sana tertera nama dan alamatnya. Aku tidak sebodoh itu Dena."

ujar Andra sambil memberikan dompet yang ia temui 3 hari yang lalu.


"Haha, Andra, Andra. Ternyata kamu tidak sebodoh yang ku kira. Ya, dia adalah anak mu. Tapi tidak dengan sekarang, karna sekarang alisha adalah anaku."


"Tidak, dia adalah putri ku. Alisha, bilang sama Dena kamu itu putri ayah. Bilang sama dia nak."


"T-tidak ayah, alisha bukan lagi anak ayah. Alisha cape yah, alisha cape. Ayah udah terlalu banyak menaburkan luka di hati Al, Al juga manusia yah, Al cape selalu ayah siksa, Al juga cape selalu ayah hukum. Maafkan Al karna udah bohongin ayah, Al udah buat pernyataan kematian palsu itu."


"Alisha, maafin ayah nak, kasih ayah kesempatan kedua buat jadi ayah buat alisha."


"Keputusan alisha udah bulat yah, tapi kalo ayah mau ketemu alisha ayah boleh kok kerumah ibu Dena, kapan pun ayah mau. Tapi jangan paksa Al buat tinggal lagi sama ayah. Al ga mau yah, sekali lagi maafin Al."


"Andra, jadikan ini sebuah pelajaran paling berharga buat kamu yah. Kamu masih boleh kok ketemu alisha, datang saja kerumahku, kapan pun kamu mau. Aku dan alisha pamit pulang dulu yah, assalamualaikum."

Ujar Dena sambil tersenyum lirih ke arah Andra, begitupun dengan alisha yang sudah di banjiri oleh air mata. Mereka berdua pun pergi dari ruangan tempat Andra di rawat.


"Ya tuhan, sebesar itu kah kesalahan ku terhadap putri kecilku? Sampai-sampai ia tidak mau kembali bersamaku lagi. Ya tuhan, kini engkau telah berhasil mengambil malaikat kecilku dengan bahagianya. Sekali lagi maafkanlah ayah mu ini, wahai permata hatiku."

We Are Different

 We Are Different

Karya: Naira

Kelas: 9G


"Alana, sekarang kamu minum obat yah,"

ujar ibuku, sambil menyodorkan beberapa bungkus obat.


"Untuk apa bu? Mau ana minum obat atau ngga pun, penyakit kanker ana ga bakalan sembuh kan?"


"A-ana deng-"


"Udah lah bu, ana cape bu. Lebih baik ibu keluar sekarang juga!!"


"Tap-"


"KELUAR BU!!!"

Dengan berat hati, sang ibu pun keluar dari kamar rawat ana.


"Ya tuhan, kenapa hidup ana sesuram ini? Ana cuman mau sehat, ana mau sekolah, ana juga mau habisin waktu ana sama teman-teman ana. Apakah ana ga berhak untuk bahagia? Hiks, hiks. Ana cape. ANA CUMAN MAU BAHAGIA!!"

Tangisku dengan begitu histeris. Namun, secara tiba-tiba seorang pria datang dan menyodorkan beberapa lembar tisu.


"Jangan nangis lagi, ada aku. Hapus air mata itu, ana."


"S-siapa kamu?"


"A-aku, aku Alvaro. Jangan lupa hapus air mata mu itu, ana."

Ujarnya sambil memberikan beberapa lembar tisu.


"T-terima kasih. Mm... Bagaimana bisa kamu berada di sini?"

Pria itu terdiam sejenak.


"Aku tidak tahu, mungkin karna tangisan pilu mu itu."


"Apa maksud mu?"


"Lupakan saja, Alana. Aku tau hidupmu sudah tak lama lagi, maka dari itu biarkan aku menemanimu di sisa hidupmu."

pria itu menggenggam tanganku dengan penuh kasih sayang.


"Bagaimana kamu tau tentang ini semua?"


"Jika ku katakan yang sebenarnya, mungkin kamu tak akan percaya. Huftt... Sekarang kamu minum obat yah, setidaknya kamu ada usaha untuk mendapatkan kesehatan yang kamu inginkan."


Pria itu benar-benar sangat menenangkan hatiku, suaranya yang lembut sama persis dengan perlakuan yang begitu membuat hati ini tenang. 


"Ya tuhan, jika dia jodoh orang lain jadikan aku orang lain itu. "

Monologku sambil terus memandangi wajah teduhnya itu.


🐇🐇🐇


Tiga bulan berlalu. Kini hubunganku dengan Alvaro semakin dekat. Dia adalah orang yang paling berharga yang pernah aku temuin, berkatnya penyakit kanker ku semakin membaik, dan peluang untukku sembuh semakin besar.


"Alvaro, makasih yah. Makasih karna udah selalu ada buat ana. Tunggu ana sampai ana sembuh yah, cuman kamu yang selalu ada buat ana. Jangan tinggalin aja yah, ana sayang kamuu."


"A-ana.. jika kita tidak di takdirkan untuk bersama ga papa yah, semoga ana dapat cowo yang jauh lebih baik dari aku."

ujarnya dengan raut wajah penuh kesedihan.


"Tapi kenap-"

Belum aku selesai bicara seorang wanita datang menghampiriku.


"Hey, kamu sedang bicara dengan siapa?"

Aku pun terkejut saat mendengar ucapannya itu


"Apakah dia tidak melihat Alvaro? Apa wanita ini buta?"

Monologku keheranan.


"Bersama sahabatku, Alvaro."


"S-sahabatmu? Tapi aku tidak melihat siapapun di sini terkecuali kita berdua."


"Tap-"


"Sudah lah mungkin kamu sedang berhalusinasi. Oh iya kenalin nama aku sherlin, kamu?"


"A-alana."


Aku pun  bincang-bincang dengan sherlin, ternyata dia sangat baik. Aku sangat senang berteman dengannya. Tanpa ku sadari Alvaro sudah pergi entah kemana.


1 Minggu berlalu. Dan kini aku sudah di katakan bersih dari penyakit kankerku. Ya, aku sudah berhasil melawan penyakit kanker itu. Dengan excited aku mengajak Alvaro bertemu di salah satu danau dekat rumah sakit.


*Di danau


"Alvaro!! Kamu tau ga? Ana udah berhasil melawan penyakit kanker ana, ana udah sembuh!!!"

Ujarku dengan begitu excited. Namun, tidak denganya.


"Kenapa kamu kayak ga seneng ana sembuh? Kamu ga mau ana sembuh yah?"


"Bukan seperti itu ana, aku bahagia kamu sembuh, aku bahagia banget. Mungkin tugasku sudah selesai sampai di sini. Dan mungkin, ini saatnya aku mengatakan yang sebenarnya."


"M-mengatakan apa? Tugas apa?"


"Aku dengan kamu berbeda ana, kemungkinan kita untuk bersama itu sangat lah mustahil. Dunia kita berbeda ana. A-aku bukan manusia."


Deg


Bak di sambar petir hati ini sakit sekali, seperti di tusuk ribuan kaca.


"G-ga, ga mungkin!! Kamu bohong kan? JAWAB AKU ALVARO, JAWAB!!"


"Tolong, tolong terima semua kenyataan ini, kamu ingatkan kejadian satu Minggu lalu di taman belakang rumah sakit? Ya, sherlin ga bisa liat aku, karna kenyataan aku bukan manusia. Maafkan aku ana, tugasku menjagamu sudah selesai sampai di sini. Sampai jumpa kembali di kehidupan yang akan datang."

Ungkap nya sambil melambaikan tangannya, tubuhnya hilang bagaikan sebuah angin.


"Terimakasih, terima kasih karna sudah memberikan kebahagiaan ini. Dengan mu aku belajar cara menjalani kehidupan yang begitu kelam ini, dan dengan mu juga aku belajar cara mencintai. Namun, kamu lupa mengajarkan aku bagaimana cara melupakan mu. Cinta ini abadi untuk mu Alvaro, meski kamu dan aku tak mungkin bersama."

Hari ayah?

 Hari ayah?

Karya: Zahran Qais Daniel 

Kelas: 7F

Di suatu hari ada seorang anak perempuan yang bernama Violet. Violet lahir di keluarga yang kurang harmonis. Setiap hari keluarganya selalu bertengkar di depannya. Violet sangat sedih melihat keluarga nya terus bertengkar di depan nya.kasih sayang keluarga pun kurang untuk Violet.

Keluarga Violet sibuk dengan urusannya masing masing-masing. Sepeti sibuk bekerja, Violet adalah anak tunggal yang berarti anak satu-satunya dari keluarga itu. Violet selalu berpikir apakah dia akan memiliki keluarga harmonis?.

" Apakah aku,akan memiliki keluarga yang bahagia seperti orang lain. Aku juga ingin memiliki ayah yang hebat dan selalu menyisihkan waktunya untuk ku." Ucap Violet.

Dan saat Violet naik ke kelas 5 SD. Orang tua violet pun bercerai dan Violet pun tinggal bersama ibunya. Hanya ibu nya lah yang peduli terhadap Violet, tetapi tidak dengan ayah nya. Di saat belum bercerai dengan ibunya. Ayah Violet selalu memarahinya, memaksanya dan menyiksa nya. Dan bahkan itu menjadi trauma untuk Violet.

Violet kadang selalu iri oleh orang lain, karena mereka memiliki ayah yang sayang kepada mereka. Tetapi tidak dengan Violet. Bahkan ayah nya saja tidak peduli dengan kondisi violet.kini ayah Violet telah mempunyai keluarga baru.Violet yang melihat ayahnya telah memiliki keluarga baru sangatlah sedih dan berputus asa tetapi ada seorang ibu yang selalu menyemangati nya.

Dan Bentar lagi adalah hari ayah. Violet bingung harus bagaimana dan sedih karena tidak ada seorang ayah di rumah nya violet selalu memikirkan nya. 

" 5 hari lagi adalah hari ayah. Apakah aku bisa merasakan nya juga?" Tanya Violet. 

Tetapi saat Violet berkata seperti itu ibunya pun mendengar kan nya. 

"Violet. Buat lah rencana untuk merayakan nya ibu akan membatu membelikan kue untuk mu". Ucap ibu 

"Hmm. Mungkin saja ibu tapi sepertinya tidak mungkin, ayah kan sudah punya keluarga baru". Jawab violet 

"Kita coba aja dulu sayang. Yang penting kita sudah ada kemauan untuk ayah mu itu mau bagaimana pun itu kamu tetaplah anak nya". Jawab ibu 

" Baiklah ibu. Violet akan membuat kue untuk ayah!!". Jawab violet dengan semangat 

Violet pun segera membeli bahan bahan untuk membuat kue. Dan segera membuatnya.

"Ayah selalu suka kue rasa coklat kan?" Tanya violet.

"Ya, benar violet" jawab ibu.

"Baiklah Violet akan membuatnya". Jawab violet .

Violet pun telah selesai membuat kue lalu menyimpan nya di kulkas. Waktu pun telah tiba dan violet telah mengetahui alamat ayah nya itu dan segera bergegas ke sana bersama ibunya. Saat sampai di sana violet langsung memberi surprise untuk ayah nya tetapi.... 

" Hallo ayah. Selamat hari ayah". Jawab violet 

"Hah kenapa kamu bisa di sini!!". Seru sang ayah 

"Hah ada apa ayah?". Tanya violet sambil ketakutan 

" Pergi cepat dari sini!!. Jangan menganggu ayah kamu ini buat masalah saja cepat pergi!!" Jawab sang ayah yang membentak Violet 

" Ayah Violet hanya ingin merayakan hari ayah.bersama ayah itu saja violet telah susah susah dan berusaha membuat ini semua untuk ayah tapi ini balasan nya kepada violet!!". Jawab violet dengan marah 

Lalu ayah pun menamparnya dan membuat violet menangis 

" Pergi sangat anak binatang!! Ayah tidak butuh semua ini.semua ini hanyalah sampah dan ayah tidak butuh sampah seperti ini kamu jangan mengganggu ayah. Inget ayah sudah memiliki keluarga baru dan kamu jangan mengganggu ayah lagi dan jangan pernah menganggap bahwa ayah ini adalah ayah kamu pergi sekarang!!!. Jangan sampai istri saya melihat anak sampah seperti mu!!!". Bentak sang ayah 

"Kenapa ayah sangat tega melakukan ini kepada Violet hah!!.mau bagaimana pun Violet adalah anak ayah kenapa ayah tidak mengakui itu.ayah sangat jahat violet hanya ingin merayakan hari ayah dengan bahagia tetapi ini balasan ayah!!" Jawab violet lalu menangis dan meningga…

RUMAH TANPA PEMILIK

 RUMAH TANPA PEMILIK

Karya: Selova Anggriani

Kelas: 7J



Selamat datang. Aku adalah rumah yang habis ditinggal oleh pemiliknya. Masuklah, silahkan melihat - lihat tetapi jangan sentuh apapun. Apalagi merusaknya. Aku tidak pandai membuat seseorang nyaman untuk tinggal, tetapi aku akan memastikan bahwa tidak ada rumah sebaik aku diluar sana.

Kalau niatmu hanya    berkunjung silahkan. Nikmati apa yang telah ku sediakan, seperti beberapa makanan ringan dan segelas kopi. Jangan memaksa lebih dengan meminta hati. Aku adalah rumah yang dinding nya rapuh, jika kamu berniat memperbaiki, ku persilahkan. Asal jangan merusak nya lebih parah lagi.

Pemilik lamanya telah pergi. Ia layak mendapati rumah yang lebih nyaman, meski ku pastikan takkan jadi yang lebih baik. Sebab aku se - egois itu memaksa takdir memihaku.

Jika kamu hanya penasaran dengan isinya, silahkan lihat - lihat lalu segeralah berbalik arah. Jangan berdiri di depan pintu lalu menghalangi pengunjung lain yang ingin masuk rumah.

Sebab egois nya manusia adalah ia yang bimbang, memilih menetap atau berbalik. Berdiri di depan pintu seolah ialah pemiliknya, menghalangi siapapun yang mencoba masuk.

Jika bimbangnya terjawab, dan ia memilih berbalik arah, ia akan pergi.

Tanpa rasa bersalah kepada rumah yang kehilangan banyak calon pemiliknya. Entahlah untuk siapapun yang berniat menghancurkan. Pergilah untuk siapapun yang menjadi penghalang bagi pemilik lain.

Aku adalah rumah yang rindu dirawat oleh sang pemilik, yang entah dimana keberadaan nya

Gaptek

 

Gapték

Karya : Muhammad Farid

Kelas : 9K

          Barudak keur anteng arulin ngaloprék konsol game di warnét mang Ikin. Si Saép anu kakaraeun nganjang ka warnét ngomong ka baladna, si Arul. “Ramé gening euy maén game di dieu téh ning.”

          “Éh, kieu-kieu ogé urang mah kapan geus teu katinggaleun jaman teuing.” Témbal si Arul.

          “Resep sigana mun urang boga konsol game kawas kieu, unggal poé pasti bisa maén game baé nginjeum ka manéh, méh teu kudu jauh-jauh deui kadieu.”

          “Ké atuh urang ménta ka kolot urang, méh dipangmeulikeun paranti maén game, sugan wé diturut.”

***

          Ti dinya, heuleut sababaraha poé, si Arul ngajak si Saép ulin di pos ronda, nya didatangan ku si Saép. Ana geus tepi ka pos ronda, kasampak si Arul jeung balad-balad anu lianna keur aranteng ngoprék tablét bogana si Arul nu karék dipangmeulikeun ku kolotna.

          “Laksana ogé geningan manéh bisa boga tablét.”  Cék si Saép bari ngusapan tablét anyar nu si Arul.

          “Yeuh, rék ngasaan moal maén game di dieu. Tuh tempo, batur mah geus seubeuh maén game tadi.” Si Arul mairan.

          “Lamun baé mah, ieu tablét rék diinjeum ku urang sapoé ayeuna.” Si Saép melas ka si Arul.

          Si Arul tuluy mikir-mikir heula sakeudeung saacan nginjeumkeun tablét manéhna ka si Saép. Manéhna tuluy  ngomong. “Heug baé ku urang diinjeuman ieu tablét. Tapi isuk geus kudu dibalikkeun deui ka urang, kadé ulah tepi ka ruksak.”

          Song diasongkeun tablét téh, dicokot ku si Saép tuluy dibawa ka imahna. Ana datang ka imahna, ku si Saép langsung baé tablét téh terus diomé. Tapi teu lila saeunggeus kitu, tuluy indungna anu keur barang asakan di dapur nyampeurkeun ka manéhna.

          “Jang, pangmeserkeun asem jig ka warung sakedap, mamah ieu nuju masak. Ieu artosna ku mamah disimpen di dieu, enggalkeun nya.” Indung si Saép nitah si Saép ka warung.

          Si saép nurut, cul tablét téh tuluy diteundeun dina méja makan. Sabot si Saép keur balanja asem ka warung, indungna bingung lantaran talenan anu dipaké nyiksikan bahan asakeun téh les ngaleungit teuing kamana, dikotéténgan ka ditu ka dieu angger baé teu timu.

***

“Mah. Ieu asem téa…” si Saép karék balik ti warung. Manéhna tuluy indit ka dapur rék mikeun asem ka indungna.

          Ana datang ka dapur, si Saép kacida reuwaseunna nempo indungna keur nyiksikan engkol, cabé, jeung wortel. Kumaha rék teu reuwas, indungna nyiksikan bahan dapur maké tablét anu tadi ku manéhna teundeun luhureun méja. Éta tablét langsung dicokot ku si Saép.

          Si Saép tuluy pepeta ka indungna tétéla yén anu dipaké alas nyiksikan bahan dapur téh tablét anu diinjeum ku manéhna ti si Arul jang maén game. Atuh indungna si Saép téh reuwaseun kacida.

Si Saép tuluy ngilikan kana tablét anu karék dipaké jadi gegenti talenan, sieun aya bagéan anu ruksak. Najan euweuh komponén anu ruksak, tablét téh teu daékeun hurung najan geus dipencét unggal tombolna. Atuh si Saép téh kacida sieunna. Sieun dititah ganti rugi, sieun dicarékan kolotna si Arul, jeung sieun nu lain-lain deui. Bakat ku kesel, si Saép kalah malik ambek ka indungna, manéhna jadi nyoroscos teu tarima tablétna ruksak alatan dipaké talenan. Geus kitu mah, si Saép téh bus ka kamar.

***

Isukna, enjing-enjing kénéh geus aya anu keketrok kana panto imahna si Saép, dibukakeun ku si Saép, horéng nu datang téh si Arul. Si Saép sieuneun ditagih jangji ku si Arul. Ari si Saép rék ngomong, si Arul miheulaan.

          “Saép ieu urang mawa colokan casan jang tablét téa, kapan ti kamari téh can dicas tablétna. Éta pasti ayeuna téh keur pareum tablétna, yeuh geuwat cas heula.” Pokna téh.

          Geuwat ku si Saép langsung dibawa casanna, langsung dicolokkeun kana tablét téa. sabot ditungguan ngecas, si Saép ngahuleng. Manéhna mikir, samurukanna gara-gara dipaké talenan, tablét téh jadi rusak. ari pék téh geningan ukur béak batré hungkul. Kabayang mangsa manéhna kuat ka nyeuseulan indungna sorangan, si Saép jadi ngarasa dosa. Ahh dasar budak gapték.

Rusiah Di Kamar Zia

Rusiah Di Kamar Zia

Karya : Muhammad Farid

Kelas : 9K

          Bray muka, panto kamar balad kuring méléngé. Harita mangsa tumoké, kuring anu can saré mapah ngadeukeutan panto nu méléngé éta. Bus asup, pantona tuluy ditutupkeun rapet. Singhoréng kamar Zein, balad kuring téa. Manéhna kabeneran keur turu jeung dua balad kuring anu lianna di tengah imah, seubeuh geus ngomé péés ti geus isa kénéh.

          Kamar Zia kaciri rada balatak, teuing naon musababna. Bajuna nambru teu dilipetan dina kasur, cocooanna pabalatak dina téhel, buku-buku loba nu nalambru dina méja belajarna. Ngan nya éta, di sagigireun tumpukan buku pelajaran anu teu puguh kaurna, aya buku “diary” maké wadah kotak pulas konéng-bulao anu pasaran kaciri teu kakonci.

          Awalna kuring teu ieuh mikirkeun buku anéh éta. Ngan mimiti karasa anéh téh saprak siga aya nu ngaharéwos kana daun cepil nitah maca éta buku. Saharita kuring kendat ngucap “Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illa Allah”. Tapi dasar iman jalma biasa teu kaop kacoél saeutik ku pakasaban goréng, pasti aya waé rasa kagoda kabita téh. Gap dicabak, ditoker selot koncina, tuluy dibuka kotakna.

Buku diari sampul gambar kartun kari muka eusina. Na hate téh ujug-ujug asa teu kawasa rék mukana. Asa teu téga rék nempo anu jadi rusiah balad salila ieu, tapi angger wé haté mah tagiwur teu puguh rasa, panasaran campur jeung rasa éra, ngan hanjakal harita rasa panasaran meunangkeun haté. Pes lampu kamar dipareuman ku kuring, digenti ku lampu dinding meunang nyolokkeun kana stop kontak.

          Dibuka kaca mimiti, aya tulisan sambung teu pati kaciri tulisan saha jeung teu kabaca. Muka kaca kadua aya gambar curat-corét, gurat jeung curek, keur kuring mah kalah kaciri jiga “lukisan abstrak”. Kaca ka tilu aya deui tulisan sambung, sarua teu jelas naon maksudna. Réy bulu punduk puriding puringkak. Tulisan éta diimeutan meni tonggoy pisan.

          Teu karasa geus rék sareureuh kolot deui, angger éta tulisan diimeutan mani anteng. Saking antengna, teu nyadar tukangeun aya naon, deukeut-deukeut anak taleus. Panto kamar muka ngan sorana teu kadangu saeutik-saeutik acan, ukur karasa aya nu mukakeun hungkul. Aya nu ngaléngkah ngadeukeutan kuring tapi jiga nu ngan rarasaan hungkul.

          Masing teu jelas aya naon, tapi karasa si Zia geus aya tukangeun kuring. Kuring ukur bisa ngomong sakacapétangna. “Hampura urang geus kokorotak di kamar manéh,” bari cipanon geus ngucur.

          “Hampura urang ogé geus ngakaya manéh.” Brak kuring diteunggeul ku si Zia teuing pédah naon alasan anu jelasna. Kuring ngajoprak teu inget di bumi alam.

***

Isuk-isuk rebun wanci balebat, loba jalma di imahna si Zia. Hanyir ngamalir, hawa gé hangru ngabeuleugeudeur. Kulit sirah layon ngaplék, panon mah teu molotot ngan beungeut ngadangheuak bari cewaw calangap. Ti dinya katara getih ngurutugna bareng jeung sesemplekan huntu…


Mentalku Yang Hancur

 Mentalku Yang Hancur 

Karya: Zahran Qais Daniel 

Kelas : 7F

Hai perkenalkan nama ku Xaviera. Aku adalah anak sekolah yang selalu di bully dan di fitnah. Aku selalu di asingkan di kelas ku sepertinya mereka tidak menyukaiku.

Aku memanglah anak yang lemah, tidak pintar dan banyak kekurangan setidaknya hargailah aku aku pun manusia biasa yang punya batas kesabaran. Aku selalu di caci maki dan dibully di kelas.. 

Di suatu hari saat aku sedang berjalan menuju kelas ku. Aku mendengar sahabat ku dan teman-teman ku sedang mengobrol tentang ku. Saat aku mendengar percakapan mereka ternyata mereka sedang menjelek-jelekkan tentangaku. Aku sangat sakit sedih rasanya mereka sudah menghianati aku. Lalu aku bertanya kepada mereka. "Kenapa kalian menjelek-jelekkan ku?" tanya aku kepada mereka.

 Mereka hanya terdiam katanya "aku tidak sadar diri lalu membully ku."

Waktu demi waktu bullyan, sindirannya semakin parah dan membuat mental ku hancur rasanya aku tidak bisa sanggup lagi. Mental ku hancur tapi aku tidak boleh menyerah aku akan menunjukan bahwa yang dikatakan mereka itu salah! Aku akan mencoba yang terbaik untuk mereka agar mempercayaiku lagi.

Aku pun terus mencoba,  meminta maaf dan mengajak mereka ngobrol tetapi mereka tetap lah seperti itu dan sayang nya sahabat yang sudah aku anggap sebagai kelarga malah menghianatiku. Dia ikut menghinaku. 

Aku semakin di bully dan aku tetap diam. Aku hanya bisa menangis dan menangis entah kenapa aku bingung harus bagaimana. apa yang harus aku lakukan untuk kedepannya. apakah aku akan kalah oleh Mereka.

Untungnya aku mempunyai guru yang sangat baik yang selalu menyemangati ku dan sangat peduli kepadaku aku sudah menganggap guruku lebih dari seorang guru atau bisa di sebut orang tua baruku.

Saat aku masuk ke kelas mereka langsung bisik-bisik seoerti "Ada anak Cepu,"

"Anak culun," "gak punya ayah," dan kata kata yang tidak pantas untuk di sebut oleh pelajar. Aku hanya bisa menangis karna aku takut melawan. Tapi hari demi hari berlalu aku sadar jika aku seperti ini terus mereka akan seenaknya terhadapku jadi aku mulai memberanikan diri untuk melawan! Dan ternyata percuma aku kalah. Aku bukan lawan mereka. Di setiap malam pikiran ku kacau mental ku pun terganggu saat belajar dan terus menangis memikirkan bagaimana kedepannya. Apakah aku bisa melewatinya?

Hari demi hari pun berlalu. Aku pun sadar bahwa memikirkan hal yang negatif bisa membuat mental kita tidak baik. Kalo aku menangis pun itu tidak menyelesaikan masalah. Aku pun sadar dan mulai merubah sikap ku yang terlalu baik dan percaya ke orang lain. Aku pun hindari itu dan mencoba mengubah diriku menjadi yang lebih baik. Aku hanya perlu sabar dan ikhlas menjalani semuanya aku yakin tuhan akan memberikan hal yang indah kepadaku nanti. Buktinya sekarang aku sudah mempunyai teman baru yang sangat lah baik walaupun masih orang-orang itu masih membully ku aku tidak mempedulikan nya lagi dan hanya menganggap Mereka parasit di dunia ini.

Pesan moral dari cerita ini. Adalah sabar untuk korban yang suka di bully oleh orang lain sabar lah inget tuhan tidak tidur kita akan meminta pertanggung jawaban nya nanti.

Pembullyan atau penindasan tidak pernah menyenangkan,itu adalah tindakan yang kejam dan mengerikan terhadap seseorang. Ingat tidak ada seorang pun yang pantas di intimidasi.

Orang yang mencintai dirinya sendiri , tidak akan menyakiti orang lain. Semakin kita membenci diri kita sendiri. Semakin kita ingin orang lain menderita.

Dan ingat penindasan terjadi karena orang lemah perlu menopang egonya dengan memukul atau mempermalukan orang lain..


My Destiny Is Only For Me

 My Destiny Is Only For Me

Karya : Naira

Kelas : 9H

"Vero, nanti kalo Cila udah besar Vero janji yah mau nikahin Cila?"

"Iya, Cila. Vero janji."

Sambil menautkan kedua jari kelingkingnya.

"Bersenang-senanglah kalian berdua. Karna suatu hari nanti aku akan mengambilnya."

10 tahun kemudian.

" Cila, Vero pergi dulu yah? Vero janji bakalan kembali. Tunggu kepulangan Vero yah."

Ujarnya sambil mengusap lembut kepalaku.

" Tapi Vero janji yah jangan lama-lama? Cila ga bisa tanpa Vero."

Ujarku dengan sedikit cemberut.

"Iya, Cila. Doain Vero yah."

Aku pun menganggukkan kepalaku.

Setelah itu Vero memasuki mobilnya untuk mencari ilmu di luar negeri.

Bertahun-tahun lamanya. Aku masih terus menunggu kepulangan Vero. 

"Ya tuhan, dimana Vero berada? Apakah ia tidak akan kembali lagi? Aku benar-benar merindukannya."

setiap hari aku selalu mencoba untuk menghubungi Vero. Namun, tidak ada tanda-tanda Vero akan kembali.

Pada akhirnya aku pun memutuskan untuk berangkat bekerja. Kebetulan akan ada meeting pergantian kepala cabang.

Di ruang meeting.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Vero Aditia Saputra. Di sini saya akan menggantikan posisi kepala cabang yang lama. Semoga kita bisa berkerja sama dengan baik."

Deg.

"V-vero? D-dia Vero sahabatku kan?"

Monologku sambil terus memandangi sang kepala Cabang itu.

Saat meeting selesai. Aku langsung menghampiri Pa Vero.

"V-vero, kamu ga inget aku? I-ini aku Cila."

"C-cila? Kenapa nama kamu bisa sama seperti nama pacar saya?"

Degg

"Vero, k-kamu udah punya pacar?"

"Ya, pacar saya bernama Cila, dia adalah teman kecil saya. Dan kamu siapa? Aku tidak mengenalimu."

"T-tap-"

"Sudah lah saya sibuk. Saya permisi."

Ujarnya sambil keluar.

"Siapa wanita yang mengaku-ngaku sebagai diriku? Aku harus liat pacar Vero."

Monologku sebelum akhirnya aku keluar dari ruangan itu.

1 Minggu kemudian. Aku tengah berada di salah satu cafe dekat kantor. Di saat aku sedang menikmati waktu istirahat ini. Mataku tertuju pada salah satu meja. Di sana ada Vero dan kekasihnya.

"W-wanita itu, karen!!"

Aku pun bergegas untuk menghampiri meja Vero.

Brakk

"Karen!! Kenapa kamu tega berpura-pura menjadi aku, hah?"

Deg

"Bagaimana ia bisa mengetahui hal ini? Pokonya Vero ga boleh tau tentang kebenaran ini."

Monolog Karen.

"M-maksud kamu apa? Bahkan aku saja tidak mengenalimu."

Ujar Karen dengan wajah polosnya itu.

"CILA!!! APA APAN KAMU INI HAH?? DIMANA LETAK ETIKA KAMU? MULAI SEKARANG KAMU SAYA PECAT!!"

bentak Vero, dan pergi meninggalkanku seorang diri.

"V-vero, k-kenapa kamu tega sama aku. Hiks hiks,"

Tangisku sambil memandangi kepergian Vero

Di malam harinya, di saat aku tengah mengendarai mobilku, ada sekelompok geng motor yang menghentikan mobilku. Entah apa yang terjadi, semuanya terlihat gelap. Ya, aku jatuh pingsan.

Perlahan - lahan aku membuka mataku. Aku benar-benar binggung, aku tak tahu aku berada di mana.

Brugg

"Awww,,"

Teriakku saat ada seseorang yang memukul pundakku dari belakang.

"Welcome back, Cila." 

Ujar seorang wanita bertopeng itu.

"S-siapa kamu!!!"

"Aku? Apakah kamu lupa denganku Cila."

Wanita bertopeng itu membuka topeng yang ada di wajahnya. Seketika aku terkejut saat melihat wajah wanita itu.

"K-karen, k-kenapa kamu lakuin semua ini? Apa salah aku Karen!!"

Brugg

Satu pukulan kembali mendarat di tubuhku.

"Salah kamu?? SALAH KAMU CUMAN SATU L, CILA. YAITU,  MENDAPATKAN CINTANYA VERO!!"

BRUG

BRUG

"GUE BENCI SAMA LO, CILA. GUE BENCI!!"

Karen terus memukuli tubuhku tanpa ampun. Aku rasa aku akan menghadapi ajalku sekarang. Namun, tak ku sangka Vero datang dan menghentikan Karen.

"CUKUP KAREN, CUKUP!! JANGAN SAKITI CILA LAGI!!"

Teriak Vero penuh emosi.

"V-vero, kam-"

"Aku sudah tau semuanya, Karen. Kamu benar-benar wanita iblis. Bodohnya kamu percaya dengan tipu dayaku. Kecelakaan pesawat itu tidak membuat diriku amnesia, dan ya, kamu berhasil masuk kedalam jebakan ku, Karen. Dan sekarang waktunya kamu menghadap ajalmu."

Dor

Dor

Dor

Tiga kali tembakan itu berhasil menghilangkan nyawa Karen. Kini Vero dan Cila kembali merasakan kebahagiaan yang menjadi impian mereka berdua.

Tidak Hanya Uang yang Membuatmu Bahagia

 Tidak Hanya Uang yang Membuatmu Bahagia 

Karya : Naida

Kelas : 7J

Leandro selalu percaya bahwa kebahagiaan datang dari kesuksesan materi .Sebagai seorang pengusaha muda,ia telah mengumpulkan harta yang melimpah:apartemen mewah di pusat kota,mobil ekslusif,dan segala barang yang di anggap simbol status .Namun,meskipun hidupnya tampak sempurna ,Leandro merasa ada kekosongan yang sulit di jelaskan .

Suatu sore ,ketika sedang berjalan di taman ,seorang wanita tua duduk di sebelahnya.Ia menatap Leandro dan bertanya ,"apa yang menganggu pikiran mu ,anak muda?,ucap wanita tua itu.

Leandro terkejut tetapi akhirnya ia menceritakan kebingungannya."Saya punya segalanya ,tetapi entah kenapa saya tidak merasa bahagia .Apa yang salah dengan saya?"

Wanita itu tersenyum dan berkata ,"uang memang memberi kenyamanan ,tetapi kebahagiaan sejati datang dari hal -hal yang tidak bisa dibeli seperti cinta,persahabatan ,dan  kedamaian dalam hati".

Kata-kata itu membekas di hati Leandro .Ia mulai meluangkan waktu untuk orang -orang yang pentig dalam hidupnya,secara perlahan ,ia merasakan kedamaian yang selama ini ia cari.

Leandro akhirnya menyadari, kebahagiaan sejati tidak hanya datang dari uang ,tetapi dari hubungan yang kita bangun dengan orang-orang yang kita cintai dan rasa syukur yang ada dalam diri kita.

Bunga yang Cantik

Bunga yang Cantik 

Karya : Muslimah
Kelas  : 9D

Ele adalah seorang gadis cantik yang mengagumi pemuda pemilik toko bunga di seberang toko kue miliknya, setiap hari ia membeli bunga disana.

Hari ini Ele membuka toko kue nya sedikit lebih pagi karena ingin melihat pemuda yang ia kagumi. Sudah setengah jam ia melirik toko bunga di seberang sana sampai akhirnya pintu toko bunga itu terbuka, "Hi!" Ele melambaikan tangan nya kepada pemuda itu, pemuda itu membalas lambaian tangan Ele dengan senyuman, "Ele apa hari ini kamu akan membeli bunga lagi?" pemuda itu bertanya sambil menatap ke seberang dimana Ele berada, "Ah! e-e iyaa, aku akan membeli bunga milikmu lagi hari ini, karena toko ku juga membutuhkan bunga" dengan gugup ia menjawab pertanyaan pemuda itu, hatinya berdegup kencang seolah ia akan terbang dan tidak akan menginjakkan kaki di tanah lagi.

Pemuda itu mengantarkan bunga matahari yang Ele pesan. "Ini, semoga kau suka Ele" pemuda itu tersenyum lalu kembali ke toko miliknya, Ele hanya mengangguk, ia bergegas masuk kedalam "Apa-apaan tadii, dia sangat manis, aku harap dia jadi milikku".

Matahari sudah di atas kepala, sekarang waktunya makan siang. Ele duduk di depan tokonya sambil menatap pemuda itu, tak berselang lama seorang gadis menghampirinya lalu memberikan bekal makan siang untuk pemuda itu. "Eh.... apa itu adiknya?" Ele bertanya kepada dirinya sendiri, saat gadis itu pergi Ele bertanya kepada pemuda itu "Orang itu siapa? nampaknya kalian sangat akrab" Ele bertanya sambil menatap kepergian gadis yang memberikan bekal tadi, "Dia kekasihku, bulan depan kami akan menikah, oh iya aku hampir lupa, ini undangan untuk mu Ele" pemuda itu memberikan undangan pernikahan kepada Ele, Ele menerima nya sambil tersenyum kemudian ia pamit untuk kembali ke toko miliknya.

"Aku... hahaha kenapa aku harus menyukai mu?" Ele terdiam sesaat kemudian ia kembali bekerja. Matahari tak lagi terlihat, Ele berlarian dalam derasnya hujan, ia berteriak sangat keras "Hahahahaha.... ternyata aku hanya bisa mengagumi tanpa harus memiliki". Tanpa Ele sadari pemuda yang ia sukai itu menatap nya dari kejauhan, "Maafkan aku Ele, aku sudah tahu kamu menyukai ku dan aku juga menyukai mu tapi maaf aku tidak mengungkapkan perasaan ku, aku harap kamu bahagia". Sejak saat itu Ele tak pernah membeli bunga, ia bahkan tidak pernah menyapa pemuda itu kecuali dirinya yang disapa.

Mana Janji Ayah?

 Mana Janji Ayah?

Karya : Muslimah
Kelas : 9D

Sore itu seperti biasa Aca dan Ayahnya  menghabiskan waktu untuk bermain bersama di halaman rumah mereka, Suara tawa terdengar begitu keras.

 "Hahahaha Ayah tidak bisa kejar aku!"

Aca sangat bahagia sore itu sampai akhirnya Ayahnya tak lagi mengejar nya, Ayah nya hanya diam memandangi Aca yang sedang berlari, sampai akhirnya Aca terjatuh akibat tersandung kakinya, Aca menangis sambil melambaikan tangannya meminta pertolongan, tapi Ayahnya hanya diam. Tanpa berselang lama Ayahnya membalikkan tubuhnya lalu mulai berjalan meninggalkan Aca yang masih diam terduduk tak bergerak karena kakinya yang sakit.

"AYAHHH AYAHH KAKI ACA SAKIT!!" Aca berteriak memanggil Ayah nya namun Ayahnya terus menjauh, cahaya yang begitu terang menghilangkan tubuh Ayahnya itu.

"Hahhh......!!" Aca terbangun dari tidurnya, saat ia melihat jam ternyata masih pukul 23.20 malam.

"Ayah.... Aca kangen..." suara tangisan mulai terdengar malam itu, Aca hanya diam, pipinya mulai basah, ia bergumam "Ayah.... kenapa ayah ninggalin Aca cepet banget? tumbuh tanpa sosok ayah itu berat yahh... Aca kangen jadi Putri kecil ayah... Aca kangen pelukan ayah... Aca kangenn, Ayah janji bakalan ada pas Aca wisuda nanti, tapi nyatanya ayah ninggalin Aca...." malam sunyi itu kini diisi dengan suara isak tangis seorang gadis yang merindukan sosok Ayahnya.

Perjuangan Adzilah

 Perjuangan Adzilah 

Naira Hilmiyah 9G 


"Pokonya kita udah bersepakat untuk mengusir adzilah, dia harus pergi dari kampung ini!!!"

"Setuju!!!"

Sorak para warga kampung lupo.

"Tapi apa salah anak saya?"

"Dia memang tak bersalah, namun rupanya yang begitu mengerikan seperti memberikan tanda kehancuran untuk kampung lupo ini!!"

ungkap seorang pemimpin kampung lupo.

"I-ibu adzilah takut."

Anak kecil itu bersembunyi di belakang tubuh sang ibu.

"Narsih!!! Pokonya saya mauu, anak kmu di usir sekarang juga!!! Dia itu anak pembawa sial!!!"

Deg

"Seburuk itukah aku di mata mereka? Ya tuhan jika ini adalah takdir untukku maka aku ikhlas,"

Monolog adzilah. Kini adzilah tak lagi sembunyi di belakang tubuh sang ibu.

"Jika itu mau kalian, dan jika ini adalah keputusan terbaik untuk kampung lupo. Saya adzilah akan menurutinya,"

Ujar adzilah dengan begitu lantang.

"A-adzilah, tap-"

"Maafkan aku bu, aku harus pergi demi kebaikan kampung ini."

"Ibu-ibu, bapa-bapa ijinkan saya untuk berbicara dengan anak saya sebentar."

Mereka semua menganggukkan kepalanya.

*

"Anaku lupo, jaga diri kamu baik-baik yah. Maafkan ibu karna tidak bisa menjaga dirimu. Tolong simpan kalung ini, jika ada bahaya gunakan kalung ini untuk melawannya."

"Terimakasih bu, lupo janji suatu saat nanti lupo akan berhasil dan akan menemui ibu kembali."

"Ibu tunggu."

*

Kini lupo sudah pergi meninggalkan kampung lupo. Saat ini adzilah tengah mencari sebuah kampung untuk ia tempati sementara waktu. 1 Minggu ia mendaki dan belum juga mendapatkan sebuah perkampungan.

"Ya tuhan, bagaimana ini? Persediaan makananku tinggal sedikit. Dan sampai saat ini aku masih belum menemukan sebuah perkampungan."

Namun beberapa saat kemudian. Adzilah menemukan sebuah perkampungan yang begitu mewah. Rumah-rumah yang di lapisi emas serta penduduknya yang begitu rukun.

"Alhamdulillah, akhirnya aku menemukan sebuah perkampungan setelah sekian lamanya."

Saat adzilah memasuki kawasan tersebut. Para warga di sana terus menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Wahai anak muda, bagaimana bisa kamu kemari? Dan ada urusan apa engkau datang kemari?"

"Saya hanya ingin menumpang tidur beberapa hari ke depan di sini. Itu pun jika di perkenankan."

"Siapa namamu anak muda?"

"Adzilah."

"Nama yang bagus. Baiklah kamu boleh tinggal di rumahku beberapa hari ke depan, tapi ada syarat yang harus kamu temui."

"Apa itu tuan?"

"Panggil aku paman saja. Syaratnya kamu cukup bantu paman untuk berjualan di pasar setiap pagi sampai sore."

"Baik paman, dengan senang hati saya akan membantu paman "

Kini hari Demi hari adzilah jalanin dengan begitu semangat . Mungkin karna penduduk di sini sangat ramah yang membuat adzilah nyaman. Hingga pada suatu hari. Kampung hirat di serang oleh pasukan firun. Mereka adalah pasukan yang paling kejam dan siap untuk menghancurkan siapa saja.

"Kami mohon jangan hancurkan kampung kami!!"

Ujar seluruh penduduk kampung hirat.

"Haha, siapa kalian? Sehingga kalian berani mengatur diriku? Aku adalah raja Abraham dari negri sinois yang akan menghancurkan kampung ini."

"Wahai, raja Abraham yang terhormat. Kehancuran dan kematian bukan di tanganmu, melainkan di tangan sang maha pencipta. Jika kalian pikir kita semua takut, kalian salah besar."

"Cih, bocah ingusan seperti mu bisa apa?"

"Bisa membunuhmu!!!"

Adzilah langsung mengambil kalung pemberian dari ibunya dan langsung menempelkan liontinnya ke jidatnya. Tak lama kemudian adzilah berubah menjadi seorang panglima hebat dan langsung menyerang pasukan firun.

Hanya dengan kurun waktu 2 jam adzilah sudah berhasil melenyapkan semua pasukan firun yang berjumlah 80 orang.

"Adzilah, paman tidak menyangka jika kamu adalah keturunan raja baskara. Terima kasih karna sudah menyelamatkan kami dari serangan firun. Dengan ini kami memutuskan untuk mengangkat dirimu s…

Dark Times

 Dark Times 

Karya : Naira 9g 

"Kapan yah Gea bisa jadi seorang pelukis hebat? Kira-kira Gea bisa jadi pelukis ga yah?"

monolog Gea sambil menatap pemandangan lewat kaca kamarnya.

Gadis itu terlihat sangat asik melukis di buku gambarnya. Namun, saat Gea tengah mewarnai lukisannya, ibu Gea datang dan merobek lukisan Gea.

"Gea!!! Sudah berapa kali ibu bilang, jangan pernah melukis!!"

"T-tapi mengapa bu? Melukis adalah cita-cita Gea dari kecil."

"Ga!!! Pokonya kamu harus jadi seorang dokter."

"Tapi Gea ga minat masuk ke jurusan kedokteran. Gea mau jadi seniman hebat bu."

"Gea, kamu ga sayang ibu??"

"Gea sayang ibu!!! Tapi Gea juga mau jadi diri Gea sendiri."

"Jadi kamu mau ibu mati?"

Deg

"Mengapa ibu mengatakan hal konyol seperti itu? Tidak ada kaitannya bu. Pokoknya Gea bakal tetap jadi seorang seniman."

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun ibu Gea langsung meninggalkan Gea di kamarnya.

Dari kejadian itu hubungan Gea dengan sang ibu semakin renggang. Bahkan mereka hanya berbicara seperlunya saja. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Hingga pada suatu hari.

"osen banget. Mm... Kayaknya ngelukis seru nih,"

ujar Gea sambil beranjak dari tempat tidurnya.

"Mm... Gambar apaan yah? Lukis seorang wanita aja ah."

Gea pun mulai membuat sketsa wajah, badan dan lain lain.

Setelah 1 melukis, akhirnya lukisan Gea selesai. 

"Woww... Ini lebih indah dari yang Gea bayangkan sebelumnya,"

Sorak Gea dengan gembira. Karna gambarnya telah selesai.

Saat itu juga ibu Gea masuk ke dalam kamar Gea untuk memberikan cemilan.

"Astagfirullah, Gea!! Kenapa kamu lukis wanita itu!!! Buang gambar itu sekarang juga Gea!!!"

Titah ibu Gea dengan ekspresi wajah ketakutan.

"Tapi kenapa bu? Ini lukisan Gea!! Ibu ga berhak nyuruh Gea buat buang gambar ini!!"

"Argh!!!"

Tanpa pikir panjang ibu langsung mengambil lukisan itu dan membuangnya ke tempat sampah.

*

Malam harinya Gea terbangun dari tidurnya karna ia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya.

"Siapa?"

Tidak ada sahutan dari luar.

Tok

Tok

"Ck!!! Ibu kalo mau masuk tinggal masuk aja!!"

Namun tetap tidak ada sahutan dari luar. Kini suasana kamar Gea mencekam, di iringi dengan suara wanita yang tengah menangis.

"Hiks, hiks. Sakit, sakit. Hiks hiks"

"Siapa di sana? GEA MOHON DIAM!!"

teriak Gea sambil menutup kedua telinganya menggunakan bantal.

"Hihihi, Gea. Tolong kakak, kakak kesakitan hiks, hiks."

Suara itu benar-benar mengerikan. Kadang tertawa dan kadang menangis. Dan suara itu berlangsung sampai adzan subuh berkumandang.

Kejadian ini terus saja berulang selama 1 Minggu penuh. Namun pada suatu malam. Di saat Gea tengah mengambil satu gelas air minum di kulkas terdengar suara wanita cantik memanggil namanya.

"Gea, apakah kamu tidak ingat pada kakak? A-aku kakak mu Gea. Hihihi. Wanita itu jahat Gea!! Dia tega memisahkan kita. Hiks, hiks. "

Kini wanita itu berbicara di depan mata Gea. Wanita itu cantik sekali. Dan tanpa Gea duga. Wanita itu sama persis seperti apa yang Gea sambar 1 Minggu yang lalu. Wanita itu berambut hitam pajang, dengan kulit putih pucat dan baju berwarna merah. Yang sama persis seperti yang Gea gambar waktu itu.

"Ga!! Kamu bukan kakak Gea!! Gea anak tunggal!!! Dan kamu, kamu adalah wanita yang Gea gambar!! Kenapa kamu bisa hidup??"

Tanpa menjawab pertanyaan Gea, wanita itu menghilang dengan kesenduan yang menghiasi wajahnya.

Keesokan harinya. Gea menceritakan semua kejadian selama kepada ibunya. Ibu Gea benar-benar terkejut dengan apa yang Gea katakan. Hingga pada akhirnya ibu Gea mengakui semua perbuatannya di masa lalu.

"G-gea, wanita itu emang kakak mu. Dulu, saat dirimu belum lahir kedunia ini. Ibu dan kakakmu mengalami sebuah konflik dan tanpa ibu sadar ibu telah membunuh kakak kandungmu. Maafkan ibu. Jika Gea mau melaporkan ibu kepolisi ibu ikhlas. Itu lah mengapa ibu menyuruh mu untuk membuang lukisan…

JALAN TOBAT TUKANG MALAK


JALAN TOBAT TUKANG MALAK

 

 

 

 

BY : MUHAMMAD FADHIL NURHIKAM


Pada suatu hari, hiduplah seorang remaja laki laki yang bernama Fahri yang suka memalak teman temannya di sekolah. Fahri tinggal di

Provinsi Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Garut. Fahri tinggal bersama ibunya yang bernama Ende dan ayahnya yang bernama Ijang.

 

 

Pada saat Fahri masih kelas 1 SD sampai kelas 1 SMP, Fahri terkenal sebagai anak yang baik, rajin dan pintar, ia selalu ranking pertama dan menjadi juara umum tetapi semuanya berubah pada saat Fahri memasuki kelas 2 SMP, Fahri salah pergaulan karena teman sekelasnya anak anak yang nakal, sejak kelas 2 SMP lah Fahri menjadi anak yang nakal, Fahri sering bolos pada saat jam pelajaran, merokok, mencuri barang barang temannya, makan lima gorengan ngakunya cuma makan satu, dan lain sebagainya. Ranking Fahri pun menurun yang asalnya ranking pertama menjadi ranking ke dua puluh lima dan tidak menjadi juara umum lagi.

 

 

Ibu Ende atau ibunya Fahri pun kesal pada saat pembagian rapor, ia bertanya kepada wali kelasnya, kenapa kok anak saya menjadi seperti

ini padahal dulu dia pintar dan rajin dan selalu ranking 1 dan juara umum sekarang kenapa menjadi ranking kedua puluh lima di kelasnya dan

tidak juara umum lagi. Wali kelasnya pun menceritakannya bahwa semenjak Fahri duduk di kelas 2 SMP Fahri menjadi siswa yang nakal suka sekali bolos saat jam pelajaran berlangsung.

 

 

Mendengar itu ibu Ende pun kesal kepada Fahri kenapa jadi kayak begini, pada saat ibu Ende sampai di rumah ia langsung mendatangi kamar Fahri dan langsung menarik Fahri keluar kamar dan

membawanya ke ruang tamu, di situ Fahri langsung dimarahi oleh kedua orang tuanya habis habisan karena jadi nakal dan terkena pergaulan bebas.


Saat memasuki kelas 3 SMP, Fahri menjadi semakin nakal apalagi ia sekelas dengan anak yang sangat nakal, teman laki laki sekelasnya itu sering masuk ke bk karena kenakalannya, semenjak itu Fahri berteman dengan keempat orang yang bernama Ardan, Reza, Fajar, Ariel. Fahri selalu disuruh oleh keempat temannya itu untuk memalak teman perempuan sekelasnya, dengan cara mengambil tas, kaca, buku, bedak, bahkan pensil dan pulpen pun diambil oleh Fahri dan jika teman perempuannya ingin barangnya kembali harus membayar dengan uang, nominalnya dua ribu rupiah sampai dengan lima ribu rupiah.

 

 

Karena jika ia tidak patuh dengan keempat temannya itu ia akan dipukul. Tetapi tetap saja, Fahri tetap dipukul oleh teman perempuan yang barangnya diambil oleh Fahri, teman perempuan yang memukul Fahri diantaranya ada Zahwa, Salva, Febi, Anisa, Sisil, dan Alfi. Mereka kesal karena barangnya selalu diambil oleh Fahri, karena itulah Fahri disebut dengan julukan si pemalak dan si tangan panjang.

 

 

Pada saat memasuki kelas 1 SMA, Fahri menjadi semakin nakal dan liar ia mulai mencuri rumah orang, mabuk mabukan, main judi, dan jika di sekolah ia masih sama yaitu melakukan pemalakan, akan tetapi pemalakannya lebih parah dari pada saat Fahri masih duduk di bangku SMP, saat SMA ia mengambil barang orang di kelasnya sendiri dan di kelas orang lain dan jika ingin barang nya dikembalikan mereka harus ditebus dengan uang. Fahri pun di DO oleh sekolahnya karena

kasusnya sangat parah dan sudah tidak bisa ditangani oleh guru guru di

SMA.


Pada saat usia Fahri sudah 19 tahun ibunya Fahri yaitu Ende binti Agus meninggal dunia tepatnya pada hari Jumat tanggal 4 Oktober tahun 2024 pada pukul lima subuh. Mendengar kabar itu Fahri pun merasa sedih karena ditinggal oleh orang yang paling ia sayangi dan cintai, dan Fahri pun menyesal karena menjadi anak yang nakal, yang suka mabuk mabukan, main judi, dan tidak dapat diatur, ayahnya pun memberikan surat wasiat kepada Fahri yang ibunya titipkan saat masih hidup kepada ayahnya karena ibunya terkena sakit kanker paru paru stadium akhir dan hidupnya tidak lama lagi. Pada saat Fahri membuka surat wasiatnya itu ia membaca nak kamu tobat ya jangan jadi anak yang suka mabuk mabukan, bermain judi, dan yang lainnya ya, karena jika kamu terus begitu ibu akan tersiksa di alam kubur nak, emangnya kamu mau melihat ibumu ini tersiksa di alam kubur, dan jangan lagi kamu meninggalkan solat lima waktu ya nak, kembalilah ke jalan yang benar. Fahri yang membaca surat wasiatnya itu pun langsung menangis sejadi jadinya dan Fahri pun menuruti kemauan terakhir ibunya yaitu untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

 

 

 

Fahri pun kembali ke jalan yang benar sedikit demi sedikit, ia sekarang sering bangun jam tiga pagi untuk melaksanakan sholat tahajud dan membaca alquran sambil menunggu azan subuh berkumandang, pada saat azan subuh berkumandang Fahri pun segera berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah, setelah itu Fahri pun melakukan sedekah subuh dan memasukkannya ke dalam kotak amal yang ada di dalam masjid, pada saat pukul delapan pagi ia pun melaksanakan sholat dhuha, setelah sholat dhuha Fahri pun berangkat dari rumahnya untuk mencari pekerjaan yang halal, tetapi ia tetap saja tidak mendapatkan pekerjaan dikarenakan ia hanyalah lulusan SMP

saja, makanya sangat susah sekali untuk mencari pekerjaan.


Fahri pun pamitan kepada ayahnya untuk mencari pekerjaan di Kota Jakarta, sesampainya ia di Jakarta ia pun langsung mencari pekerjaan di rumah sakit terkenal di Jakarta dan ia pun diterima walaupun hanya sebagai ob saja, tetapi gajinya juga sangat lumayan setara dengan umr Bandung yaitu sekitar empat juta rupiah, Fahri pun hidup bahagia di Jakarta walaupun hanya sebagai ob saja.

 

 

 

~BERSAMBUNG~